APAKAH SAAT INI KEJUJURAN
SUDAH PUNAH ?
Disusun oleh :
Azwir B. Chaniago
Jujur secara bahasa bermakna
sebagai perilaku atau sikap yang mencerminkan kebenaran. Dalam KBBI, jujur didefinisikan sebagai lurus hati,
tak berbohong (misalnya dengan berkata apa adanya), tak curang (misalnya dalam
permainan, dengan mengikuti aturan yang berlaku).
Imam
Ibnul Qayyim berkata tentang hakikat dari kejujuran antara lain :
Kejujuran, dengannya dapat dibedakan antara orang munafik dan orang beriman,
para penghuni surga dan penghuni neraka.
Kejujuran
merupakan ruh amal, penjernih keadaan, penghilang rasa takut dan pintu masuk
bagi orang orang yang akan menghadap Rabb Yang Mahamulia. Kejujuran tidaklah ia
menghadapi kebatilan melainkan akan melawan dan mengalahkannya. (Madaarjus
Saalikin).
Sungguh
Allah Ta'ala telah mengingatkan orang orang beriman supaya berlaku jujur,
berkata yang benar sebagaimana
firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيمًا
Wahai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu
dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan
Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Q.S al Ahzab 70 - 71).
Allah Ta'ala juga berfirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Wahai orang-orang yang
beriman !. Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar. (Q.S at Taubah 119).
Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaihi
menjelaskan keutamaan jujur dan bahaya tidak jujur, beliau bersabda :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ
مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى
الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ
يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ،
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ،
وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ
وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhuma, ia berkata : Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur.
Dan
jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada
kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang
senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah
sebagai pendusta. (H.R Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Imam Mslim dan selainnya)
Hakikatnya KEJUJURAN ADALAH
KEBUTUHAN SETIAP ORANG. Tetapi ternyata di zaman ini KEJUJURAN SUDAH LANGKA
MESKIPUN BELUM PUNAH.
Sungguh, ternyata
disetiap waktu kita menerima banyak kabar bohong, tidak jujur, termasuk di
media sosial. Ketahuilah bahwa kabar bohong itu juga sering mendatangkan bahaya
APALAGI KALAU DISAMPAIKAN OLEH ORANG BERPANGKAT DAN BERKUASA. Mungkin karena
kepentingan dunia maka mereka mau menjual harga diri. Urat malunya sudah putus.
Sebagai penutup tulisan ini, dinukil perkataan Imam al Mawardi yang menjelaskan tentang empat perkara yang mendorong manusia untuk berlaku jujur, beliau berkata :
Pertama : Sisi agama. Jika seseorang memahami betul agamanya yang melarang dan mencela berlaku bohong tentu dia akan senantiasa berlaku jujur.
Kedua : Sisi akal. Seorang yang memiliki akal (yang sehat) tentulah dia akan mengerti dan menyadari betul betapa besar manfaat kejujuran baginya maka dia akan senantiasa berlaku jujur.
Ketiga : Sisi kehormatan diri. Manusia secara naluri pasti akan selalu berusaha menjaga dirinya dan dia tidak mau merusak kehormatan dirinya dengan berbuat tidak jujur.
Keempat : Sisi popularitas. Tidaklah seseorang mau berlaku
tidak jujur karena takut akan terkenal dalam masyarakat sebagai orang yang
tidak jujur atau tukang bohong. (Kitab Adabud Dun-ya Waddiin).
Wallahu A'lam. (3.581)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar