Selasa, 22 Juni 2021

KEWAJIBAN HAMBA HAMBA ALLAH MEMPELAJARI AL QUR AN

 

 

KEWAJIBAN HAMBA ALLAH MEMPELAJARI AL QUR AN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Al-Quran secara bahasa  berasal dari kata kerja qara’a yang berarti : “mengumpulkan dan menghimpun”, dan qira’ah yang berarti  : Menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi.

Al Qur-an adalah Kalamullah, firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam melalui Malaikat Jibril, dengan lafal dan maknanya. (Lihat Ensiklopedi Islam jilid 4/132).

Sungguh al Qur an diturunkan sebagai petunjuk yang akan menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran SEBAGAI PETUNJUK bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Q.S al Baqarah 185).

Agar benar benar bisa dijadikan petunjuk maka setiap hamba Allah berkewajiban mempelajari al Qur an yaitu :

(1) Dimulai dari cara membaca yang benar dan selalu membacanya.

(2) Berusaha menghafal bahkan wajib menghafal ayat ayat tertentu dari al Qur an karena ada ayat ayat al Qur an harus dibaca ketika shalat bahkan membaca surat al Fatihah adalah wajib dalam shalat wajib dan shalat sunnah. Oleh karenanya  mesti dihafal.

(3) Mengamalkannya. Inilah bagian paling penting dalam mempelajari al Qur an.

(4) Serta mengajarkannya sesuai kemampuan. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

خيركم من تعلم القرآن وعلمه 

Sebaik baik kalian adalah yang belajar al Qur an dan mengajarkannya (H.R Imam Bukhari, dari Utsman bin Affan).

Imam Ibnu Hajar Ashqalani berkata : Tidak diragukan lagi bahwa orang yang bisa menggabungkan antara belajar dan mengajarkan al Qur an adalah orang yang sempurna bagi dirinya dan bagi orang lain, yaitu yang mampu mengumpulkan kebaikan yang sedikit dan yang banyak (Fathul Bari) 

(5) Satu hal yang SANGAT PENTING adalah berusaha memahami makna ayat ayat al Qur an. Ketahuilah bahwa tidaklah setiap orang boleh memaknai atau menafsirkan a Qur an, sesuai dengan pikiran atau akalnya. Tetapi haruslah merujuk kepada kitab kitab ulama ahli tafsir. 

Berikut ini adalah d iantara contoh bagaimana para ulama dalam  memahami ayat ayat al Qur an :  

(1) Surat al Mulk ayat 2. Allah Ta’ala berfirman :

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

(Dialah) Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa yang paling baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Mahapengampun.        

Al Imam Fudhail bin Iyadh menjelaskan bahwa :  Ahsanu amala, paling baik amalnya  dalam ayat ini maksudnya adalah paling ikhlas dan paling sesuai dengan syariat. Kemudian ada yang bertanya : Apakah maksud yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan syariat ?

Lalu beliau menjawab : Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tetapi tidak sesuai dengan syariat maka tidak diterima. Demikian pula apabila sesuai dengan syariat tetapi tidak ikhlas maka amalan itu tidak diterima, hingga amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan syariat. (Hilyah al Auliya’).

(2) Surat asy Syuura ayat 30. Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِير  

Dan musibah apa saja yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kesalahanmu).

Para ulama menjelaskan bahwa kasabat aidiikum, perbuatan tanganmu dalam ayat ini maknanya adalah dosa dosa kalian.

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala mengabarkan bahwa apa pun musibah yang menimpa hamba hamba-Nya, pada diri mereka, pada harta ataupun anak anak mereka dan apa saja yang mereka cintai adalah AKIBAT DOSA DOSA YANG MEREKA LAKUKAN SENDIRI.

Dan sesungguhnya yang dimaafkan oleh Allah Ta’ala lebih banyak dari itu. Sebab sesungguhnya Allah Ta’ala tidak (pernah) berbuat zhalim terhadap hamba hamba-Nya, tetapi merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

(3) Surat al Baqarah ayat 11. Allah Ta’ala  berfirman :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

Dan bila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. mereka menjawab : Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.

Imam Ibnu Katsir mengutip perkataan ahli tafsir dari kalangan  sahabat antara lain Ibnu Abbas bahwa : Mereka yang dimaksud adalah orang orang munafik, sedangkan kerusakan yang dimaksud adalah kekufuran dan kemaksiatan.

 Ibnu Katsir juga mengutip perkataan Abul Aliyah, ia mengatakan  tentang  firman Allah : “Janganlah kaIian membuat kerusakan di muka bumi”. Maknanya adalah bahwa kerusakan yang mereka perbuat itu berupa kemaksiatan kepada Allah atau menyuruh orang lain untuk bermaksiat kepada-Nya, maka ia telah berbuat kerusakan di muka bumi, karena kemaslahatan langit dan bumi ini terletak pada ketaatan. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).

Dari penjelasan makna tiga ayat diatas menjadi tahulah kita bahwa pemahaman yang benar  terhadap ayat ayat al Qur-an hanya akan  diperoleh dengan mempelajarinya dari ulama  yang mumpuni ilmunya serta juga dari kitab kitab Tafsir ulama terdahulu dari kalangan sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in serta orang orang yang mengikutinya.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.327)

 

 


 [WU1]enurut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar