Kamis, 15 Desember 2016

APAKAH SEMUA KESALAHAN MANUSIA HARUS DIMAAFKAN



APAKAH SEMUA KESALAHAN MANUSIA HARUS DIMAAFKAN ??

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Salah satu akhlak mulia yang diajarkan dalam syariat Islam adalah suka memaafkan kesalahan orang lain. Bukankah sebagai manusia biasa kita juga sering berbuat salah kepada seseorang dan mengharapkan kesalahan kita dimaafkan.

Sungguh memaafkan adalah suatu sikap yang mulia dari seorang hamba dan Allah akan menambah kemuliaannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : Wa laman shabara inna dzaalika lamin ‘azmil umuur”. Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sunguh itu termasuk perbuatan yang mulia. (Q.S. asy Syura 43).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : ..., Wama zadallahu ‘abdan bi’afwin illa ‘izza. Wama nawadha’a ahadun lillahi illa rafa’ahullah) .... Allah tidak akan menambah untuk seorang hamba karena maafnya (suka memaafkan) kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang merendahkan hatinya kecuali Allah akan meninggikan (derajat) nya. (H.R. Imam Muslim).

Keutamaan memaafkan.
Sangatlah beberapa ayat al Quran dan juga hadits Nabi yang menyebutkan keutamaan bagi orang yang suka memaafkan. Diantaranya adalah :

Pertama : Akan senantiasa memperoleh ampunan Allah.
Setiap saat, seorang hamba memohon ampunan kepada Allah Ta’ala akan kesalahan kesalahan yang dilakukannya. Dia sangat berharap agar Allah Ta’ala mengampuni semua kesalahannya.  Diantara cara untuk mendapatkan ampunan Allah adalah dengan senantiasa memaafkan kesalahan orang lain. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. : Wal ya’fuu wal yashfahuu, alaa tuhibbuuna an yagfirallau lakum, wallahu ghafuurur rahiim”. Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu. Allah Maha Pengampun Maha Penyayang. (Q.S. an Nur 22)

Kedua : Allah menjamin pahala baginya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :  “Wa jazaa-u saiyiatin saiyiatun mitsluhaa, fa man ‘afaa wa ashlaha fa ajruhuu ‘alallahi, innahuu laa yuhibbuzh zhaalimiin”.
 Dan balasan suatu kejahatan adalah yang setimpal dengan kejahatan, tetapi barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang menzhaliminya) maka pahalanya dari Allah. Sungguh Dia tidak menyukai orang orang zhalim.  (Q.S asy Syura 40). 
                                   
Tentang ayat ini, Imam Ibnu Katsir berkata : Semua itu (yaitu memaafkan dan berbuat baik) tidaklah akan sia sia disisi Allah. 

Tentang makna memaafkan.
Diantara makna memaafkan adalah engkau mempunyai hak untuk membalas terhadap orang lain yang menzhalimi dirimu tetapi engkau melepaskan (hakmu itu), tidak menuntut qishash atau denda kepadamya (Minhajul Qashidin, Imam Ibnu Qudamah). 

Orang bijak berkata bahwa implementasi dari memaafkan itu adalah engkau senantiasa, terus menerus mengosongkan hatimu dari semua kesalahan orang lain kepadamu. Ini sebenarnya mudah dilakukan jika engkau menyadari  dan juga sangat mengharapkan maaf  dari orang yang pernah engkau zhalimi.

Imam Raghib Ashbahani berkata : Suka memaafkan adalah bagian dari sikap santun. Orang yang santun adalah ketika dizhalimi dia bersikap santun dan ketika dia mampu membalasnya dia malah memaafkan.

Rasulullah  sangat pemaaf.
Pertama : Kisah  seorang Arab Badui buang air kecil di masjid.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata : Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia buang air kecil  di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintahkan para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim)

Atas kejadian ini para sahabat memang geram dan menghardik Badui ini. Tetapi  Rasulullah bersikap santun dan memberi nasehat dengan arif kepada orang Badui ini. Beliau bersabda : “Sesungguhnya Masjid adalah tempat beribadah kepada Allah dan bukanlah tempat membuang kotoran. (H.R Imam Muslim).

Kedua : Kisah seorang pemuda minta izin berzina.
Dalam sebuah hadits yang cukup panjang  disebutkan bahwa Abu Umamah  berkata : Sesungguhnya seorang pemuda datang kepada Nabi  seraya berkata : “Ya Rasulullah, izin aku  berzina”. 

Maka para sahabat berpaling kepada pemuda ini sambil menahannya, dan  berkata: “Jangan, jangan (janganlah kamu  berkata seperti itu). Maka beliau bersabda :  “Bawa pemuda itu  mendekat denganku”. Maka pemuda itu telah mendekat kepada Rasulullah.

Ternyata setelah pemuda ini mendekat,  Rasulullah tidak memarahinya. Rasulullah mengajukan beberapa pertanyaan yang mendidik  dan memberi nasehat bahkan mendoakan pemuda ini dengan doa yang sangat baik.

Abu Umamah berkata: Maka Rasulullah  meletakkan tangannya di atas tubuh pemuda itu, lalu berdoa: “Allahhummaghfir zanbahu, wa thahir qalbahu wa hassin farjahu”. Ya Allah ampunkanlah dosanya, sucikanlah hatinya (dari memikirkan sesuatu maksiat), dan jagalah kemaluannya (dari melakukan zina)
Semenjak  itu, dengan doa Rasulullah, pemuda tersebut tidak lagi condong untuk melakukan maksiat. (H.R Imam Ahmad,  dishahihkan oleh Syaikh al-Albani.  Kitab Silsilah Hadits  Shahih).

Rasulullah tidak memaafkan kesalahan semua orang.
Pada bulan Ramadhan tahun ke 8 Hijriah Rasulullah dengan 10.000 pasukan kaum muslimin  dari Madinah memasuki kota Makkah tanpa perlawanan dari kafir Quraisy. Beliau masuk kota Makkah dengan  tetap menundukkan kepala sambil membaca firman Allah: “Inna fatahnaa fathan mubiiinaa”.Sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. (Q.S al Fath 1)

Lalu beliau mengumumkan kepada penduduk Makkah :“Siapa yang masuk masjid maka dia aman, siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia aman, siapa yang masuk rumahnya dan menutup pintunya maka dia aman.”

Jadi meskipun sudah menguasai kota Makkah beliau memaafkan kafir Quraisy yang ada di Makkah. Pada hal dahulu sebelum hijrah ke Madinah kafir Quraisy telah menghina, mencerca bahkan akan membunuh beliau sampai akhirnya beliau selamat dengan berhijrah ke Madinah.  

Tapi ketahuilah bahwa ada saatnya Rasulullah tidak memberi maaf kepada orang yang sudah keterlaluan dalam memusuhi Islam. Didalam Kitab ar Rahiq al Makhtum, yang ditulis oleh Dr. Syaikh Shafiyurrahman al Mubarakfury disebutkan bahwa  pada hari Fathul Makkah Rasulullah  mengumumkan untuk mengeksekusi 9 orang musuh Islam di Makkah yang dianggap penjahat kelas kakap. Mereka tidak dimaafkan. Diantaranya adalah :

(1)  Abdul Uzza bin Khathal. Kesalahannya adalah menyuruh dua budak perempuannya untuk bernyanyi dengan kalimat yang menghina dan mencerca Rasulullah yaitu sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Pada saat Fathul Makkah Ibnu Khathal bersembunyi di kain penutup Ka’bah. Lalu Rasulullah memerintahkan seorang sahabat membunuhnya. 

(2) Miqyas in Shuhabah dibunuh oleh Numailah bin Abdullah. Kesalahannya adalah dulu dia sudah masuk Islam lalu murtad dan pernah membunuh seorang sahabat Anshar. 

(3)  Al Harits bin Naufal dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib. Kesalahannya adalah sebelum Nabi hijrah Ibnu Naufal ini  paling keras gangguannya kepada Rasulullah dalam berdakwah pada awal awal Islam di Makkah. 

(4) Ikrimah bin Abu Jahal juga akan dieksekusi tapi dia sempat melarikan diri ke Yaman. Beberapa tahun kemudian baru kembali ke Makkah karena istrinya memohon kepada Nabi agar diberi perlindungan dan dia masuk Islam. Kesalahannya antara lain dia  salah satu panglima perang kafir Quraisy di perang Uhud yang sempat mengalahkan pasukan Islam. 

(5) Arnab budak perempuan Ibnu Khathal juga dibunuh karena dia adalah biduan yang selalu  bernyanyi dengan lirik yang menghina dan mencerca Rasulullah.

Memang pada saat Fathul Makkah Nabi  memaafkan seluruh penduduk Makkah dan tidak memaksa mereka masuk Islam kecuali dengan kemauan sendiri. Namun demikian  ada orang orang kafir Quraisy   yang dianggap mempunyai kesalahan besar lalu beliau perintahkan untuk dieksekusi mati, diantaranya 5 orang sebagaimana disebutkan diatas. 

Kesimpulan dan penutup.
Sungguh Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menjadi pemaaf. Tetapi dalam beberapa kasus  Rasulullah telah memberi contoh untuk tidak memberi maaf kepada orang orang tertentu yang dianggap telah melakukan kesalahan besar terhadap Rasulullah dan dakwah Islam.

Ketahuilah bahwa apa yang diperintahkan  dan dikatakan Nabi bukanlah datang dari hawa nafsu beliau tapi dengan petunjuk dari Allah Ta’ala.  Allah berfirman : “Wa maa yantiqu ‘anil hawaa. In huwa illaa wahyun yuuhaa”. Dan tidaklah yang diucapkannya itu  menurut keinginannya. Tidak lain (al Qur-an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) Q.S an Najm 3-4.

Jadi ada kesalahan seseorang  yang sangat dianjurkan untuk dimaafkan dan ternyata ada pula yang tidak mungkin dimaafkan sebagaimana Nabi telah melakukan yang demikian.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (892)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar