Rabu, 30 Juni 2021

KEWAJIBAN PARA HAMBA BERIMAN KEPADA ALLAH TA'ALA

 

KEWAJIBAN PARA HAMBA BERIMAN KEPADA ALLAH TA’ALA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Satu rukun iman yang enam dan wajib diimani dengan sebenar benarnya oleh hamba hamba Allah adalah BERIMAN KEPADA ALLAH TA’ALA. Para ulama yang mumpuni ilmunya membagi tentang iman kepada Allah Ta’ala dalam empat keadaan. 

Pertama : Beriman dengan wujud atau keberadaan Allah.

Sungguh keberadaan alam semesta ini pasti ada yang menciptakan yaitu Allah Ta’ala dan tidaklah alam semesta ini beserta semua isinya terjadi dengan sendirinya.

Allah itu BENAR BENAR ADA. Siapa yang mengingkarinya maka dia BUKAN ORANG BERIMAN. Tetapi  sebenarnya tak mungkin ada orang yang mengingkari wujud Allah dalam dirinya.

Bahkan Fir’aun manusia paling ingkar pun mengakui adanya Rabb. Dia bertanya kepada Musa : Siapa Rabb seluruh alam itu ?.

قَالَ رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَاۗ اِنْ كُنْتُمْ مُّوْقِنِيْنَ    قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ

Fir’aun bertanya : Siapa Tuhan seluruh alam itu ?. Dia (Musa) menjawab : Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya (itulah Tuhanmu) jika kamu mempercayai-Nya.  (Q.S asy Syua’ara 23).

Tetapi Fir’aun mengingkari karena kezhaliman dan kesombongan, sebagaimana disebutkan dalam  firman Allah :

وَجَحَدُواْ بِهَا وَٱسۡتَيۡقَنَتۡهَآ أَنفُسُهُمۡ ظُلۡمًا وَعُلُوًّا ۚ فَٱنظُرۡ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُفۡسِدِينَ

 

Mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)-nya. (Q.S an Naml 14).

 

Kedua : Beriman dengan ke-Esaan Allah dalam Rububiyah-Nya.

 

Maksudnya adalah MEYAKINI BAHWA DIA-LAH SATU SATUNYA, YANG ESA DALAM RUBUBIYAHNYA. Yaitu sebagai satu satunya pencipta, pemilik dan pengatur dalam semua hal yang bersifat perbuatan Allah yang khusus bagi-Nya.

 

Dengan demikian, ketika ditanyakan : Siapa yang menciptakan langit dan bumi ?. Jawabnya : Allah Ta’ala. Siapa yang menciptakan manusia ?. Jawabnya : Allah Ta’ala. Siapa yang menguasai pengaturan alam semesta ini ?. Jawabnya : Allah Ta’ala.

 

Ketiga : Beriman terhadap ke-Esaan Allah dalam Uluhiyah-Nya.

 

Maksudnya adalah : Bahwa Allah Ta’ala sajalah, yang tidak ada ilah berhak diibadahi dengan benar kecuali Dia dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

 

Syaikh Utsaimin mengingatkan : Barangsiapa yang menyangka bahwa selain Allah ada ilah lain yang boleh disembah maka dia bukan orang beriman kepada Allah. Ingatlah bahwa engkau wajib beriman terhadap ke-ESAAN ULUHIYAH-NYA. Jika tidak maka engkau tidak beriman kepada-Nya. (Syarah Arba’in an Nawawiyah).

 

Jadi semua ibadah HARUS DILAKUKAN HANYA KEPADA ALLLAH TA’ALA semata dan ikhlas karena-Nya. Tidak boleh dipalingkan SEDIKITPUN kepada selain Allah Ta’ala. Tauhid ini merupakan inti dakwah para Rasul. Allah Ta’ala berfirman :

 

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

 

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul-pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka SEMBAHLAH AKU. (Q.S al Anbiyaa’ 25).     

 

Keempat : Beriman terhadap Asma’ (Nama Nama) Allah dan sifat sifat-Nya.

 

Yaitu dengan apa yang ditetapkan-Nya untuk diri-Nya dalam Kitab-Nya atau dalam Sunnah Rasul-Nya dengan penetapan yang layak bagi-Nya. Sungguh  Allah Ta’ala memiliki nama yang terbaik sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :

 

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

 

Dan Allah memiliki Asmaa-ul Husnaa (nama nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul Husnaa itu dan tinggalkanlah orang orang yang menyalah artikan nama nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S al A’raf 180).

Dan juga dalam firman-Nya :  

 

  اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ

 

(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama terbaik.  (Q.S Thaha 8)

 

Mengenai jumlah Nama Allah yang umum diketahui  adalah 99.  Tetapi  para ulama telah menjelaskan bahwa Nama nama Allah tidaklah terbatas jumlahnya. Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

 

إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang mengamalkannya dia masuk surga.

Dalam satu hadits yang lain disebutkan bahwa beliau bersabda  :

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ

Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu. (H.R Imam Ahmad).

Prof. Dr. Syaikh Abdurrazaq bin Muhsin al Badr, Guru Besar di Universitas Islam Madinah,  berkata :  Dari sini diketahui bahwa nama nama Allah tidak terbatas dengan bilangan tertentu. Bahkan nama nama Allah yang baik yang disebutkan dalam al Qur an dan hadits juga tidak terbatas dengan bilangan 99.

Akan tetapi maksud dari hadits tersebut adalah barangsiapa yang mengamalkannya  maka dia masuk surga. Oleh karena itu, para ulama menyatakan bahwa nama nama Allah yang tercantum dalam al Qur an dan hadits lebih dari 99 nama.

Oleh karena itu, jika ada dari para ulama yang mengumpulkan 99 nama dari nama nama Allah dan selain mereka mengumpulkan nama nama yang lain, lalu sebagiannya sama dan sebagian yang lain berbeda maka ini tidak berarti bahwa yang diperselisihkan tersebut bukan dari nama Allah karena melebihi 99 nama.

 

Bahkan sekiranya mereka mengumpulkan semua nama tersebut bisa melebihi 99 nama. Yang penting adalah keshahihan nama tersebut dan ketetapannya (ada) dalam al Qur an dan hadits. (Lihat Kitab Fiqih Ama’ul Husna, Syaikh Abdurrazaq bin Muhsin al Badr).

 

Oleh karena itu hamba hamba Allah wajib beriman kepda-Nya dan menjaga imannya yang benar dan lurus  dalam dirinya sampai akhir hayat. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.335)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar