MAKSIAT BERTAMBAH TAPI RIZKI SEMAKIN LANCAR ?
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sebagian manusia berkata : Saya
mengetahui bahwa si Fulan adalah seorang Islam tapi tidak taat. Sering
lalai beribadah. Bahkan ibadah yang fardhu terkadang diabaikan. Selain itu dia
sering melakukan perbuatan yang dilarang
Allah Ta’ala. Seolah olah tidak ada takutnya kepada adzab Allah.
Sementara itu kehidupannya secara
materi nampak semakin baik. Hartanya terlihat semakin bertambah. Posisinya
ditempat kerja juga semakin meningkat. Pada hal Allah berfirman :
“Waman a’radha ‘an dzikrii fa inna lahuu ma’iisyatan dhankaa, wa
nahsyuruhuu yaumal qiyaamati a’maa”. Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatan-Ku maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan
pada hari Kiamat (dibangkitkan) dalam keadaan buta. (Q.S Thaha 124).
Lalu kenapa ya ?. Ketahuilah bahwa keadaan yang demikian memang sering kita
lihat secara zhahir. Bagaimana keadaan sebenarnya tentu Allah Yang Maha
Mengetahui. Bisa jadi orang tersebut berada pada keadaan yang sangat dikhawatirkan keselamatannya di dunia
bahkan di akhirat, karena :
Pertama : Limpahan rizki bagi orang yang
jauh dari Allah bisa jadi merupakan kenikmatan yang semu dan membuat
mereka semakin lalai mengingat Allah. Dia juga semakin terbenam dalam kemaksiatan.
Ketahuilah bahwa akhir kesudahannya mereka akan mendapat adzab yang semakin berat
karena lalai mengingat Allah pada hal sudah memberi nikmat yang banyak.
Kedua : Memang bisa jadi Allah memberikan
rizki yang secara zhahir kelihatan berlimpah kepada seseorang padahal dia
sangatlah lalai mengingat Allah. Tapi ketahuilah bahwa Allah tidak menurunkan
berkah terhadap rizki tersebut. Sementara itu orang orang yang bertakwa ada
yang tidak mendapat rizki yang banyak tetapi Allah turunkan berkah bagi rizkinya
itu. Ini tentu lebih baik dari pada rizki yang banyak tapi berkah tidak Allah
turunkan bersama rizki itu.
Ketiga : Sungguh perlu dikhawatirkan pula, jangan jangan
nikmat materi berlimpah yang didapatkan
saat ini adalah beriringan dengan apa disebut istidraj dan berujung pada kebinasaan dan penyesalan yang
berkepanjangan.
Lalu,
apa itu istidraj. Istidraj secara bahasa diambil dari kata da-ra-ja yang
artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Secara istilah
istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai hukuman yang diulur
dan tidak diberikan langsung. Untuk sementara waktu Allah
membiarkan orang ini dan tidak disegerakan adzab baginya bahkan diberikan
kenikmatan dan kesenangan yang semu. Pada waktunya Allah akan menimpakan adzab
yang sangat berat
.
Penjelasan
lain tentang istidraj adalah semua perbuatan
maksiat yang Allah balas untuk waktu tertentu dengan nikmat, dan Allah
membuat dia lupa untuk mengingat-Nya serta lupa bertaubat dan beristighfar.
Akibatnya dia semakin dekat dengan adzab sedikit demi sedikit, selanjutnya
Allah berikan hukuman yang berat, itulah
istidraj.
Allahu a’lam.
Allah berfirman :
"Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus
asa." (Q.S al An’am 44)
Ayat di
atas memberikan ancaman kepada orang-orang yang telah diberikan
peringatan sebelumnya, namun mereka melupakan dan mengabaikan peringatan dari
Allah Ta’ala. Allah tidak segera menurunkan siksaa atau adzabnya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala justru membukakan semua pintu-pintu kesenangan (sementara)
untuk mereka. Dan mereka, manusia itu bergembira ria dengan semua kesenangan
yang telah Allah bukakan pintu-pintunya itu. Dan apabila telah sampai pada
waktunya, Allah akan menyiksa mereka, dengan sekonyong-konyong. Maka ketika
itu, mereka terdiam, tidak berdaya serta berputus asa.
Rasulullah bersabda : “Apabila engkau melihat Allah
memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih
bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.” Kemudian
beliau membacakan surat al Qalam ayat
44. Allah berfirman : “Sanastadriju hum min haitsu laa ya’lamun” Nanti Kami akan menghukum mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.
Dalam
sebuah hadits juga disebutkan bahwa Rasulullah bersabda : “Jika ada orang yang berbuat
dosa tetapi mendapat kesenangan dan tidak mendapat adzab dari
Allah maka bisa
jadi itu adalah istidraj. Kesenangan tersebut hanyalah kesenangan sesaat di
dunia yang akan dibalas dengan adzab
oleh Allah baik segera di dunia atau di akhirat.” (H.R Imam Ahmad dan ath
Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Ali
bin Abi Thalib berkata : Hai anak Adam
ingat dan waspadalah bila kau lihat Rabbmu terus menerus melimpahkan nikmat
atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya.
Oleh karena itu jika nikmat terasa terus bertambah sementara
ketaatan kita terasa berkurang maka segeralah melakukan muhasabah atau
intropeksi diri agar tidak jatuh kepada kebinasaan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.. Wallahu A’lam.
(761)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar