Kamis, 19 April 2018

PERSAUDARAAN SEMAKIN ERAT DENGNAN SIKAP SUKA MEMAAFKAN


PERSAUDARAAN SEMAKIN ERAT DENGAN 
SIKAP SUKA MEMAAFKAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Islam adalah agama yang sangat menekankan umatnya untuk selalu menjaga dan mempererat persaudaraan diantara mereka. Dan memang sesungguhnya orang beriman adalah bersaudara, sebagaimana firman-Nya : 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Sesungguhnya orang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (Q.S al Hujurat 10).

Syaikh as Sa’di berkata : Persaudaraan yang mengharuskan orang orang mencintai saudaranya sebagaimana mereka mencintai diri mereka sendiri serta tidak menyukai apapun yang mengenainya sebagaimana diri mereka sendiri tidak suka terkena hal itu. (Ini sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim no. 1728). Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahman.

Sungguh Allah Ta’ala melarang dengan tegas agar orang orang muslim jangan berpecah belah ataupun bercerai berai, sebagaimana firman-Nya :

 وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا   

Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai. (Q.S Ali Imran 103).

Rasulullah, juga dengan sangat jelas menyebutkan bagaimana seharusnya keadaan persaudaraan sesama orang beriman. Dari Abu Musa, dari Nabi Salallahu ‘alaihi wa salam, beliau bersabda : 

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا» وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ

Orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling mengokohkan.’ Kemudian beliau menganyam jari-jemarinya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dari ayat ayat al Qur an dan as Sunnah diatas dapatlah kita mengetahui bahwa orang beriman itu bersaudara dan menjadi kewajiban bagi orang beriman untuk bersungguh sungguh menjaga persaudaraan itu.

Amat disayangkan, sebagian orang beriman ada yang saling berpecah belah baik antara satu pribadi dengan  pribadi yang lain, antara satu keluarga dengan keluarga yang lain. Juga terjadi antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Akibatnya adalah   menimbulkan konflik bahkan permusuhan yang sama sama tidak kita inginkan.
 
Sungguh ini semua akan berakibat melemahnya persatuan dan kekuatan kaum muslimin. Pada gilirannya  musuh musuh Islam akan mudah untuk menguasai kaum muslimin dalam berbagai aspek kehidupan.

Ketahuilah bahwa diantara penyebab perpecahan di kalangan kaum muslimin adalah : (1) Salah paham dengan ucapan seseorang atau kelompok. (2) Tidak menjaga lisan sehingga membuat muslim yang lain tersinggung. Jika telah tersinggung lalu menganggap muslim yang menyinggungnya  sebagai musuh. (3) Sengaja atau tidak, berlaku zhalim kepada saudara sesama muslim dan sebab sebab lainnya. 

Dalam perkara ini, untuk menjaga keutuhan persaudaraan sesama muslim, maka diantara kuncinya adalah MEMELIHARA SIKAP SUKA SALING MEMAAFKAN. Ketahuilah bahwa  sikap suka memaafkan sangatlah terpuji dalam syariat Islam. Bahkan suka memaafkan merupakan salah satu sikap orang bertakwa. Allah berfirman :

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

(Dan orang yang bertakwa yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S Ali Imran 134) 

Sungguh seseorang yang suka memaafkan saudaranya akan memperoleh kebaikan yang banyak. Pahalanya dijamin oleh Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya :

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat buruk) maka pahalanya dari Allah. Sungguh Dia tidak menyukai orang orang yang zhalim. (Q.S asy Syura 40).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Hendaklah setiap orang memiliki sifat mudah memaafkan yang lain. Tidak semua isu yang sampai ke telinganya ia terima mentah mentah. Lantas dia membenci orang yang menyuarakan isu yang tidak menyenangkan itu. 

Hendaklah setiap orang memiliki sifat pemaaf. Karena Allah Ta’ala sangat menyukai orang yang memiliki sikap mulia tersebut, yang mudah memaafkan orang lain. Lantaran itu, ia akan diberi ganjaran. Karena jika dibalas dengan saling mempermalukan dan menjatuhkan pasti konflik yang terjadi tak kunjung 
usai. Permusuhan akan tetap ada. Jika dibalas dengan diam, rampunglah perselisihan yang sedang berkecamuk. (Syarh Riyadhus Shalihin)

Ketahuilah bahwa puncak keutamaan dari sikap suka memaafkan manusia adalah memperoleh ampunan Allah Ta’ala. Allah berfirman : 

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. (Q.S an Nur 22)

Dalam kitab Tafsir al Muyassar, tahqiq Syaikh Bakar Abu Zaid antara dijelaskan bahwa : Ayat ini turun berkenaan dengan sumpah Abu Bakar ash Shiddiq bahwa dia 
tidak akan memberi apa apa lagi (tidak membantu lagi, pen.) kepada kerabatnya (diantaranya adalah Misthah bin Utsasah) ataupun orang lain (karena kesalahan mereka, pen.) yang terlibat dalam menyiarkan dan menyebarkan berita bohong tentang fitnah yang keji yang ditujukan kepada Aisyah putri beliau. Maka turunlah ayat ini (an Nur 22, pen.), melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu, menyuruh berlapang dada terhadap mereka.
 
Oleh karena itu kaum muslimin hendaklah selalu berlapang dada dan saling memaafkan diantara mereka. Jika seorang muslim mau saling memaafkan maka agar terhindarlah sebab sebab yang membuat perpecahan diantara mereka dan persaudaraan akan semakin erat.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.273)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar