Kamis, 04 September 2025

ORANG BERIMAN MAKAN MINUM DENGAN TANGAN KANAN

 

ORANG BERIMAN MAKAN MINUM DENGAN TANGAN KANAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh berbahagia orang orang beriman karena dari kecil, semenjak mulai bisa makan dan minum sendiri kita  sudah diajarkan mengunakan tangan kanan. Dan itulah salah satu adab yang sangat baik yang diajarkan orang tua kita. Tetapi setelah dewasa, hidup sudah mandiri terkadang ada yang lupa pelajaran yang sangat berharga  ini.

Sungguh yang kita lihat ada sebagian manusia di zaman ini makan dan minum dengan tangan kiri. Mereka merasa tidak ada beda makan dan minum dengan tangan kiri atau tangan kanan.  

Diantaranya yang agak sering kita lihat adalah ketika seseorang makan gorengan seperti tahu isi yang biasanya pakai cabe rawit . Tahunya dipegang pakai tangan kanan lalu dimakan. Nah giliran cabe rawit yang dipegang langsung dimakan pakai tangan kiri.

Ketika   minum air mineral kemasan botol biasanya botolnya dipegang dengan tangan kiri. Tutup botol dibuka dengan tangan kanan. Lalu langsung minum tanpa memindahkan botol ke tangan kanan.  

Ketahuilah bahwa makan dan minum dengan tangan kiri adalah kebiasaan syaithan dan mesti kita selisihi. Sungguh Rasulullah Salalahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan dalam  sabda beliau : 

إذا أَكَلَ أحدُكُم فليأكلْ بيمينِهِ . وإذا شرِبَ فليشربْ بيمينِهِ . فإنَّ الشَّيطانَ يأكلُ بشمالِهِ ويشرب بشمالِهِ

Apabila  salah seorang dari kalian makan, hendaklah ia makan dengan tangan kanannya dan bila ia minum hendaknya ia minum dengan tangan kanannya. Maka sesungguhnya syaithan makan dan minum dengan tangan kirinya. (H.R Imam Muslim dari Ibnu Umar).

Syaikh Abdul Aziz as Sayyid Nada, berkata bahwa berdasarkan hadits diatas maka makan dengan tangan kanan adalah wajib. Bahkan untuk orang yang kidal sekalipun dia wajib makan dengan tangan kanannya. (Kitab Ensiklopedi Adab Islam Jilid 1).

Dan yang lebih penting lagi adalah kalau kita membiasakan makan dan minum dengan tangan kanan berarti kita telah mengikuti dan menghidupkan sunnah. Rasulullah Salalahu 'alaihi Wasallam bersabda :

 من أحيا سنتي فقد أحبني ومن أحبني كان معي في الجنة .

Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku maka dia telah mencintaiku. Barangsiapa mencintaiku  dia akan bersamaku disurga. (H.R at Tirmidzi). 

Sebagai penutup tulisan ini, dinukil sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Ada seorang laki-laki makan di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :‘Makanlah dengan tangan kananmu !.

Dia  menjawab :  Aku tidak bisa. Beliau bersabda :  ‘Benarkah kamu tidak bisa ?. (Dia menolaknya karena sombong). Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya” (H.R Imam Muslim).

Wallahu Alam. (3.583).  

 

 

 

 

 

 

 

 

Selasa, 02 September 2025

DIBERI UJIAN BERUPA MUSIBAH TANDA KASIH SAYANG ALLAH

 

DIBERI UJIAN BERUPA MUSIBAH TANDA KASIH SAYANG ALLAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, setiap hamba pasti akan diuji dalam bentuk musibah dalam urusan dunianya, yaitu sesuatu yang terasa tidak menyenangkan. Diantaranya adalah kehilangan harta,  didatangi penyakit,  kehilangan penghasilan, kehilangan pangkat dan jabatan dan yang lainnya.

Sungguh ujian berupa musibah itu adalah suatu keniscayaan. AllahTa'ala mengingatkan dalam firman-Nya :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan SEDIKIT ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar. (Q.S al Baqarah 155).

Ujian berupa musibah itu antara lain adalah untuk diketahui seberapa kokoh iman seseorang.  Allah Ta’ala berfirman :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, KAMI TELAH BERIMAN DAN MEREKA TIDAK DIUJI ?. Dan sungguh Kami telah menguji orang orang sebelum mereka maka Allah pasti mengetahui orang orang yang benar dan pasti mengetahui orang orang yang berdusta. (Q.S al Ankabut 2-3).

Ketahuilah bahwa diantara tanda kasih sayang Allah Ta'ala ketika Dia memberi ujian berupa cobaan adalah :

(1) Ketika kehilangan harta.

Ketika seseorang kehilangan harta dia harus bersabar dan dianjurkan untuk  mengucapkan KALIMAT ISTIRJA' yakni yakni INNA LILLAAHI WA INNAA ILAHI RAJI’UUN. Lalu memohon agar diberi ganti maka akan diberi ganti yang lebih baik.Dalam hadis dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, dia  mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} ، اللَّهُمَّ أَجِرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

Apabila ada seorang muslim yang mengalami musibah, lalu dia mengucapkan kalimat ISTIRJA' seperti yang Allah perintahkan : 

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Yaa Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Maka Allah akan memberikan ganti untuknya dengan yang lebih baik. (H.R Imam Muslim).

(2) Ketika didatangi penyakit.

Ketika didatangi ujian berupa penyakit misalnya, maka orang beriman wajib meyakini bahwa sakit yang menimpanya pasti memiliki hikmah dan pelajaran yang baik baginya. Paling tidak ada lima perkara  yang  ditarik Allah ketika seorang diuji dengan sakit :

(1) Selera makan berkurang bahkan hilang. (2) Keceriaan dan kegembiraan hilang. (3) Semangat dan tenaga secara fisik juga hilang. (4) Kemampuan beraktivitas sehari hari juga hilang. (5) DOSA DOSA JUGA HILANG. 

Selanjutnya, ketika Allah Ta'ala menyembuhkannya maka Allah mengembalikan apa yang telah Dia tarik dari diri seseorang ketika dia  sakit tadi.  Selera makan dikembalikan.  Kegembiraan dan keceriaan dikembalikan.  Semangat dan tenaga secara fisik juga dikembalikan. Kemampuan untuk beraktivitas sehari hari juga dikembalikan lagi. TAPI DOSA TAK DIKEMBALIKAN.

Ketahuilah bahwa ketika seseorang ditimpa suatu ujian berupa penyakit, kesusahan dan yang lainnya maka Allah Ta'ala mengampuni dosanya. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

 

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :Tidaklah seorang muslim itu ditimpa musibah baik berupa rasa lelah, RASASAKT, rasa khawatir, rasa sedih, gangguan atau rasa gelisah sampaipun duri yang melukainya melainkan dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosanya. (H.R  Imam Bukhari  dan Imam Muslim).

Selain itu ketahuilah bahwa semua ujian berupa musibah adalah ketetapan Allah Ta'ala yang pasti akan terjadi. Allah Ta'ala berfirman :

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah (Muhammad). Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakallah orang orang yang beriman. (Q.S at Taubah 51).

Lalu ketika didatangi ujian berupa musibah maka sikap yang paling utama dikedepankan oleh orang beriman adalah BERSABAR. Dan sungguh ketika seseorang bersabar  dia akan didatangi PAHALA TANPA BATAS. Allah Ta'ala berfirman : 

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas. (Q.S az Zumar 10).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Adapun kesabaran, pahalanya berlipat ganda tidak terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa ganjarannya sangat besar sekali hingga tak mungkin bagi seorang insan untuk membayangkan pahalanya karena tidak bisa dihitung dengan bilangan. 

Bahkan juga, pahala sabar termasuk pahala yang maklum diisi Allah tanpa bisa dibatasi. Tidak pula dapat disamakan dengan mengatakan satu kebaikan dilipat gandakan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Kesabaran itu pahalanya tanpa batas. (Syarah Riyadush Shalihin)

 

Wallahu A'lam. (3.582)

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

APAKAH SAAT INI KEJUJURAN SUDAH PUNAH ?

 

APAKAH SAAT INI KEJUJURAN SUDAH PUNAH ?

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Jujur secara bahasa bermakna sebagai perilaku atau sikap yang mencerminkan kebenaran. Dalam  KBBI, jujur didefinisikan sebagai lurus hati, tak berbohong (misalnya dengan berkata apa adanya), tak curang (misalnya dalam permainan, dengan mengikuti aturan yang berlaku).

 Imam Ibnul Qayyim berkata tentang  hakikat dari kejujuran antara lain : Kejujuran, dengannya dapat dibedakan antara orang munafik dan orang beriman, para penghuni surga dan penghuni neraka.

Kejujuran merupakan ruh amal, penjernih keadaan, penghilang rasa takut dan pintu masuk bagi orang orang yang akan menghadap Rabb Yang Mahamulia. Kejujuran tidaklah ia menghadapi kebatilan melainkan akan melawan dan mengalahkannya. (Madaarjus Saalikin).  

Sungguh Allah Ta'ala telah mengingatkan orang orang beriman supaya berlaku jujur, berkata yang benar sebagaimana  firman-Nya : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

 Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Q.S al Ahzab 70 - 71).

Allah Ta'ala juga berfirman  :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Wahai orang-orang yang beriman !.  Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Q.S at Taubah 119).

Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaihi menjelaskan keutamaan jujur dan bahaya tidak jujur, beliau bersabda :

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhuma, ia berkata : Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. 

Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta. (H.R Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Imam Mslim dan selainnya)

Hakikatnya KEJUJURAN ADALAH KEBUTUHAN SETIAP ORANG. Tetapi ternyata di zaman ini KEJUJURAN SUDAH LANGKA MESKIPUN BELUM PUNAH.

Sungguh, ternyata disetiap waktu kita menerima banyak kabar bohong, tidak jujur, termasuk di media sosial. Ketahuilah bahwa kabar bohong itu juga sering mendatangkan bahaya APALAGI KALAU DISAMPAIKAN OLEH ORANG BERPANGKAT DAN BERKUASA. Mungkin karena kepentingan dunia maka mereka mau menjual harga diri. Urat malunya sudah putus.

Sebagai penutup tulisan ini, dinukil perkataan Imam al Mawardi   yang menjelaskan tentang empat perkara yang mendorong manusia untuk berlaku jujur, beliau berkata :

Pertama : Sisi agama. Jika seseorang memahami betul agamanya yang melarang dan mencela berlaku bohong tentu dia akan senantiasa berlaku jujur.

Kedua : Sisi akal. Seorang yang memiliki akal (yang sehat) tentulah dia akan mengerti dan menyadari betul betapa besar manfaat kejujuran baginya maka dia akan senantiasa berlaku jujur.

Ketiga : Sisi kehormatan diri. Manusia secara naluri pasti akan selalu berusaha menjaga  dirinya dan dia tidak mau merusak kehormatan dirinya dengan berbuat tidak jujur.

Keempat : Sisi popularitas. Tidaklah seseorang mau berlaku tidak jujur karena takut akan terkenal dalam masyarakat sebagai orang yang tidak jujur atau tukang bohong. (Kitab Adabud Dun-ya Waddiin).

Wallahu A'lam. (3.581)

 

 

 

Senin, 01 September 2025

KEBAIKAN AKAN MENDATANGI ORANG YANG BERNIAT BAIK

 

KEBAIKAN AKAN MENDATANGI ORANG YANG BERNIAT BAIK

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Secara bahasa, niat bermakna qashdu, maksud atau tujuan atau yang disengajakan. Imam an Nawawi berkata : Bahwa niat adalah bermaksud untuk melakukan sesuatu dan bertekad bulat untuk melaksanakannya. 

Secara syar’i, niat bermakna KUAT NYA HATI UNTUK MELAKUKAN SUATU IBADAH dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.  

Syaikh as Sa’di berkata : Niat adalah maksud dalam beramal untuk mendekatkan diri kepada Allah, mencari ridha dan pahala-Nya. (Bahjah Quluubil Abraar).

Ketahuilah bahwa ketika seseorang memiliki niat baik dalam hatinya maka sungguh Allah Ta'ala menambah kebaikan kepadanya. Allah Ta'ala berfirman : 

إِن يَعْلَمِ ٱللَّهُ فِى قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِّمَّآ أُخِذَ مِنكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S al Anfal 70).

Selain itu ketahuilah bahwa jika dalam hati ada niat yang buruk maka Allah Ta'ala akan menambah keburukan. Allah Ta'ala berfirman : 

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (Q.S al Baqarah 10).

Ketahuilah bahwa sungguh seseorang akan mendapat apa yang diniatkannya, yaitu sebagaimana dijelaskan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dalam sabda beliau  yaitu dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

Setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan MENDAPATKAN APA YANG IA NIATKAN. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju. (H.R Imam  Bukhari dan  Imam Muslim).

Sungguh SANGATLAH PENTING MELURUSKAN NIAT ketika akan memulai suatu perbuatan. Syaikh Utsaimin antara lain megatakan : Niat merupakan syarat suatu amal atau perbuatan (mubah, bukan ibadah) bisa  membuahkan pahala.

Amalan mubah seperti makan, minum, dan sebagainya, jika diiringi dengan niat yang benar, semisal karena memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya serta untuk membantu dalam melaksanakan ketaatan, maka bisa menjadi amal shalih dan pelakunya diberi pahala. (Ushuulil Fiqhi wa Qawaa’idihi).

Oleh karena itu hamba hamba Allah mestilah senantiasa mengedepankan NIAT YANG BAIK DALAM SEMUA PERKATAAN DAN PERBUATANNYA. Niat yang benar membuat perbuatan mubah menjadi ibadah. Sebaliknya niat yang rusak bisa membuat ibadah tidak bernilai di sisi Allah Ta'ala.

Wallahu A'lam. (3.580)

Sabtu, 30 Agustus 2025

TETAP BELAJAR ILMU MESKIPUN UMUR SUDAH 60 ATAU LEBIH

 

TETAP BELAJAR ILMU MESKIPUN UMUR SUDAH 60 ATAU LEBIH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Tentang belajar ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau : 

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Belajar ilmu   wajib bagi setiap muslim. (H.R  Imam Ahmad dan Ibnu Majah).

Dari zhahir hadits ini kita bisa paham bahwa tidak ada pembatasan usia dalam belajar selagi dia muslim. Lalu kapan berhenti belajar. Ada saatnya yaitu ketika orang yang dipercaya berkata : Wahai akhi, tahukah antum bahwa sekarang orang bodoh lebih baik daripada orang berilmu. Nah, jika perkataan ini terasa masuk akal maka itulah saatnya kita berhenti belajar.

Ingatlah bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengabarkan kepada kita bahwa belajar ilmu adalah salah satu JALAN MUDAH menuju surga.  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.  Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

 وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Dan barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. (H.R Imam Muslim).

Imam Ibnu Rajab al Hambali menjelaskan bahwa menempuh jalan untuk menuntut ilmu memiliki dua makna yaitu :

Pertama : Menempuh jalan dalam arti sebenarnya yaitu melangkahkan kaki menuju majelis-majelis ilmu. 

Kedua : Menempuh  jalan (cara-cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti menghafal dan mengulangi pelajaran, membaca dan menelaah kitab-kitab. Juga termasuk cara-cara lain yang dapat menghantarkan seorang hamba memperoleh ilmu syar’i.  (Jami’ul ulum wal Hikam).

Mungkin ada diantara kita yang pernah mendengar ungkapan yang mengatakan : Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang kubur. Ini bukan hadits, sebagaimana dipersangkakan sebagian orang. Ini hanya ungkapan orang bijak saja. Tetapi makna ungkapan ini cukup baik sebagai pendorong kita untuk terus menerus belajar sampai usia lanjut dan hanya berhenti belajar jika sudah wafat.

Memang ketika seseorang belajar di usia lanjut mungkin hanya bisa menyerap ilmu yang dipelajari SEDIKIT SAJA karena fisik dan  otak sudah mulai melemah. Tetapi sangat dianjurkan untuk tetap belajar seberapa pun dapat menyerap ilmu yang dipelajari.

Syaikh Shalih bin Fauzhan memberi nasehat  tentang menuntut ilmu : Jangan engkau bosan menuntut ilmu agama. Teruslah belajar ilmu agama walaupun hasil yang engkau dapatkan (mungkin) sedikit.

Dan sesuatu yang sedikit namun disertai amal yang shaleh maka  terdapat berkah serta kebaikan  padanya.  Dan istiqamah, terus menerus menuntut ilmu agama, tidak diragukan lagi bahawasanya hal tersebut adalah kebaikan. Dan menuntut ilmu agama itu adalah ibadah. Menuntut ilmu agama itu lebih utama daripada shalat sunnah. (Al Ijabat al Muhimmah).

Sungguh saat ini sarana atau jalan untuk menuntut ilmu tersedia sangat banyak dan luas. Oleh karena ambillah kesempatan belajar yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan diri kita sebagai orang yang telah berusia lanjut.

Wallahu A'lam. (3.579). 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 23 Agustus 2025

HAMBA ALLAH BERSEGERA DAN BERLOMBA MEMOHON AMPUN

HAMBA ALLAH BERSEGERA DAN BERLOMBA MEMOHON AMPUN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hamba hamba Allah diciptakan dalam keadaan lemah, yaitu sebagaimana dijelaskan Allah Ta'ala dalam firman-Nya :

وَخُلِقَ ٱلْإِنسَٰنُ ضَعِيفًا

Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah. (Q.S an Nisaa’ 28.)

Syaikh as Sa’di berkata : Manusia itu adalah lemah dalam hal fisik, lemah dalam berkehendak, lemah dalam bertekad dan lemah dalam iman dan kesabaran (Lihat Tafsir Kariimir Rahman).

Dengan kelemahan itu maka manusia sering tergelicir kepada perbuatan buruk yang mendatangkan dosa. Oleh karena itu maka hamba hamba Allah tak boleh  berhenti memohon ampun kepada Rabb-Nya di setiap waktu dan keadaan.

Sungguh, hamba Allah  berbuat dosa malam dan siang. Dan kita sangat menginginkan dosa dosa kita diampuni. Dalam satu hadits qudsi disebutkan :  

يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ

Wahai hamba hamba-Ku sesungguhnya KALIAN SEMUA BERBUAT SALAH  di waktu malam dan siang, sedangkan Aku mengampuni segala dosa semuanya, maka MINTALAH AMPUN KALIAN SEMUA   kepada-Ku niscaya Aku ampuni kalian. (H.R Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa Allah Ta'ala telah mengingatkan agar hamba hamba-Nya BERSEGERA MEMOHON AMPUN, sebagaimana firman-Nya :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabb-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang orang yang bertakwa. (Q.S Ali Imran 133).

Imam al Baghawi  berkata : Bahwa makna bersegeralah dalam ayat ini adalah : BERSEGERALAH DAN BERGEGASLAH MENGERJAKAN AMALAN AMALAN YANG BISA MENDATANGKAN PENGAMPUNAN. (Kitab Tafsir al Baghawi).

Dan selain itu ketahuilah bahwa Allah Ta'ala mengingatkan pula agar hamba hambanya bukan HANYA BERSEGERA TETAPI BERLOMBA untuk mendapatkan ampunan-Nya yaitu sebagaimana firman-Nya : 

سَابِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ

Berlomba lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Q.S al Hadid 21).

Dalam Kitab Tafsir al Muyassar disebutkan : Berlomba-lombalah kalian, wahai manusia, melaksanakan amal shalih yang dengannya kalian mendapatkan ampunan atas dosa-dosa kalian, seperti taubat dan berbagai macam ibadah lainnya, dan agar kalian mendapatkan dengannya surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi.

Surga ini disiapkan Allah untuk orang-orang yang beriman kepada-Nya dan beriman kepada rasul rasul-Nya. Balasan ini adalah anugerah dari Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, dan Allah -Subḥānahu- mempunyai karunia yang agung untuk hamba-hamba-Nya yang beriman. (Departemen Agama Sauidi Arabia).

Ketahuilah bahwa sungguh sangat banyak keutamaan yang akan mendatangi hamba hamba Allah yang senantiasa memohon, diantaranya adalah sebagaimana firman-Nya :

 وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka sedang mereka (masih) memohon ampunan. (Q.S al Anfaal 33). 

Syaikh as Sa’di berkata : Ini adalah pencegah adzab dari mereka, pada hal sebab sebab turunnya adzab itu telah tercapai. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau :

الْعبدُ آمنٌ من عذابِ الله عزَّ وجلَّ ما اسٌتغفرَ الله عزَّ وجلَّ 

Hamba akan aman dari adzab Allah ‘Azza wa Jalla selama dia beristighfar, meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (H.R Imam Ahmad)

Wallahu A'lam. (3.578).

 

 

 

  

 

  

Minggu, 27 Juli 2025

SUKA BERSEDEKAH ADALAH SALAH BUKTI ADA IMAN DALAM DIRI

 

SUKA BERSEDEKAH ADALAH SALAH BUKTI ADA IMAN DALAM DIRI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Mengeluarkan harta untuk sedekah adalah satu perbuatan atau amalan yang BETUL BETUL SANGAT DIANJURKAN dalam syariat Islam. Sungguh sangatlah banyak kebaikan yang akan diperoleh orang yang membiasakan dirinya berinfak dan bersedekah untuk orang yang membutuhkan. Diantara keutamaannya  sebagaimana Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ وَالْحَسَدُ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

Sedekah itu akan menghapuskan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api. Hasad akan memakan kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar. (H.R al Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Selain itu, ketahuilah bahwa hamba hamba Allah yang suka dan terbiasa mengeluarkan hartanya untuk besedekah adalah satu tanda ada IMAN DI DALAM DIRINYA.  Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut bahwa sedekah itu adalah bukti keimanan sebagaimana disebutkan dalam   sabda beliau :

وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

Shalat adalah cahaya, sedekah merupakan bukti, sabar itu sinar panas, sementara al Qur an bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu. (H.R Imam Muslim).

Imam an Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa penamaan sedekah karena satu akar kata dengan kata “ash-shidqu” ( ص, د, ق) yaitu jujur. Sehingga sedekah menunjukkan kejujuran iman seseorang dan ini adalah bukti. Beliau rahimahullah juga mengatakan bahwa : Sedekah adalah dalil atas KEBENARAN KEIMANAN SESEORANG. Itulah mengapa dinamakan sedekah karena menunjukkan jujurnya keimanan seseorang dan bukti kuatnya keyakinannya. (Syarh Shahih Muslim).

Sungguh, yang menguatkan juga bahwa sedekah adalah bukti keimanan yaitu manusia sangat cinta terhadap harta yang didapatkannya. Sehingga manusia punya sifat dasar tidak ingin berpisah dengan harta yang dia miliki. Hanya keimanan yang kuat yang bisa melawan hal ini.

Sedekah adalah bukti keimanan, sedangkan sifat pelit dan kikir itu sebaliknya. Oleh karena itu, dua hal ini tidak akan menyatu dalam keimanan seorang mukmin.

Ketahuilah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan bahwa sifat kikir dan iman tidak akan berkumpul di hati seseorang, beliau bersabda :

لَا يَـجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالْإِيْمَانُ فِـيْ قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا.

Tidak akan pernah berkumpul antara kekikiran dan iman di hati seorang hamba selama-lamanya. (H.R Imam Ahmad. Lihat Shahih al Jaami’ ash Shaghir).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah berusaha semampunya untuk bersedekah karena sedekah adalah terkait dengan iman yang ada dalam diri kita.

Wallahu A'lam. (3.577)