Jumat, 02 Maret 2018

MANFAATKAN UMURMU UNTUK KEBAIKAN



MANFAATKAN UMURMU UNTUK  KEBAIKAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh tenggelamnya matahari setiap sore hari menjelang malam  adalah pertanda yang sangat jelas bahwa umur kita telah berkurang satu hari. Hal itu  berjalan terus selama kita ada di dunia. Tak ada manusia yang bisa menghambat. Dengan demikian   semakin dekat waktunya kita untuk diwafatkan Allah Ta’ala. Sementara itu persiapan kita berupa amal shalih masih perlu dipertanyakan.

Sebagian orang beranggapan bahwa berkurangnya sisa umur adalah sebagai suatu nikmat. Ketika umur mereka berkurang satu tahun lalu  disambut dengan gembira. Berbagai ucapan selamat diterima, salam salaman bahkan ada pula yang sampai cium pipi kiri kanan meskipun bukan mahram. 

Lalu berkurangnya umur ini, terkadang disambut pula dengan acara pesta, tiup lilin, makan minum berlebihan, juga ada musik serta nyanyian, tarian, sorak sorai, tepuk tangan  dan yang lainnya. Kegiatan ini umumnya diberi judul merayakan ulang tahun.   

Ketahuilah orang orang terdahulu sangatlah takut kalau sisa umurnya berkurang sedangkan amalnya tidak bertambah.  Abdullah bin Mas’ud berkata : Tidaklah aku menyesal atas sesuatu seperti penyesalanku terhadap matahari yang tenggelam pada hari ini. USIAKU BERKURANG TETAPI AMALKU TIDAK BERTAMBAH. (Aina Nahnu min Haa’ula’).  

Al Imam Ibnu Qudamah berkata : Manfaatkanlah waktu hidupmu yang sangat berharga. Jagalah waktumu yang mulia. Ketahuilah bahwa masa hidupmu terbatas, nafasmu terbilang. Setiap nafas akan mengurangi bagian umurmu. Itu sangat singkat  dan tersisa hanya sedikit. Setiap bagian umurmu adalah mutiara yang sangat mahal. Tidak ada tandingan dan penggantinya. 

Sesungguhnya hidup yang singkat ini akan bermuara pada kenikmatan yang abadi atau atau adzab yang pedih. Maka janganlah engkau sia siakan mutiara umurmu yang berharga ini dalam perkara yang bukan ketaatan. (Ghidzaa-ul Albaab).

Ketahuilah bahwa anugerah umur dari Allah Ta’ala haruslah digunakan melakukan amal amal kebaikan sebagai bekal di akhirat kelak. Sungguh umur yang diperoleh seorang hamba akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah bersabda : “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba ketika hari Kiamat kelak hingga ia ditanya : (1) Tentang umurnya untuk apa ia habiskan. (2) Tentang ilmunya untuk apa dia amalkan. (3) Tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan. (4) Tentang badannya untuk apa dia letihkan. (H.R Imam at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Hadits Shahih).

Sangatlah merugi orang orang yang menyia nyiakan umur yang diberikan kepadanya dan sangatlah beruntung orang orang melakukan amal kebaikan sehingga dia menjadi sebaik baik  manusia. 

Rasulullah bersabda : “Khairunnaasi man thaala ‘umuruhu wa hasuna ‘amaluhu, wa syarrunnaasi man thaala ‘umuruhu wa saa-a ‘amaluhu”  Sebaik baik manusia adalah siapa yang panjang umurnya dan baik amalnya, dan seburuk buruk manusia adalah siapa yang panjang umurnya dan buruk amalnya. (H.R Imam Ahmad, at Tirmidzi dan al Hakim. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Imam Hasan al Bashri berkata : Termasuk tanda berpalingnya Allah Ta’ala dari seorang hamba yaitu Dia akan menjadi kesibukan hamba tersebut dalam perkara yang tidak bermanfaat, sebagai bentuk penghinaan terhadapnya. (Jami’ul Ulum  wal Hikam).

Mari kita simak dan kita ambil pula pelajaran dari nasehat Imam Ibnul Qayyim tentang memanfaatkan waktu dan memanfaatkan sisa umur. Beliau berkata : Seorang hamba sejak menginjakkan kakinya di dunia ini maka ia ibaratnya orang yang sedang berjalan menuju Rabb-nya. Jarak perjalanannya adalah umurnya. 

Malam dan siang adalah tingkatan maka dia akan senantiasa menjalaninya hingga safarnya berakhir. Dan orang yang cerdas adalah yang selalu bersemangat untuk menempuh jarak safar ini dalam perkara yang bisa mendekatkan diri kepada Allah hingga sampai ke negeri asalnya. (Thariq al Hijratain).

Beliau berkata pula : Memanfaatkan waktu adalah dengan menyibukkan diri dalam segenap kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah, atau segala sesuatu yang menunjang pendekatan diri kepada Allah Ta’ala berupa makan, minum, menikah, tidur dan istirahat karena barangsiapa mengambil perkara tersebut dengan niat agar kuat mengerjakan perkara yang Allah cintai dan menjauhi perkara yang terlarang maka hal itu termasuk bentuk pemanfaatan waktu yang baik. (Madarijus Saalikin).

Sebagai penutup kami nukil nasehat dari Syumaith bin Ajlan tentang menggunakan  waktu untuk di dunia. Beliau berkata : Manusia ada dua golongan. (1) Orang berbekal selama d dunia, dan (2) Orang yang selalu (mencari) dan merasakan kenikmatan dunia.
Lihatlah dirimu termasuk golongan yang mana dari kedua perkara tersebut. Aku melihat dirimu senang untuk hidup kekal di dunia. Lalu dengan alasan apa engkau senang hidup kekal di dunia ?.
Jika engkau taat kepada Allah engkau membaguskan ibadah kepada-Nya, mendekatkan diri dengan amal amal shalih maka engkau menjadi orang yang beruntung.
Ataukah engkau senang di dunia hanya untuk makan dan minum, bermain main dan mengumpulkan (harta) dunia dan mengembangkannya ?. Lalu kemudian memberi kesenangan  untuk (diri), anak anak dan istrimu ?. Maka alangkah buruknya tujuan hidup seperti itu. (Shafwatush Shafwah).

Oleh karena mari kita manfaatkan sisa umur ini untuk beramal shalih sebagai bekal untuk kembali ke negeri asal kita yaitu surga-Nya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.239).    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar