Kamis, 23 Juni 2022

HAMBA ALLAH HARUSLAH BERSUNGGUH MENJAGA SIFAT SABAR

 

HAMBA ALLAH HARUSLAH BERSUNGGUH MENJAGA SIFAT SABAR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Bersabar adalah satu sikap yang harus dipelihara setiap hamba dalam dirinya. Sungguh kita tidak membayangkan bagaimana keburukan dan kerusakan akan terjadi di masyarakat jika misalnya seorang guru tak sabar menghadapi muridnya, jika seorang bapak tak sabar menghadapi anak anaknya, jika seorang pedagang tak sabar menghadapi pembelinya, dan juga yang lainnya.

Lalu apa makna sabar ?. Imam Ibnul Qayyim dalam Madarijus Saalikin menjelaskan  makna dan hakikat sabar yaitu :

Pertama : Secara bahasa sabar bermakna mencegah dan menahan.

Kedua: Hakikat sabar adalah menahan diri dari berputus asa, meredam amarah jiwa, mencegah lisan untuk mengeluh serta menahan anggota badan untuk berbuat kemungkaran.

Sabar adalah akhlak mulia yang muncul dari dalam jiwa. Dapat mencegah perbuatan yang tidak baik. Sabar adalah kekuatan jiwa yang dengannya akan tegak dan baik segala perkara. (Madaarijus Shalikin).

Selain itu, ketahuilah bahwa hakikat sabar memiliki tiga bagian pokok : 

Pertama : Sabar dalam menjalani ketaatan. Allah Ta’ala berfirman :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ  

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya” (Q.S Thaahaa 132).

Seorang yang ingin bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah perlu memperhatikan tiga hal, sebagaimana dikatakan Imam Ibnu Qudamah dalam Kitab Minhajul Qashidin, yakni:

(1) Sebelum beribadah. Hendaklah dia meluruskan niatnya, ikhlas dan sabar agar terjaga dari penyakit riya’ dan sum’ah

(2) Saat beribadah. Hendaklah dia tidak lalai dari merasa diawasi Allah, jangan malas mengerjakan sunnah-sunnahnya dan adab-adabnya, sabar melawan rasa malas hingga selesai ibadahnya

(3) Setelah beribadah. Hendaklah dia sabar dari menyebarkan ibadah yang telah dia kerjakan. Tidak pamer dihadapan manusia dengan maksud riya’ atau sum’ah. Barangsiapa yang tidak sabar setelah bersedekah sia-sia belaka amalnya.

Kedua : Sabar dalam menjauhi larangan

Semua orang butuh kesabaran dalam setiap waktu dan kondisi. Sebab ia selalu berada dalam perintah yang wajib dilaksanakan dan larangan yang wajib ditinggalkan. Manusia berada diatas takdir Allah termasuk kenikmatan yang wajib dia syukuri. Apabila semua perkara ini tidak bisa lepas dari diri seorang hamba maka kesabaran harus senantiasa ada pada dirinya sampai akhir hayat. (Tazkiyatun Nufus, Syaikh Ahmad Farid).

Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : Sabar dalam menjauhi yang diharamkan Allah, yaitu hendaklah manusia menahan diri dari yang Allah haramkan, karena jiwa ini senantiasa memerintah kepada keburukan. Hendaklah seorang hamba sabar untuk menjauhi yang diharamkan Allah.

Ketiga : Sabar menerima takdir atau ketetapan Allah Ta’ala

Bahwa ketetapan yang Allah takdirkan bagi seorang hamba didunia dibagi dua :

(1) Ketetapan Allah yang sesuai dengan keinginan seorang hamba berupa keselamatan, harta, kedudukan dan kelezatan dunia. Maka disamping bersyukur terhadap nikmat, seorang hamba haruslah jangan tertipu dengan kelezatan dunia hingga lalai terhadap akhirat.

Hamba Allah yang beriman  hendaklah berusaha untuk sabar dari semua kenikmatan, yaitu bersabar yang diikuti rasa syukur.

(2) Ketetapan Allah berupa musibah dan sesuatu yang tidak dikehendaki jiwa. Ketahuilah bahwa musibah, ujian dan cobaan merupakan sunnatullah yaitu sesuatu yang telah Allah tetapkan dalam kehidupan dalam seorang hamba. Bahkan itu termasuk tujuan yang agung dari penciptaan manusia. Allah Ta’ala berfirman : 

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

(Allah) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa yang lebih baik amalnya.  (Q.S al Mulk 2).

Allah Ta’ala  berfirman : 

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, KAMI TELAH BERIMAN DAN MEREKA TIDAK DIUJI ?. Dan sungguh Kami telah menguji orang orang sebelum mereka maka Allah pasti mengetahui orang orang yang benar dan pasti mengetahui orang orang yang berdusta. (Q.S al Ankabut 2-3).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :  

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ الزَّرْعِ لَا تَزَالُ الرِّيحُ تُفِيئُهُ، وَلَا يَزَالُ الْمُؤْمِنُ يُصِيبُهُ الْبَلَاء

Perumpamaan seorang mukmin tak ubahnya seperti tanaman, angin akan selalu meniupnya, ia akan selalu mendapat cobaan (H.R Imam Muslim dan at Tirmidzi).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah sungguh sungguh menjaga sifat sabar dalam dirinya yaitu : (1) Sabar dalam menjalani ketaatan. (2)  Sabar dalam menjauhi larangan. (3) Sabar menerima takdir atau ketetapan Allah Ta’ala. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.646)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar