SILATURRAHIM
MEMPERPANJANG UMUR
DAN MENAMBAH RIZKI
Oleh : Azwir B. Chaniago
Bersilaturahim
ataupun menyambung silaturrahim sangatlah
dianjurkan dan memiliki banyak keutamaan. Ini dijelaskan oleh Rasululullah
dalam beberapa sabda beliau. Diantaranya adalah :
Pertama : Rasulullah bersabda : “Siapa yang suka dilapangkan
rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahim.” (H.R Imam Bukhari no. 5985 dan Imam Muslim no. 2557 dari
Abu Hurairah).
Imam
an Nawawi berkata : Bahwa yang dimaksud dengan dilapangkan
rizkinya ialah rizkinya diberkahi.
Yang demikian itu karena silaturrahmi adalah salah satu bentuk sedekah dan
sedekah menjadikan harta bertambah. Jadi tidak heran bila dengan
bersilaturrahim, harta akan berkembang dan menjadi bersih.
Yang
dimaksud dengan dipanjangkan umurnya adalah umur yang diberkahi, diberi taufik untuk beramal
shalih, bisa mengisi waktu dengan berbagai amalan yang bermanfaat bagi
kehidupannya di akhirat. Terjaga dari menyia nyiakan waktunya dalam hal yang
tidak berguna. Atau menjadikan nama harumnya senantiasa dikenang orang. Atau
umurnya benar benar ditambah oleh Allah Ta’ala. (Syarah Shahih Muslim).
Kedua : Dari Abu Ayyub al Anshari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya
tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasulullah bersabda
: “Sembahlah Allah, janganlah berbuat
syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali
silaturahim (dengan orang tua dan kerabat).” (H.R Imam Bukhari no. 5983)
Ketiga : Allah ’Azza wa Jalla berfirman : Aku adalah
ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang
menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya,
niscaya Aku akan memutus dirinya.” (H.R Imam
Ahmad).
Sebuah
Atsar yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad menyebutkan
bahwa Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma
berkata : “Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahim
niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta
keluarganya akan mencintainya.”
Selain
itu, Rasulullah telah mengingatkan pula
beberapa kerugian karena memutus silaturrahim.
Pertama : Dari Abu Bakrah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk
disegerakan balasannya bagi para pelakunya (di dunia ini) berikut dosa yang
disimpan untuknya (di akhirat) daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman)
dan memutus silaturahim (dengan orang tua dan kerabat)”. (H.R Abu Daud no. 4902, at Tirmidzi no. 2511,
dan Ibnu Majah no. 4211)
Kedua : Abu Hurairah mengatakan bahwa, seorang
laki laki datang kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : Wahai Rasulullah, saya punya
keluarga yang jika saya berusaha menyambung silaturrahim dengan mereka, mereka
berusaha memutuskannya. Dan jika saya
berbuat baik pada mereka, mereka balik berbuat buruk kepadaku dan mereka
bersikap acuh tak acuh padahal saya bermurah hati pada mereka. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab :
“Kalau memang halnya seperti yang engkau katakan, (maka) seolah- olah engkau
memberi mereka makan dengan bara api dan pertolongan Allah akan senantiasa
mengiringimu selama keadaanmu seperti itu.” (H.R Imam Muslim no. 2558).
Ketiga : Abdurrahman ibnu ‘Auf berkata bahwa dia
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah ’azza wa jalla berfirman : Aku adalah
Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang
menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya,
niscaya Aku akan memutus dirinya.” (H.R Imam Ahmad 1/194).
Lalu
apa makna silaturrahim. Abdullah bin
’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
”Seorang yang menyambung silaturahim
bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan
tetapi seorang yang menyambung silahturahim adalah orang yang berusaha kembali
menyambung silaturahim setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari no. 5991)
Terkadang
memang ada terjadi sedikit kesalah pahaman dalam memaknai istilah silaturahim di tengah-tengah kita. Yang
tepat, menjalin tali silaturahim adalah istilah khusus untuk berkunjung kepada
orang tua, saudara atau kerabat. Jadi bukanlah istilah umum untuk mengunjungi
orang shaleh, teman atau tetangga.
Sehari hari kita terkadang ada mendengar bahwa jika seseorang kita tanya : Antum dari mana ?. Dia menjawab
: Saya baru dari rumah teman, biasa, silaturrahim. Sebenarnya untuk kunjungan
kerumah teman yang tidak ada hubungan nasab, istilahnya yang pas adalah berkunjung atau ziarah. Cuma kata ziarah
kita dekatkan dengan istilah ziarah
kubur atau ziarah ketempat orang yang meninggal.
Ibnu
Hajar dalam al Fath menjelaskan : “Silaturahim dimaksudkan untuk kerabat, yaitu
yang punya hubungan nasab, baik saling mewarisi ataupun tidak, begitu pula
masih ada hubungan mahram ataupun tidak.” Itulah makna yang tepat.
Imam
Asy-Syaukani
mengatakan : Shilah ar-rahim itu mencakup semua kerabat yang
memiliki hubungan kekerabatan yang memenuhi makna ar-rahim (kerabat).
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (773)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar