Jumat, 10 Oktober 2025

HAMBA ALLAH HARUSLAH SELALU BERKATA YANG BAIK

 

HAMBA ALLAH HARUSLAH SELALU BERKATA YANG BAIK

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Alhamdulillah, nikmat  salah satu nikmat yang besar diberikan Allah Ta'ala adalah lisan yaitu bisa berbicara dengan sempurna dan dipahami oleh orang lain. Sungguh, kita tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan kehidupan kita jika tidak memilki nikmat berbicara.

Ketahuilah bahwa sifat satu nikmat baik yang besar maupun nikmat yang kecil mstilah digunakan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Oleh karena  nikmat berbicara harus digunakan untuk mengatakan atau menyebut sesuatu yang Allah ridha. Dalam perkara ini, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah memberikan tuntunan yang jelas dalam sabda beliau :


مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. (Mutafaq ‘alaihi).

Dari hadits ini, pertama sekali ada faedah yang bisa diambil, diantaranya bahwa BERKATA YANG BAIK ATAU DIAM bukanlah sekedar masalah adab berbicara tetapi terkait dengan iman.

 Tentang hadits ini, Imam an Nawawi (wafat  676 H), beliau berkata : Apabila salah seorang dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut  benar benar baik dan berpahala, baik  dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan dia mengatakannya.

Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan berpahala atau perkataan itu  tampak samar baginya  antara haram, makruh dan mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya. (Syarah Shahih Muslim).

Selain itu ketahuilah bahwa sangat dianjurkan berbicara yang baik yaitu ketika berhadapan dengan orang lain dan tentu juga menjaga sesuatu yang baik dalam tulisan. 

Tentang diam, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberi nasehat, beliau berkata : Diamnya seseorang (secara total, peny.) dengan tanpa membaca al Qur an, berdzikir atau berdoa bukanlah ibadah dan bukan termasuk yang diperintahkan.

Bahkan yang demikian itu bisa menjadi celah masuknya perasaan was was/ Maka menyibkkan diri dengan berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla lebih baik daripada diam. (Majmu' Fatawa).

Sebagai penutup tulisan ini dinukil satu hadits tentang bisa datang bahaya yang mengerikan  jika seseorang tidak menjaga lisan dengan berkata yang baik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِى بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِى النَّارِ

Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya. (H.R at Tirmidzi, beliau berkata, hadits ini hasan gharib).

 Wallahu A'lam. (3.607).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 04 Oktober 2025

SANGAT BANYAK JALAN UNTUK MEMBUKA PINTU RIZKI

 

SANGAT BANYAK JALAN UNTUK MEMBUKA PINTU RIZKI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, Allah Ta'ala Yang Maha Pemurah  membuka pintu rizki yang sangat banyak bagi hamba hamba-Nya, diantarannya adalah :

Pertama : Banyak memohon ampun atau beristighfar

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا 

وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat dan memperbanyak harta dan anak anakmu, dan mengadakan untukmu kebun kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)  untukmu sungai sungai. (Q.S Nuh 10-12).

Imam Ibnu Katsir berkata : Jika kalian meminta ampun (beristighfar) kepada Allah Ta’ala dan mentaati-Nya niscaya kalian akan mendapatkan banyak nikmat (rizki). Akan diberi keberkahan hujan dari langit. Juga dari tanah dengan tumbuhnya berbagai tanaman, dilimpahkan air susu, dilapangkan harta serta dikaruniakan keturunan. 

Disamping itu Allah juga akan memberikan pada kalian kebun kebun dengan berbagai buah yang ditengah tengahnya akan dialirkan sungai sungai. (Tafsir al Qur an al ‘Azhim).

Tentang ayat ini pula, Syaikh as Sa’di berkata : Tinggalkanlah dosa, beristighfarlah kepada Allah atas dosa dosa yang kalian perbuat. Sungguh Allah itu Maha Pengampun. Dosa yang begitu banyak akan diampuni oleh Allah Ta’ala. Maka hendaklah mereka segera memohon ampun kepada Allah (untuk) meraih pahala dan hilanglah musibah.

Allah pun akan memberikan karunia  yang disegerakan di dunia dengan istighfar tersebut. Yaitu akan diturunkan hujan dengan deras dari langit, juga akan dikaruniai harta dan anak anak yang diharapkan. Begitu pula akan diberi karunia kebun dan sungai di antara kelezatan dunia. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

 Kedua: Memelihara silaturahim

Silaturahim adalah menjalin hubungan dengan kerabat yang ada pertalian nasab dan pernah putus atau terus menjalin yang telah selama ini ada. Dalam satu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557).

Imam Nawawi berkata : Dilapangkan rizki adalah diluaskan atau diperbanyak rizkinya. Juga bisa maksudnya adalah Allah berkahi rizkinya. (Syarh Shahih Muslim).

Ketiga: Memperbanyak infak dan sedekah. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Katakanlah : Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (Q.S Saba’ 39).

Dan juga satu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

Sedekah tidaklah mengurangi harta. (H.R Imam Muslim).

Tentang makna hadits  sebagaimana  dijelaskan oleh Imam Yahya bin Syarf an Nawawi rahimahullah terdapat dua penafsiran :

(1) Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Secara inderawi dan realita bisa dirasakan.

(2) Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak. (Syarh Shahih Muslim).

Keempat : Bertakwa kepada Allah Ta'ala.  Allah Ta'ala menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. (Q.S ath Thalaq 2-3).

Kelima : Melakukan ibadah haji dan umrah. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas dan perak. (H.R an Nasai, at Tirmidzi dan Imam Ahmad, hadits Hasan).

Wallahu A'lam. (3.606).

Rabu, 01 Oktober 2025

HAMBA ALLAH TIDAK DI ADZAB JIKA BANYAK MEMOHON AMPUN

 

HAMBA ALLAH TIDAK DI ADZAB JIKA BANYAK MEMOHON AMPUN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, hamba hamba Allah amat sangat takutnya kepada adzab Allah. Adzab itu bisa datang di dunia, alam barzakh atau kubur dan di alam akhirat. Oleh karena itu hamba hamba Allah berusaha melakukan amal shalih karena amal shalih selain mendatangkan pahala juga sebagai penghapus dosa. Allah Ta’ala berfirman :  

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّـَٔاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ ٱلَّذِى كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Dan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri  balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (Q.S al Ankabut 7).

Tetapi ketahuilah bahwa kita adalah makhluk yang lemah sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta'ala : 

وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا

Manusia diciptakan (bersifat) lemah. (Q.S an Nisa’ 28).

Syaikh as Sa'di berkata : Jadi sungguh manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah. Syaikh as Sa’di berkata : Manusia itu adalah lemah dalam hal fisik, lemah dalam berkehendak, lemah dalam bertekad dan lemah dalam iman dan kesabaran (Lihat Tafsir Kariimir Rahman).

Dengan keadaannya yang lemah termasuk lemah iman dan kesabaran maka mudah terjatuh kepada keburukan dan dosa. Apalagi manusia itu memiliki hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan dan juga ada syaithan yang selalu berusaha untuk mengelincirkan kepada maksiat dan dosa.

Nah, ketika seseorang  jatuh atau tergelincir kepada dosa maka yang paling utama untuk dikedepankan adalah memohon ampun dan bertaubat. Sungguh, Allah Ta'ala Maha Pengampun.

Selain itu, ketahuilah bahwa hakikatnya kewajiban memohon ampun adalah setiap saat tanpa dibatasi. Tetapi  ada kesempatan yang sangat dianjurkan untuk memohon ampun yaitu di sepertiga malam terakhir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau :

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman : Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa sungguh Allah Ta’ala tidak mengadzab hamba hamba yang selalu beristighfar.  yaitu sebagaimana firman-Nya :

 وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka sedang mereka (masih) memohon ampunan. (Q.S al Anfaal 33). 

Syaikh as Sa’di berkata : Ini adalah pencegah adzab dari mereka pada hal sebab sebab turunnya adzab itu telah tercapai. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga menjelaskan dalam sabda beliau :

الْعبدُ آمنٌ من عذابِ الله عزَّ وجلَّ ما اسٌتغفرَ الله عزَّ وجلَّ 

Hamba akan aman dari adzab Allah ‘Azza wa Jalla selama dia beristighfar, meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (H.R Imam Ahmad).

Wallahu A'lam. (3.605).