Jumat, 21 Mei 2021

HARTA HARAM MENDATANGKAN KESENGSARAAN

 

HARTA HARAM MENDATANGKAN KESENGSARAAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Harta dunia memang menggiurkan bagi manusia. Allah Ta’ala menjelaskan dalam firman-Nya :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa apa yang diinginkan. Yaitu wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik (surga). Q.S Ali Imran 14.

Allah Ta’ala juga mengingatkan tentang manusia yang berlebihan dalam mencintai harta, sebagaimana firman-Nya :

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

Dan KAMU MENCINTAI HARTA dengan kecintaan YANG BERLEBIHAN. (Q.S al Fajr 20).

Sungguh, ternyata banyak orang yang sangat bersemangat dalam mencari dan mengejar harta meskipun sampai  jatuh kepada yang syubhat bahkan haram. Na’udzubillah.

Lihatlah keadaan di negeri kita.  Sangatlah banyak orang mencari dan mengambil harta haram melalui korupsi dan yang sejenisnya. Mengambil uang suap, melakukan pungli ataupun menanda tangani kwitansi bodong.

Akibatnya  ada sebagian diantara mereka yang mendapat malu besar karena ketahuan kelakukan buruknya. Malu karena mencoreng dirinya bahkan membuat malu dan sedih orang tuanya, istri, anak dan semua keluarga besarnya. Bahkan dia harus menghuni penjara beberapa tahun  Semuanya tersebab mencintai harta dengan berlebihan.

Ketahuilah saudaraku, hakikatnya tak ada kebaikan dalam harta yang telah jelas sumbernya. Ketika seseorang mengumpulkan harta dari sumber yang haram maka kesengsaraan akan mendatanginya.  Tidak ada kebaikan secuilpun dalam harta haram. Mau dimanfaatkan untuk apa harta haram itu :

(1) Mau disedekahkan ?. Allah tak akan menerimanya  karena Allah Ta’ala hanya menerima yang baik. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً،

Allah Subhanahu wa Ta’ala Mahabaik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik saja. (H.R Imam Muslim)

(2) Mau dinikmati, dimakan bersama keluarga ?. Ketahuilah bahwa  badan yang tumbuh dari harta yang haram akan berhak disentuh api neraka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi nasehat kepada  Ka’ab :

يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka. (HR. Tirmidzi, al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini Hasan).

(3) Ketika seseorang menggunakan dan memakan harta haram maka Allah Ta’ala tak akan mengabulkan doanya. Hal ini dijelaskan Rasulullah Salallahu’alaihi Wasallam dalam sabda beliau :

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya acak-acakkan, pakaiannya berdebu, ia mengangkat kedua tangannya ke langit (seraya berseru) : Ya Rabb, ya Rabb, namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya juga haram, ia tumbuh dengan yang haram, maka bagaimana doanya akan dikabulkan ?. (H.R Imam Muslim)

Ketahuilah wahai para koruptor, para penerima suap dan tukang pungli yaitu pemakan harta haram kalian BISA BERTAUBAT SETIAP SAAT. Sungguh Allah Ta’ala Maha Penerima Taubat sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :

 إِنَّ اللَّهَ كَانَ تَوَّابًا رَحِيمًا

Sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang. (Q.S an Nisa’ 16).

Ingat, salah satu cara bertaubat bagi seseorang yang telah memakan harta orang lain secara bathil adalah dengan mengembalikan harta yang telah diambil itu kepada pemiliknya atau meminta maaf dan ridha dari pemiliknya. Kalau hal ini tak dilakukan maka di akhirat kelak para pemakan harta haram ini akan menjadi MANUSIA YANG MUFLIS ATAU BANGKRUT.

Perkara ini telah diingatkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dalam sabda beliau  :

مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ ِلأَخِيْهِ ؛ فَلْيَتَحَلَّلْ مِنْهَا ؛ فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِيْنَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُأْخَذَ ِلأَخِيْهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ ، فَإِنْ لَـمْ يَكُنْ لَهُ  حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيْهِ ، فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ

Barang siapa yang memiliki kezhaliman terhadap saudaranya maka hendaklah dia meminta kehalalan (maaf) kepadanya, karena kelak di akhirat tidak ada lagi dinar dan dirham, sebelum kebaikannya diambil untuk saudaranya (yang dia zhalimi), bila tidak memiliki kebaikan maka keburukan saudaranya (yang dia zhalimi) akan diberikan kepadanya (H.R Imam Bukhari, Imam Ahmad dan Ibnu Hibban).

Hal ini juga sejalan dengan makna hadits tentang orang yang muflis  yaitu tentang orang yang bangkrut di akhirat kelak. Pada hari akhirat kelak akan ada manusia yang datang dengan membawa   pahala amalnya.

Tetapi akhirnya pahala amalnya  habis karena harus dipindahkan kepada orang orang yang menuntutnya yaitu orang orang yang pernah dicurangi atau dizhaliminya di dunia. Bahkan setelah pahala amalnya habis maka dosa orang yang dizhalimi dipindahkan kepadanya.

Dari Abu Hurairah,  bahwasanya Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada para sahabat : "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu ?." Para sahabat menjawab : Menurut kami, orang yang bangkut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.

Rasulullah  Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda : "Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan MAKAN HARTA  serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." (H.R Imam Muslim)

Wallahu A’lam. (2.308)

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar