Jumat, 30 Mei 2025

DAPAT PREDIKAT MULIA KARENA SUKA MEMAAFKAN

 

DAPAT PREDIKAT MULIA KARENA SUKA MEMAAFKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya, jika seseorang diperlakukan buruk atau dizhalimi dia boleh membalas dengan yang setimpal yaitu sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :


وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat buruk) maka pahalanya dari Allah. Sungguh Dia tidak menyukai orang orang yang zhalim. (Q.S asy Syura 40).

Dan juga Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam memberi kabar gembira bagi orang yang memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadanya yaitu sebagaimana sabda beliau : 

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ

Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan (rumah) di surga, hendaknya ia memafkan orang yang mendzaliminya, memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya (H.R ath Thabrani).

Sungguh, Allah Ta'ala memerintahkan hamba hamba-Nya untuk menjadi hamba yang pemaaf sebagaimana firman-Nya : 

خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ 

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Q.S al A'raf 199).

Memaafkan kesalahan orang lain yang berbuat zhalim sungguh amatlah berat bagi sebagian orang. Kebanyakan orang jika dizhalimi cenderung untuk membalas.

Tetapi ketahuilah bahwa sungguh sangat banyak kebaikan akan mendatangi orang yang suka memaafkan. Diantaranya adalah bahwa orang yang suka memaafkan akan memperoleh predikat  mulia. Ini adalah sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِࣖ 

Dan barangsiapa yang bersabar dan memaafkan sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan mulia. (Q.S asy Syuura 43).

Dari  Abu Hurairah,  dia berkata bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan SEMAKIN MEMBUATNYA MULIA. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya derajatnya. (H.R Imam  Muslim).

Sungguh ayat dan hadits diatas merupakan kabar gembira bagi orang orang yang suka memaafkan yaitu berupa janji Allah dan Rasul-Nya bahwa orang yang suka memaafkan akan memperoleh sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya yaitu predikat mulia. Kemuliaan di sisi Allah  kemulian di sisi manusia. Kemuliaan di dunia dan kemuliaan di akhirat.

Wallahu A'lam. (3.568)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kamis, 29 Mei 2025

HATI YANG KERAS OBATI DENGAN BANYAK BERDZIKIR

 

HATI YANG KERAS OBATI DENGAN BANYAK BERDZIKIR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu kewajiban paling penting orang beriman  terhadap Rabb-nya adalah selalu mengingat-Nya atau berdzikir kepada-Nya dalam setiap keadaan. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

(Orang yang berakal yaitu) orang orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (seraya mereka berkata) : Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S Ali Imran 191).

Dan juga Allah Ta'ala berfirman : 

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Maka ingatlah kepada-Ku, Akupun ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (Q.S al Baqarah 152)

Syaikh as Sa’di berkata : (Ayat ini menjelaskan tentang) : Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk mengingat-Nya dan menjanjikan baginya sebaik baik balasan yaitu bahwa Allah akan mengingatnya pula yaitu bagi orang yang mengingat-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman

Ketahuilah bahwa salah satu keutamaan   dzikir adalah untuk membersihkan hati dari kelalaian, kealpaan, hati menjadi tenteram dan menjadi obat bagi hati yang keras. Suatu waktu ada yang mengadu kepada Imam Hasan al Bashri : Wahai Abu Sa’id (kun-yah Imam Hasan al Bashri, pen.) Hatiku keras, bagaimana obatnya ? Beliau menjawab obatlah dengan dzikir kepada Allah.

Imam Hasan al Basri juga berkata : Carilah kelezatan dalam tiga perkara, didalam shalat, dalam dzikir dan membaca al Qur an. Jika kalian tidak mendapati (kelezatan dalam tiga hal ini, pen.) maka ketahuilah bahwa pintu kelezatan telah tertutup (Madarijus Saalikin).

Imam Ibnul Qayyim berkata : Sesungguhnya dalam qabu itu ada sifat keras. Tidak ada yang bisa melunakkan hati yang keras itu kecuali berdzikir kepada Allah Ta'ala.

Itu sebabnya seseseorang semestinya berusaha mengobati kekerasan hatinya dengan berdzikir kepada Allah. (Wabilush Shayyib).

Wallahu A'lam. (3.567)

Rabu, 28 Mei 2025

TIDAK DIANJURKAN MEMOHON PANJANG UMUR SECARA MUTLAK

 

TIDAK DIANJURKAN MEMOHON PANJANG UMUR SECARA MUTLAK

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Umur panjang yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada sebagian orang  beriman  merupakan salah satu nikmat yang  besar baginya. Lalu dia manfaatkan untuk menjadi manusia terbaik yaitu panjang umurnya dan baik amalnya. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda : 

 عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata, Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik ?. Beliau menjawab : Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.

Dia bertanya lagi, lalu siapakah orang yang terburuk ?. Beliau menjawab : Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya. (H.R Imam  Ahmad, at Tirmidzi dan al Hakim. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Lalu bolehkan seseorang berdoa memohon dipanjangkan umurnya ?. Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : Tidak sepantasnya seseorang mengatakan (mendo’akan) panjangnya hidup secara mutlak. Sebab, panjang umur bisa jadi baik, bisa jadi pula buruk. Manusia yang terburuk ialah yang usianya panjang, tetapi amalannya buruk.

 

Namun demikian, jika seseorang menyatakan, ‘semoga Allah memanjangkan hidupmu di atas ketaatan kepada-Nya..’ atau yang semisal itu, maka ini tidak mengapa. (Majmu’ Fatawa wa Rasail).

 

Oleh karena itu hamba hamba Allah boleh berdoa memohon panjang umur tidak secara mutlak tetapi MEMOHON PANJANG UMUR DALAM KETAATAN, MEMOHON PANJANG UMUR YANG BERKAH dan yang lainnya.

Selain itu ketahuilah bahwa ada beberapa jalan untuk mendapatkan umur yang panjang baik secara fisik maupun secara maknawi yaitu berkah umur, diantaranya adalah :

Pertama : Menjaga ketaatan dan menjauhi maksiat.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : Di antara dampak maksiat adalah memperpendek umur dan menghilangkan keberkahannya. Sebagaimana kebaikan dapat menambah umur, keburukan justru memperpendeknya. (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’). 

Kedua : Berbakti kepada orang tua

Berbakti kepada orang tua adalah amalan mulia yang mendatangkan berkah panjang umur. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barang siapa yang ingin umurnya dipanjangkan dan rezekinya diluaskan, maka hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menjalin silaturahim dengan kerabatnya. (H.R Imam Ahmad).

Ketiga: Menyambung silaturahim.

Menyambung tali silaturahim (menyambung hubungan keluarga yang terputus) merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan dan sangat bermanfaat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahim. (H.R Imam  Bukhari dan Imam Muslim).

Walllahu A'lam. (3.566).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Senin, 26 Mei 2025

TIDAK DIANJURKAN BERDOA MEMINTA KEMATIAN

 

TIDAK DIANJURKAN BERDOA MEMINTA KEMATIAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketika berbagai keadaan yang tidak menyenangkan mendatangi seseorang seperti sakit yang berkepanjangan, kemiskinan yang amat sangat  dan yang lainnya  maka terkadang timbul keinginan untuk berdoa meminta kematian.

Ketahuilah bahwa ketika seseorang meminta kematiannya disegerakan tersebab berbagai musibah berupa ujian berat terhadap dirinya maka dalam hal ini paling tidak ada dua perkara yang tercela : (1) Tidak mampu bersabar. (2) Tidak mau menerima  takdir yang telah ditetapkan Allah bagi dirinya.

Oleh karena itu bersabarlah dan terimalah takdir atau ketetapan Allah Ta'ala. Sungguh doa mengharap kematian DILARANG OLEH RASULULLAH SALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM SEBAGAIMANA SABDA BELIAU :

وَلاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ المَوْتَ: إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا، وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ

 

Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian. Jika dia orang baik, semoga saja bisa menambah amal kebaikannya. Dan jika dia orang yang buruk (akhlaknya), semoga bisa menjadikannya bertaubat. (H.R Imam Bukhari).


Dan juga satu hadits dari Anas bin Malik, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  bersabda : 

 

لاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمُ المَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ، فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ مُتَمَنِّيًا لِلْمَوْتِ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الوَفَاةُ خَيْرًا لِي

Janganlah salah seorang kamu menginginkan kematian disebabkan dia tertimpa bencana. Andaipun ia tetap berkeinginan maka hendaklah ia mengucapkan :  Ya Allah, hidupkanlah aku andai kehidupan itu baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku. (H.R Imam Muslim).

Syaikh as Sa’di, menjelaskan hadits dari Anas bin Malik : Ini adalah larangan terhadap keinginan seseorang untuk mati disebabkan tertimpa bencana seperti penyakit, kemiskinan, rasa takut, terjerumus dalam kesulitan dan yang lainnya, karena dalam keinginan untuk mati itu terkandung beberapa keburukan, diantaranya adalah :  

Pertama : Ia telah mengizinkan sikap marah dan keluh kesah menguasai dirinya. Padahal ia diperintahkan untuk bersabar dan melaksanakan segala kewajibannya. Sebagaimana telah diketahui bahwa dengan keinginan untuk mati itu ia telah menghapus sikap sabarnya.

Kedua : Menyebabkan lemahnya jiwa, menjadi malas dan jatuh ke dalam keputus asaan. Manusia dituntut untu melawan segala masalah ini bahkan ia mesti berusaha untuk menguasai segala permasalahannya sesuai dengan kemampuannya.

Ia mesti memiliki ketabahan hati dan semangat yang kuat untuk mengatasi segala hal yang sedang ia hadapi. Hal itu menuntut dua hal :  (1) Kelembutan Illahi yang diberikan kepada orang yang melaksanakan segala sebab dan usaha yang diperintahkan (2) Usaha yang bermanfaat yang dapat menimbulkan ketabahan hati dan pengharapan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketiga : Keinginan untuk mati adalah sikap bodoh dan konyol. Ia tidak mengetahui apa yang terjadi setelah kematian. Justru ia berpindah dari suatu kemudharatan menuju keburukan yang (bisa jadi) jauh lebih parah, seperti adzab dan siksa di alam kubur.

Keempat : Sesungguhnya kematian akan memutuskan segala perbuatan baik seorang hamba karena hanya dengan hiduplah ia dapat melakukan kebaikan. Sisa usia seorang mukmin tidak akan ada nilainya jika ia menginginkan terputusnya perbuatan baik, pada hal perbuatan baik yang sebesar biji sawi jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya. Intinya adalah ia mesti sabar terhadap musibah yang menimpanya karena sesungguhnya Allah melimpahkan balasan yang tidak terhitung kepada orang orang yang sabar.

Oleh sebab itulah disebutkan pada akhir hadits dari Anas diatas : “Andaipun seorang itu tetap berkeinginan mengharapkan kematian maka hendaklah ia mengucapkan : Ya Allah, hidupkanlah aku andai kehidupan baik bagiku dan matikanlah aku jika kebaikan itu lebih baik untukku. Jadi seorang hamba melimpahkan segala urusannya kepada Allah Ta’ala yang mengetahui segala apa yang terbaik untuk hamba-Nya, sedangkan hamba itu tidak mengetahuinya.

Allah menginginkan suatu kebaikan untuk hamba-Nya  sedangkan hamba itu tidak menginginkannya. Sungguh Allah Ta’ala bersikap Mahalembut dengan segala ujian dan cobaan-Nya sebagaimana Dia Mahalembut dengan segala nikmat-Nya. (Bahjat Qulub al Abrar).

Wallahu A'lam. (3.565)

 

 

Minggu, 25 Mei 2025

PUASA DAN SEDEKAH PENGHALANG ATAU BENTENG DARI API NERAKA

 

PUASA DAN SEDEKAH PENGHALANG ATAU BENTENG DARI API NERAKA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

  Ketahuilah bahwa dua diantara penghalang atau benteng bagi orang orang beriman dari api neraka adalah :

Pertama : Ibadah puasa.

Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  menjelaskan perkara ini dalam beberapa  sabda beliau :

(1) Beliau bersabda : 

ما من عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا باعد الله بذالك وجهه عن النار سبعين خريفا

Tidaklah seorang hamba yang berpuasa (satu hari)  di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

(2) Beliau juga bersabda : 

قَالَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ : الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ، وَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Rabb kita ‘azza wa jalla berfirman, Puasa adalah perisai, yang dengannya seorang hamba membentengi diri dari api neraka, dan puasa itu untuk-Ku, Aku-lah yang akan membalasnya. (H.R Imam Ahmad).

(3) Beliau juga bersabda : 

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka (H.R Imam Ahmad).

Ketahuilah bahwa keutamaan puasa sebagai penghalang dari api neraka adalah mencakup puasa wajib di bulan Ramadhan  dan puasa Sunnah.  

Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah menjelaskan : Maksudnya puasa adalah penghalang antara dirinya dengan api neraka, ini mencakup puasa yang wajib seperti puasa Ramadhan dan juga puasa sunnah seperti puasa enam hari di bulan Syawal, puasa Senin-Kamis, puasa tiga hari setiap bulan, puasa Dzulhijjah, puasa Arafah, dan puasa ‘Asyura. (Lihat al Minhatu ar Rabaniyyah fii Syarhi al Arba’in an Nawawiyyah).

Kedua : Bersedekah meskipun sedikit

ثُمَّ قَالَ اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Hindarkan dirimu dari neraka walaupun hanya dengan (sedekah) separoh butir kurma, jika tidak ada maka dengan tutur kata yang baik.  (Muttafaq 'alaih)

Dalam redaksi Imam Muslim, disebutkan : 

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَتِرَ مِنَ النَّارِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَلْيَفْعَلْ

Siapa di antara kalian yang mampu membentengi diri dari neraka walau dengan separoh butir kurma hendaknya ia lakukan.

Rasulullah bersabda : “Ittaqun naara walau bisyiqi tamratin fain lam tajiduu fa bikalimatin thaiyibah”. Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma. Apabila tidak mendapatinya maka ucapkanlah kalimat yang baik. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dan juga dalam hadits yang lain, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  menjelaskan tentang SEDEKAH SEBAGAI PERISAI DARI API NERAKA, yaitu sebagaimana sabda beliau : 

وقال صلى الله عليه وسلم : صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ وَصَدَقَةُ العَلاَنِيَةِ جُنَّةٌ مِنَ النَّار.

Rasulullah  Shallallahu Alaihi wasallam bersabda : Sedekah sirri (secara rahasia) memadamkan murka Allah dan sedekah secara terang-terangan merupakan perisai dari neraka. (H.R Ath Thabrani)

Inilah dua amal ibadah yang sangat baik untuk kita lazimkan mengamalkannya sebagai jalan untuk membentengi diri dari api neraka.

Walllahu A'lam. (3.562).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 24 Mei 2025

ORANG BERIMAN BENAR BENAR TAKUT MELALAIKAN SHALAT

 

ORANG BERIMAN BENAR BENAR TAKUT MELALAIKAN SHALAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu kewajiban paling utama orang orang beriman  adalah melaksanakan shalat fardhu lima kali sehari semalam.  Ketahuilah bahwa keislaman seseorang tidak akan tegak kecuali dengan shalat.

Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan  bahwa shalat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya  :

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Sungguh, shalat itu adalah kewajiban DITENTUKAN WAKTUNYA atas orang orang beriman. (Q.S an Nisa’ 103).

Oleh karena itu sangatlah tercela dan membahayakan dirinya  jika orang beriman melalaikan shalat. Sungguh Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :

الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ  فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ

Maka CELAKALAH ORANG YANG SHALAT. (yaitu) ORANG ORANG YANG LALAI terhadap shalatnya. (Q.S al Ma’un 4-5).

Dalam Kitab Tafsir al Muyassar disebutkan : Maka adzab berat bagi orang orang yang shalat yang lalai dari shalat mereka, Yakni tidak menegakkannya sebagaimana mestinya dan TIDAK MENUNAIKAN PADA WAKTUNYA. (Departemen Agama Saudi Arabia)

Syaikh as Sa'di berkata : "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,” yaitu orang-orang yang konsisten menegakkan shalat, tapi mereka adalah “orang –orang yang lalai dari shalatnya,” yaitu menyia-nyiakannya, tidak shalat hingga waktunya berlalu dan tidak memenuhi rukun-rukunnya.

Hal itu disebabkan mereka tidak mengindahkan perintah Allah, karena mereka menyiakan-nyiakan shalat yang merupakan ketaatan paling utama. Melalaikan shalat membuat pelakunya berhak mendapatkan celaan dan hinaan. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin mengatakan  bahwa salah satu makna MELALAIKAN SHALAT dalam ayat ini adalah : TIDAK MELAKSANAKAN SHALAT DI AWAL WAKTU. (Tafsir Juz ‘Amma).

Selain itu ketahuilah bahwa salah satu ibadah yang DICINTAI ALLAH TA'ALA adalah shalat PADA WAKTUNYA. Dalam hal ini Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menjawab pertanyaan Ibnu Mas’ud :

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ ﷺ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ قَالَ الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Dari Ibnu Mas’ud, aku bertanya kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam : Amalan apakah yang paling dicintai Allah ?. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam   menjawab : MENGERJALAN SHALAT PADA WAKTUNYA. Aku bertanya : Kemudian apa ?. Beliau menjawab : Kemudian berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya : Kemudian apa ?. Beliau menjawab, kemudian jihad di jalan Allah. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Wallahu A'lam. (3.563).

 

ALLAH RIDHA KEPADA MUHAJIRIN DAN ANSHAR DAN YANG MENGIKUTINYA

 

ALLAH RIDHA KEPADA MUHAJIRIN DAN ANSHAR DAN YANG MENGIKUTINYA

Disusun oleh : Azwir B.Chaniago

Ketahuilah bahwa kaum Muhajirin dan kaum Anshar adalah para sahabat Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasalam. Mereka semuanya adalah orang yang pertama tama masuk Islam dan mendapat RIDHA ALLAH. Allah Ta'ala berfirman :

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Dan orang orang yang terdahulu lagi yang pertama tama (masuk Islam) di antara orang orang Muhajirin dan Anshar dan orang orang YANG MENGIKUTI MEREKA DENGAN BAIK, ALLAH RIDHA kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah.

Allah menyediakan bagi mereka surga surga yang mengalir di bawahnya sungai sungai sungai sungai. Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (Q.S at Taubah 100).

Dalam Kitab Tafsir al Muyassar disebutkan : Dan orang-orang yang mendahului orang-orang sejak pertama menuju keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya dari kalangan muhajirin yang berhijrah meninggalkan kaum mereka dan kerabat mereka, dan mereka berpindah menuju negeri Islam. Dan kaum Anshar yang menolong Rasulullah atas musuh-musuhnya dari orang-orang kafir, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dalam keyakinan, ucapan-ucapan mereka dan perbuatan-perbuatan dalam rangka mencari keridhaan Allah.

Mereka itulah orang-orang yang Allah meridhai mereka karena ketaatan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka ridha kepada Allah karena Dia melimpahkan pada mereka pahala atas ketaatan mereka dan keimanan mereka, dan menyiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawah istana-istana dan pohon-pohonnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamya selamanya. Itulah keberuntungan yang besar. (Kitab Tafsir dari Kementrian Agama Saudi Arabia).

Syaikh as Sa'di berkata : Dalam ayat ini disebutkan tentang dua kaum yang mendapat pujian dan keridhaan dari Allah Ta’ala. Mereka adalah :

Pertama : “Di antara orang orang Muhajirin”.

Yaitu : Yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang orang yang benar. (Q.S al Hasyr 8).

Kedua : “Dan orang orang Anshar”.

Yaitu : “Dan orang orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (kaum Muhajirin), mereka mencintai orang orang yang berhijrah ketempat mereka… (Q.S al Hasyr 9)

(Selain itu dalam ayat ini termasuk pula yang Allah ridhai) adalah : “Dan orang orang yang mengikuti mereka dengan baik” . yakni dalam akidah, perkataan dan perbuatan. Mereka itulah yang selamat dari celaan, mereka mendapat pujian yang tinggi dan kemuliaan terbaik dari Allah. “Allah ridha kepada mereka”.

(Ketahuilah) bahwa diantara sifat kaum Anshar yang tidak bisa disaingi oleh yang selainnya dan menjadi karateristik mereka adalah lebih mengutamakan orang lain dari pada diri mereka sendiri. Sifat ini merupakan puncak berbagai bentuk kedermawanan. Yaitu mengutamakan orang lain daripada diri sendiri, baik dalam harta maupun yang lainnya.

Pada hal mereka juga memerlukannya bahkan sekalipun mereka amat memerlukannya. Sifat seperti altruism (mengutamakan kepentingan orang lain) ini hanya dimiliki oleh orang yang memiliki akhlak yang suci dan lebih mencintai Allah Ta’ala daripada mencintai keinginan diri dan berbagai kenikmatannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Selain itu ketahuilah bahwa orang orang YANG MENGIKUTI MEREKA DENGAN BAIK (yaitu kaum Muhajirin dan Anshar), ALLAH (JUGA) RIDHA kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah.

Wallahu A'lam. (3.562).

Jumat, 23 Mei 2025

DIDATANGI YANG DISUKAI DAN YANG TIDAK DISUKAI

 

DIDATANGI YANG DISUKAI DAN YANG TIDAK DISUKAI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Dalam menjalani kehidupan di dunia, manusia akan menghadapi keadaan yang silih berganti. Semua itu adalah ketetapan Allah Ta'ala, yaitu sebagaimana firman-Nya :

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا

Katakanlah (Muhammad). Tidak akan menimpa kami melainkan APA YANG TELAH DITETAPKAN ALLAH BAGI KAMI. (Q.S at Taubah 51).

Terkadang seorang hamba  didatangi oleh sesuatu YANG DISUKAI terkadang didatangi oleh sesuatu YANG TIDAK DISUKAI. Ketahuilah bahwa itu adalah ketetapan Allah yang memiliki hikmah yang sangat sempurna. Allah Ta'ala berfirman : 

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S al Baqarah 216).

Syaikh as Sa'di berkata : Ayat ini adalah umum lagi luas, bahwa perbuatan perbuatan baik yang dibenci oleh jiwa manusia karena ada kesulitan padanya itu adalah sesuatu yang baik tanpa ada keraguan, dan bahwa perbuatan-perbuatan buruk yang disenangi oleh jiwa manusia karena apa yang diperkirakan olehnya bahwa padanya ada keenakan dan kenikmatan ternyata juga buruk tanpa ada keraguan.

Perkara dunia tidaklah bersifat umum, akan tetapi kebanyakan orang apabila ia senang terhadap suatu perkara, lalu Allah memberikan baginya sebab-sebab yang membuatnya berpaling darinya, maka hal itu adalah suatu yang baik baginya.

Maka yang paling tepat baginya dalam hal itu adalah ia bersyukur kepada Allah, dan meyakini kebaikan itu ada pada apa yang terjadi, karena ia mengetahui bahwa Allah lebih sayang kepada hambaNya daripada dirinya sendiri. Allah  lebih kuasa memberikan kemaslahatan bagi hambaNya daripada dirinya sendiri, dan lebih mengetahui kemaslahatan daripada dirinya sendiri, sebagaimana Allah berfirman, “Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.”

Maka yang pantas bagi kalian adalah kalian sejalan dengan segala takdir takdirNya, baik yang menyenangkan ataupun yang menyusahkan kalian. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)

Ketahuilah, para ulama menjelaskan bahwa sangatlah banyak hikmah yang ada dalam surat al Baqarah ayat 216 ini.  Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah berkata : Didalam ayat ini terkandung banyak hikmah :

(1) Apabila seorang hamba mengetahui bahwa sesuatu yang dibencinya terkadang justru mendatangkan sesuatu yang dicintanya.

.(2) Sesuatu yang dicintainya terkadang mendatangkan sesuatu yang dibencinya.

Maka seseorang TIDAK AKAN MERASA AMAN  dari bahaya pada saat dianugerahi kebahagiaan dan TIDAK AKAN PUTUS ASA untuk memperoleh kebahagiaan ketika dirinya ditimpa kesulitan. Seorang  hamba yang bersikap demikian karena dia tidak mengetahui KESUDAHAN DIBALIK SEMUA ITU.

Sugguh hanya Allah Yang Maha Mengetahui sebagaimana Dia mengetahuil hal hal lainnya yang tidak diketahuilah oleh hamba hamba-Nya. (Fawaidul Fawaid).

Wallahu A'lam. (3.561)

Selasa, 20 Mei 2025

SHALAT PERTAMA KALI DIHISAB TERNYATA PENGAMALANNYA SERING DI AKHIRKAN

 

SHALAT PERTAMA KALI DIHISAB TERNYATA PENGAMALANNYA SERING DI AKHIRKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketahuilah bahwa sungguh dari seluruh amalan hamba hamba Allah yang PERTAMA KALI DIHISAB ATAU DIPERHITUNGKAN KELAK DI AKHIRAT ADALAH SHALAT. Rasulullah Salallahu 'alaihi wasallam menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau :

 قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.

Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah ‘Azza wa Jalla  berfirman : Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya. (H.R at Tirmidzi dan an Nasa’i,  dishahihkan oleh al Hafizh Abu Thahir).

Tetapi melihat kepada kenyataan  amalan shalat yang pertama akan dihisab ini ternyata banyak saudara saudara kita melalaikan untuk mengamalkannya. Ada diantaranya yang melaksanakan shalat fardhu pada menjelang akhir waktunya.

Hakikatnya sesuatu ibadah  yang akan diperhitungkan pertama kali seperti ibadah shalat  SANGATLAH PANTAS untuk segera diamalkan di awal waktu sebagaimana yang dilazimkan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dan para sahabat serta orang orang shalih.

Selain itu ingatlah bahwa Allah Ta'ala mencintai hamba yang mengamalakn shalat di awal waktu yaitu sebagaimana   disebutkan dalam hadits berikut ini :  

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: سألت النبي صلى الله عليه وسلم أي العمل أحب إلى الله؟ قال: “الصلاة على وقتها”, قلت: ثم أي؟ قال: “بر الوالدين”, قلت: ثم أي؟ قال: “الجهاد في سبيل الله”,

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, dia berkata : Aku bertanya kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam tentang amalan yang PALING DICINTAI    Allah Subhanahu wa Ta’ala ?. Beliau menjawab : SHALAT PADA WAKTUNYA. Kemudian apa ?, kataku.  Beliau menjawab : Berbuat baik kepada kedua orang tua. Kemudian apa ?, kataku lagi. Beliau menjawab :  Jihad fi sabilillah.  (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa ternyata YANG SUKA MELALAIKAN SHALAT DARI WAKTUNYA adalah orang munafik, meskipun mereka shalat tetapi mereka memiliki kebiasaan melalaikan shalat. Mereka mengakhirkan waktu shalat dari waktu yang seharusnyanya tanpa udzur. Dari Anas bin Malik, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 

تلك صلاة المنافق يجلس يرقب الشمس حتى إذا كانت بين قرنى الشيطان قام فنقرها أربعا لا يذكر الله فيها إلا قليلا

Ini adalah shalat orang munafik. Ia duduk sampai matahari terbenam di antara dua tanduk syaithan. Lalu ia mengerjakan shalat Ashar empat raka'at. Ia hanya mengingat Allah dalam waktu yang sedikit.  (H.R Imam Muslim).

Wallahu A'lam. (3.560).