Kamis, 09 Juli 2015

JANGAN MELALAIKAN HAK ANAK



JANGAN MELALAIKAN HAK ANAK

Oleh : Azwir B. Chaniago

Kita semua selalu berharap dan sangat berkeinginan agar anak anak kita menjadi anak yang shalih dan shalihah. Anak yang berbakti kepada orang tuanya dan menjadi pembela agamanya. Kita menginginkan pula agar mereka semua menjadi penyejuk mata bagi kedua orang tuanya. 

Untuk itu kita senantiasa berdoa bagi mereka. Diantara  yang kita mohon dalam doa adalah :
Pertama : “Rabbi hablii min ladunka dzurriyatan thaiyibah, innaka sami’ud du’aa” Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya engkau Mahamendengar doa. (Q.S Ali Imran 38)

Kedua : “Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyaatinaa qurrata a’yunin waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa”. Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang orang yang bertakwa. (Q.S al Furqan 74)

Melazimkan diri untuk membaca doa ini tentulah sangat baik apalagi doa ini adalah yang terdapat dalam al Qur-an.
Namun demikian jangan lupa bahwa jika mengharapkan anak supaya menjadi penyejuk hati dan berbagai kebaikan ada padanya tidaklah cukup dengan berdoa saja. Orang orang berilmu menjelaskan bahwa jika ingin mendapatkan sesuatu yang baik,  paling tidak ada tiga langkah yang harus dilakukan yaitu (1) Berusaha untuk mendapatkan yang terbaik (2) Memohon pertolongan Allah dan berdoa untuk memperoleh perkenan-Nya. (3) Berserah diri kepada Allah terhadap apapun yang ditetapkan-Nya.

Begitupun dalam upaya menggapai keinginan untuk mendapatkan anak yang menyejukkan hati tentulah harus ada usaha yang sungguh sungguh. Diantaranya adalah pendidikan dan lingkungannya. Dan yang paling utama adalah mendidiknya agar menjadi manusia yang takut kepada Allah. Ketahuilah bahwa segala macam keburukan dan kemaksiatan yang dilakukan manusia adalah tersebab tidak ada rasa takut kepada Allah Ta’ala.

Islam adalah agama yang sempurna. Syariat sangatlah memperhatikan pendidikan anak. Lihatlah bagaimana Rasulullah telah memberikan contoh teladan yang sangat baik dalam pendidikan anak, diantaranya adalah :

Pertama : Menyuruh anak melaksanakan shalat.
Rasulullah memerintahkan setiap orang tua menyuruh anak anaknya melaksanakan shalat semenjak kecil. Rasulullah bersabda : “Perintahkanlah anak anak kalian untuk shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) pada umur 10 tahun.” (H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).    
  
Kita sangat paham bahwa anak umur 7 ataupun 10 tahun belum dibebani dengan kewajiban shalat karena belum baligh. Namun Rasulullah menyuruhnya untuk shalat sebagai bagian pendidikan yang penting bagi anak anak agar dia bisa dan terbiasa melaksanakan shalat semenjak kecil.
Kedua : Menasehati anak agar beradab ketika makan.
Rasulullah pernah memberi nasehat kepada anak kecil ketika makan. Umar bin Abu Salamah berkata : Saat aku makan bersama Rasulullah tanganku berkeliaran kemana mana, maka beliau mengatakan kepadaku : “Wahai anak, sebutlah nama Allah (bacalah basmalah) dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari yang terdekat denganmu” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ketiga : Menghindari sesuatu yang haram.
Rasulullah juga mengajarkan anak agar menghindari sesuatu yang haram. Abu Hurairah berkata : Hasan bin Ali, cucu Rasulullah, pernah mengambil satu buah kurma dari kurma zakat lalu memasukkan kedalam mulutnya. Nabi langsung berkata kepadanya : Kikh…kikh.. (agar Hasan memuntahkannya). Tidaklah kamu tahu bahwa kita tidak makan harta zakat. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Terkadang kita dapati orang tua yang kecewa dengan tingkah laku atau perangai anaknya terutama yang mulai remaja. Jika ini terjadi tentu sangatlah dianjurkan untuk memberikan nasehat dengan bijak dan lemah lembut. Jangan biarkan mereka berlaku buruk. Sungguh  mereka berhak untuk mendapat nasehat. Selain itu orang tua haruslah juga melakukan muhasabah atau introspeksi diri. Barangkali ada yang salah dalam pendidikan dan lingkunganya ataupun yang lainnya.

Syaikh as Samarqandi menceritakan : Bahwa seseorang pernah datang kepada Amirul Mukminin Umar bin Khaththab, dengan membawa anaknya. Orang itu berkata : Anakku ini benar benar durhaka kepadaku. Lantas Umar bin Khaththab berkata kepada anak itu : Apakah engkau tidak takut kepada Allah dengan kedurhakaanmu kepada ayahmu ?.  

Kemudian anak tersebut berkata kepada Umar bin Khaththab : Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga memiliki hak atas orang tuanya ?. Lalu Umar bin Khaththab menjawab : Benar, haknya adalah memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang bagus dan mengajarkan al Qur-an. (mengajarkan ilmu  agama). 

Lantas anak tersebut mengatakan : Demi Allah, (1) Ayahku tidak memilihkan aku ibu yang baik. Ibuku adalah hamba sahaya yang jelek berkulit hitam dan dibeli ayahku seharga 400 dirham. (2) Ayahku tidak memberi nama yang baik bagiku. Ia memberi aku nama Ju’al (catatan : Ju’al adalah nama sejenis kumbang yang suka berada ditempat kotoran hewan, bisa bermakna orang yang berkulit hitam dan jelek dan bisa pula bermakna orang yang emosional (Qamus al Muhith) dan (3) Ayahku tidak mengajarkanku al Qur-an kecuali hanya satu ayat).

Mudah mudahan bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (357)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar