Senin, 29 Agustus 2016

SILATURRAHIM MEMPERPANJANG UMUR DAN MENAMBAH RIZKI



SILATURRAHIM MEMPERPANJANG UMUR 
DAN MENAMBAH RIZKI

Oleh : Azwir B. Chaniago 

Bersilaturahim ataupun menyambung silaturrahim  sangatlah  dianjurkan dan memiliki banyak keutamaan. Ini dijelaskan oleh Rasululullah dalam beberapa sabda beliau. Diantaranya adalah :

Pertama : Rasulullah bersabda :  “Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahim.”  (H.R Imam  Bukhari no. 5985 dan Imam Muslim no. 2557 dari Abu Hurairah).

Imam an Nawawi berkata : Bahwa yang dimaksud dengan  dilapangkan rizkinya ialah rizkinya diberkahi. Yang demikian itu karena silaturrahmi adalah salah satu bentuk sedekah dan sedekah menjadikan harta bertambah. Jadi tidak heran bila dengan bersilaturrahim, harta akan berkembang dan menjadi bersih.

Yang dimaksud dengan dipanjangkan umurnya adalah umur yang diberkahi, diberi taufik untuk beramal shalih, bisa mengisi waktu dengan berbagai amalan yang bermanfaat bagi kehidupannya di akhirat. Terjaga dari menyia nyiakan waktunya dalam hal yang tidak berguna. Atau menjadikan nama harumnya senantiasa dikenang orang. Atau umurnya benar benar ditambah oleh Allah Ta’ala. (Syarah Shahih Muslim).

Kedua : Dari Abu Ayyub al Anshari, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasulullah bersabda : “Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahim (dengan orang tua dan kerabat).” (H.R Imam  Bukhari no. 5983)

Ketiga : Allah ’Azza wa Jalla berfirman : Aku adalah ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (H.R Imam  Ahmad).

Sebuah Atsar yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad menyebutkan bahwa  Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata : “Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahim niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” 

Selain itu,  Rasulullah telah mengingatkan pula beberapa kerugian karena memutus silaturrahim.

Pertama : Dari Abu Bakrah, Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya (di dunia ini) berikut dosa yang disimpan untuknya (di akhirat) daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahim (dengan orang tua dan kerabat)”.  (H.R Abu Daud no. 4902, at Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah no. 4211)

Kedua : Abu Hurairah mengatakan bahwa,   seorang laki laki  datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : Wahai Rasulullah, saya punya keluarga yang jika saya berusaha menyambung silaturrahim dengan mereka, mereka berusaha memutuskannya.  Dan jika saya berbuat baik pada mereka, mereka balik berbuat buruk kepadaku dan mereka bersikap acuh tak acuh padahal saya bermurah hati pada mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab : “Kalau memang halnya seperti yang engkau katakan, (maka) seolah- olah engkau memberi mereka makan dengan bara api dan pertolongan Allah akan senantiasa mengiringimu selama keadaanmu seperti itu.” (H.R Imam Muslim no. 2558).

Ketiga : Abdurrahman ibnu ‘Auf berkata bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :  “Allah ’azza wa jalla berfirman : Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (H.R Imam Ahmad 1/194).

Lalu apa makna  silaturrahim. Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

”Seorang yang menyambung silaturahim bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahim adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahim setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari no. 5991)

Terkadang memang ada terjadi sedikit kesalah pahaman dalam memaknai  istilah silaturahim di tengah-tengah kita. Yang tepat, menjalin tali silaturahim adalah istilah khusus untuk berkunjung kepada orang tua, saudara atau kerabat. Jadi bukanlah istilah umum untuk mengunjungi orang shaleh, teman atau tetangga.  Sehari hari kita terkadang ada mendengar bahwa jika seseorang  kita tanya : Antum dari mana ?. Dia menjawab : Saya baru dari rumah teman, biasa,  silaturrahim. Sebenarnya untuk kunjungan kerumah teman yang tidak ada hubungan nasab, istilahnya yang pas adalah berkunjung atau ziarah. Cuma kata ziarah kita dekatkan dengan istilah  ziarah kubur atau ziarah ketempat orang yang meninggal. 
    
Ibnu Hajar dalam al Fath menjelaskan : “Silaturahim dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang punya hubungan nasab, baik saling mewarisi ataupun tidak, begitu pula masih ada hubungan mahram ataupun tidak.” Itulah makna yang tepat.

Imam Asy-Syaukani mengatakan : Shilah ar-rahim itu mencakup semua kerabat yang memiliki hubungan kekerabatan yang memenuhi makna ar-rahim (kerabat).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (773)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar