Senin, 05 Februari 2018

PUJIAN BISA MEMBUNUH KEIKHLASAN DALAM BERIBADAH



PUJIAN BISA MEMBUNUH KEIKHLASAN DALAM BERIBADAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Tak ada khilaf diantara ulama bahwa syarat diterima suatu ibadah atau amalan seorang hamba adalah :

Pertama : Ikhlas karena Allah. 

Diantara dalilnya adalah : 

(1) Firman Allah  : Katakanlah: “Qul inna shalaatii wanusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillahi rabbil ‘aalamiin”. Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. (Al-An’am: 162).  

(2) Surat Al-Bayyinah ayat 5 Allah berfirman : “Wamaa umiruu illaa liya’budullaha mukhlishiina lahuddiin” .Padahal mereka hanya  disuruh  menyembah Allah dengan ikhlas mentaati-Nya semata mata  karena (menjalankan) agama. 

(3) Allah Ta’ala   berfirman : “Fa’budillaha mukhlisan lahuddiin.”  Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. (Q.S az Zumar 2)
 
(4) Tentang kewajiban ikhlas karena Allah adalah juga sebagaimana yang disabdakan Rasulullah : “Inallaha yuqbalu minal ‘amali illa maa kaana lahu khaliisa wabtughiya bihi wajahuhu” Sesungguhnya Allah tidak menerima dari semua jenis amalan kecuali yang murni, ikhlas untuk_Nya dan untuk mencari wajah-Nya. (H.R Imam an Nasa’i, dishahihkan oleh Syaikh al Albani). 

Kedua : Ittiba’ yaitu mengikuti contoh yang diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.

Diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam : “Man ‘amala ‘amalan laisa ‘alaihi amrunaa fahuwa raddun”. Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintah dari kami maka (amalannya) tertolak. (H.R Imam Muslim). 

Berkata al Hafizh Ibnu Rajab al Hambali : Hadits ini secara konteks menunjukkan bahwa setiap amalan yang tidak ada perintah syar’i di dalamnya maka amalan tersebut ditolak. Sebaliknya dapat dipahami pula bahwa setiap amalan yang ada perintahnya maka amalan tersebut diterima. Maksud perintah  disini adalah agama dan syariatnya.

Lalu datang pertanyaan : Apa makna ikhlas ?. Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari segala sesuatu yang tidak baik dan menjadikan sesuatu bersih, tidak kotor. Maka orang yang ikhlas dalam beragama  adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya ataupun ujub dan tak berharap pujian manusia dalam beramal.

Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niat dari segala sesuatu  yang bisa merusaknya.

Ketahuilah bahwa ikhlas dalam beribadah haruslah ada dalam diri seorang hamba, yaitu (1) Pada saat akan melakukan suatu ibadah. (2) Pada saat sedang beribadah, dan (3) Setelah selesai ibadah sampai kapanpun. 

Sungguh menjaga keikhlasan bukanlah perkara mudah. Sangatlah banyak perkara yang mengganggu keikhlasan seorang hamba dalam beribadah. Imam Ibnul Qayyim menyebutkan dua musuh yang bisa membunuh keikhlasan. Satu diantaranya adalah SIKAP SUKA DIPUJI.

Imam Ibnul Qayyim memberikan nasehat yang berharga buat kaum muslimin. Kata beliau : Keikhlasan tidak dapat bersatu dengan salah satu dari dua  sifat yaitu (1) serakah atau tamak dan (2)  suka dipuji atau disanjung. Sifat ini tidak akan pernah bersatu dalam diri seseorang. Bagaimana mungkin air bersatu dengan api.  Biawak tentu tidak mungkin bersatu dengan ikan. Yang satu akan mematikan yang lainnya.

Selanjutnya beliau berkata : Kemudian lihatlah sifat  ingin dipuji yang dimiliki, lalu berpalinglah darinya sebagaimana orang yang berpaling dari dunia karena mencintai akhirat. Untuk menghilangkan sifat suka dipuji atau disanjung, dapat dipermudah dengan meyakini : 
 
(1) Bahwa tidak ada seorangpun yang pujiannya bermanfaat bagi anda dan celaannya berbahaya bagi anda, kecuali jika Allah berkehendak.
(2) Bahwa tidak ada seorangpun yang pujiannya dapat menghiasi diri anda dan kecamannya dapat menjadikan cacat bagi anda, kecuali jika Allah berkehendak.

Oleh karena itu  abaikan saja pujian manusia yang tidak akan membuat anda menjadi mulia dan abaikan juga celaan manusia yang tidak akan menjadikan anda hina. (Fawaidul Fawaid, dengan diringkas).

Jadi dalam beribadah janganlah pernah mengharapkan pujian dari manusia sedikitpun karena sifat suka dipuji akan membunuh keikhlasan. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.229).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar