Sabtu, 30 Desember 2023

BERDAKWAH MESTILAH MEMENUHI KAIDAH YANG BENAR

 

BERDAKWAH MESTILAH MEMENUHI KAIDAH YANG BENAR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketika seseorang memiliki ilmu yang banyak, ilmu yang sedikit ataupun masih sangat sedikit SANGATLAH DIANJURKAN UNTUK BERDAKWAH sesuai kemampuannya. Kenapa ?, karena sungguh DAKWAH DI JALAN ALLAH adalah merupakan amal shalih yang sangat mulia, ketaatan yang sangat agung dan ibadah yang tinggi kedudukannya di sisi Allah Ta'ala.  

Sungguh Allah Ta’ala memuji  orang orang yang mengajak atau menyeru kepada kebaikan. Allah berfirman : 

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Dan siapakah yang yang lebih baik perkataannya daripada orang orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan amal shalih dan berkata : Sungguh aku termasuk orang orang yang berserah diri.  (Q.S Fussilat 33).

Diantara keutamaan berdakwah atau menyeru kepada kebaikan disebutkan dalam satu hadits Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Barangsiapa yang MENUNJUKKAN KEPADA KEBAIKAN maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya. (H.R Imam Muslim).

Bahkan pahala orang yang diajak kepada kebaikan atau yang didakwahi  tidak berkurang sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

Barangsiapa memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun juga. (H.R Imam Muslim)

Nah, ketika seseorang ingin berdakwah atau memberi nasehat kepada kaum muslimin ada beberapa kaidah yang sangat   baik dan benar benar perlu untuk diperhatikan, diantaranya :

Pertama : Aqidahnya benar.

Aqidahnya benar atau selamat aqidahnya. Seseorang yang berdakwah maka wajib baginya meyakini kebenaran aqidah salaf tentang Rububiyah, Uluhiyah, Asma wa Sifat serta semua yang berkaitan dengan masalah aqidah dan iman.

Kedua : Manhajnya benar.

Yaitu memahami al Qur an dan as Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush Salih. Dan juga mengikuti prinsip dan kaidah yang telah ditetapkan oleh ulama Salaf.

Ketiga : Beramal dengan benar.

Seorang yang berdakwah, mengajak ummat kepada Islam yang benar maka dia harus BERAMAL DENGAN BENAR yaitu beramal semata mata IKHLAS KARENA ALLAH TA'ALA DAN ITTIBA' YAITU MENGIKUTI CONTOH DARI RASULULLAH SALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM. Tidak melakukan bid'ah baik secara i'tiqad (keyakinan) maupun perbuatan atau perkataan. (Lihat al Wajiz fii Aqidah Salafish Shalih).

Wallahu A'lam. (3.189).

TIDAK BERTEMAN AKRAB DENGAN ORANG YANG BURUK KELAKUANNYA

 

TIDAK BERTEMAN AKRAB DENGAN ORANG YANG BURUK KELAKUANNYA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Hakikatnya, tidak ada larangan berteman dengan siapapun. Tetapi untuk BERTEMAN AKRAB mestilah pilah pilih. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan umatnya tentang memilih teman akrab. Beliau bersabda :

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman akrab. (H.R Abu Dawud dan at Tirmidzi).

Ketika memilih teman yang buruk prilakunya  akan menyebabkan rusak agama seseorang. Jangan sampai kita menyesal pada hari kiamat nanti karena pengaruh teman yang buruk sehingga tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan. Renungkanlah firman Allah Ta'ala  berikut : 

وَيَوْمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَـٰلَيْتَنِى ٱتَّخَذْتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلًۭا

يَـٰوَيْلَتَىٰ لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًۭا

 لَّقَدْ أَضَلَّنِى عَنِ ٱلذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِى ۗ وَكَانَ ٱلشَّيْطَـٰنُ لِلْإِنسَـٰنِ خَذُولًۭا

Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al Qur’an sesudah al Qur’an itu datang kepadaku. Dan syithan itu tidak mau menolong manusia. (Q.S al Furqan 27-29).

Lihatlah,  bagaimana Allah Ta'ala dalam ayat al Qur an ini menggambarkan seseorang yang telah menjadikan orang-orang yang buruk kelakuannya sebagai teman-teman (dekatnya) di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi.

Perkara teman akrab, Imam Ibnu Qudamah al Maqdisi memberikan nasehat tentang memilih teman (sahabat atau teman akrab). Beliau berkata :   Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut :

(1) Orang yang berakal. (2)  Memiliki akhlak yang baik, (3) Bukan orang fasik (yang banyak berbuat dosa). (4) Bukan ahli bid’ah (yang mengada ada dan membuat perkara baru dalam agama) dan  (5)  Bukan orang yang rakus dengan dunia. (Mukhtashar Minhajul Qashidin).

 Jadi mulai sekarang mari kita introspeksi lagi diri kita. Siapa siapa saja yang telah kita jadikan sahabat atau teman dekat kita selama ini. Bagaimanapun kita masih ada kesempatan untuk memilah dan memilih teman dekat yang akan membantu dan mengajak kita kepada keselamatan  dunia dan akhirat.

Wallahu A'lam. (3.188)

BERAGAMA JANGAN TAKLID TETAPI ITTIBA' YAITU MENGIKUTI RASULULLAH

 

BERAGAMA JANGAN TAKLID TETAPI ITTIBA' YAITU MENGIKUTI RASULULLAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Petunjuk dalam menjalankan syariat Islam secara benar sudah sangat jelas yaitu sebagaimana diajarkan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam. Beliau bersabda :

عَنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ حَنْطَبٍ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا تَرَكْتُ شَيْئًَا مِمَّا أَمَرَكُمُ اللهُ بِهِ إِلاَّ وَقَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ، وَلاَ تَرَكْتُ شَيْـئًا مِمَّا نَـهَاكُمُ اللهُ عَنْهُ إِلاَّ وَقَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ.

Dari Muththalib bin Hanthab, seorang Tabi’in terpercaya, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun dari perintah-perintah Allah kepada kalian, melainkan telah aku perintahkan kepada kalian.

Begitu pula tidaklah aku tinggalkan sesuatu pun dari larangan-larangan Allah kepada kalian melainkan telah aku larang kalian darinya. (Lihat Silsilah al Ahaadiits ash Shahihah, juga diriwayatkan oleh Imam asy Syafi'i dalam ar Risalah).

Lalu bagaimana dengan taqlid ?. Para pakar bahasa menjelaskan bahwa taqlid adalah bahasa Arab yang memiliki berbagai arti, diantaranya : menghiasi, meniru, menyerahkan, mengikuti, dan sebagainya.

Dalam konteks hukum Islam, taqlid atau bisa disebut fanatik,  merujuk pada tindakan mengikuti pendapat seorang faqih (ahli hukum Islam) atau imam tanpa memiliki pengetahuan yang memadai tentang dalil atau sumber hukum yang mendasarinya.

Para ulama menjelaskan perbedaan antara makna ittiba' dengan taqlid. Ibnu Abdil Barr menerangkan perbedaan antara ittiba' yaitu mengikuti Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam, terletak pada adanya DALIL DALIL QATH'I YANG JELAS.

Bahwa ittiba' yaitu penerimaan riwayat berdasarkan diterimanya hujjah sedangkan TAQLID adalah penerimaan yang berdasarkan pemikiran, logika semata. (Jaami'u Bayanil 'Ilmi waFadhlihi)    

Jadi definisi taqlid adalah menerima pendapat orang lain TANPA DILANDASI DALIL sehingga tidak bisa dijadikan bahan rujukan. Sungguh Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :

Pertama Surat al Baqarah 170. Allah Ta’ala berfirman : 

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka, ikutilah apa yang dikatakan Allah, mereka menjawab (Tidak !). Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).Pada hal nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apapun dan tidak mendapat petunjuk. 

Kedua : Surat Luqman ayat 21. Allah Ta’ala berfirman :  

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَىٰ عَذَابِ السَّعِيرِ

Dan apabila dikatakan kepada mereka : Ikutilah apa yang diturunkan Allah !. Mereka menjawab : (Tidak) tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan nenek moyang kami. Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun sebenarnya syaithan menyeru mereka ke dalam adzab api yang menyala nyala (neraka) ?.

Oleh sebab itu hamba hamba Allah hendaklah tetap dalam posisi ittiba' dalam mejalankan syariat Islam agar mendapat keselamatan di dunia dan di akhirat kelak. Sebagai penutup tulisan ini, dinukil satu peringatan tentang kewajiban ittiba' sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْه ِأَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa  beramal yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalannya tertolak. (H.R Imam Muslim)

Wallahu A'lam. (3.187).

 

 

Jumat, 29 Desember 2023

KEDERMAWANAN IMAM IBNUL MABARAK YANG SANGAT MENGAGUMKAN

 

KEDERMAWANAN IMAM IBNUL MABARAK YANG SANGAT MENGAGUMKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah seorang ulama salaf yaitu Imam Ibnul Mubarak, wafat 181 H atau 797 M memiliki KEDERMAWANAN YANG MENGAGUMKAN. Beliau adalah dermawan sejati dan menyembunyikan kedermawanannya untuk menjaga keikhlasan dalam beramal shalih.

Tentang kedermawanan beliau diantaranya adalah sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Mundzir bahwa Ibnul Mubarak adalah orang yang sering bepergian ke Tharasus dan singgah di desa Khan. Disitu ada seorang pemuda yang sering menemui Ibnul Mubarak untuk belajar hadits dan terkadang memenuhi kebutuhannya.

Suatu ketika, Abdullah bin Mubarak datang untuk menemui pemuda tersebut tapi tidak ditemukan. Beliau berusaha mencari tahu keadaan pemuda tersebut. Lalu ada yang mengabarkan bahwa pemuda itu telah ditangkap dan ditahan dengan tebusan senilai 10.000 dirham. Ibnul Mubarak juga mendapat penjelasan bahwa pemuda itu ditahan karena hutang yang tak mampu dibayarnya. 

Lalu Ibnul Mubarak menemui orang memberi hutang kepada pemuda tersebut dan menyerahkan 10.000 dirham. Ibnul Mubarak merasa senang bisa membebaskan pemuda itu. Selanjutnya meminta orang yang memberi hutang itu untuk tidak memberi tahu siapapun selagi dia masih hidup.

Setelah pemuda itu bebas, Ibnul Mubarak bertemu pemuda itu lalu bertanya kepadanya. Wahai pemuda : Kemana engkau sebelum ini ?. Aku tak melihatmu. Pemuda itu menjawab : Wahai Abu Abdirrahman, aku ditahan gara gara hutang. Lalu bagaimana engkau bisa bebas ?, tanya Ibnul Mubarak kepadanya.

Pemuda itu menjawab : Ada seseorang yang datang melunasi semua hutangku, tetapi aku tidak tahu siapa orang itu. Pujilah Allah. Dia tidak akan diketahui kecuali setelah kematian Abdullah, kata Ibnul Mubarak. (Siyar A’lam an Nubala’).

Sebagai penutup tulisan ini dinukil satu hadits tentang keutamaan orang yang dermawan, diataranya adalah dia dekat dengan  Allah, dekat dengan manusia dan dekat dengan surga. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

السَّخِيُّ قَرِيْبٌ مِنَ اللهِ، قَرِيْبٌ مِنَ النَّاسِ، قَرِيْبٌ مِنَ الْجَنَّةِ بَعِيْدٌ مِنَ النَّارِ، وَالْبَخِيْلُ بَعِيْدٌ مِنَ اللهِ، بَعِيْدٌ مِنَ النَّاسِ، بَعِيْدٌ مِنَ الْجَنَّةِ، قَرِيْبٌ مِنَ النَّارِ، وَالْجَاهِلُ السَّخِيُّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ عَابِدٍ بِخَيْلٍ. - رواه الترمذى

Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang dermawan lebih disukai Allah daripada ahli ibadah yang kikir. (H.R at Tirmidzi).

Wallahu A'lam. (3.186)

 

 

Kamis, 28 Desember 2023

BERSUNGGUH SUNGGUH MENJAGA SHALAT ASHAR

 

BERSUNGGUH SUNGGUH MENJAGA SHALAT ASHAR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

 Shalat fardhu adalah kewajiban yang sungguh sungguh harus dijaga oleh hamba hamba Allah. Ketahuilah bahwa shalat adalah amalan yang pertama kali dihisab atau diperhitungkan pada hari Kiamat kelak. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ عَزَّ وَجَلَّ اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا.

Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda : Sesungguhnya AMAL YANG PERTAMA KALI DIHISAB  pada seorang hamba di hari Kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.

Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman : Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya. (H.R at Tirmidzi).

Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala mengingatkan agar SHALAT FARDHU ASHAR dijaga secara khusus disamping shalat shalat fardhu  yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman :

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

Peliharalah semua shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. (Q.S al Baqarah 238).

Menurut pendapat yang paling tepat, yang dimaksud dengan shalat wustha dalam ayat ini adalah shalat ashar. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika terjadi perang Ahzab : 

شَغَلُونَا عَنِ الصَّلَاةِ الْوُسْطَى، صَلَاةِ الْعَصْرِ

Mereka telah menyibukkan kita dari shalat wustha, (yaitu) shalat ashar. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam mengingatkan pula tentang keutamaan shalat ashar yaitu bagi yang menjaganya mendapat pahala dua kali. Abu Bashrah al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat ashar bersama kami di daerah Makhmash. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ عُرِضَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَضَيَّعُوهَا، فَمَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَ لَهُ أَجْرُهُ مَرَّتَيْنِ، وَلَا صَلَاةَ بَعْدَهَا حَتَّى يَطْلُعَ الشَّاهِدُ، وَالشَّاهِدُ: النَّجْمُ

Sesungguhnya shalat ini (shalat ashar) pernah diwajibkan kepada umat sebelum kalian, namun mereka menyia-nyiakannya. Barangsiapa yang menjaga shalat ini, maka baginya pahala dua kali lipat. Dan tidak ada shalat setelahnya sampai terbitnya syahid yaitu bintang. (H.R Imam Muslim)

Wallahu A'lam. (3.185)

 

 

 

 

 

 

 

Selasa, 26 Desember 2023

SANGATLAH BANYAK CARA ALLAH MENYAYANGI HAMBA-NYA

 

SANGATLAH BANYAK CARA ALLAH MENYAYANGI HAMBA-NYA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Tersebab keterbatasan ilmu, terkadang kita merasa sesuatu yang ditetapkan Allah Ta'ala kepada kita terasa sebagai ujian berupa musibah yang memberatkan.  Ketahuilah bahwa berbagai keadaan mendatangi kehidupan kita yang mungkin terasa tidak nyaman, dalam hal ini BISA JADI ALLAH TA'ALA INGIN MENUNJUKKAN KASIH SAYANG-NYA.

Sungguh Allah Ta'ala sangat paham tentang apa  yang terbaik buat hamba hamba-Nya. Ketahuilah bahwa : 

Pertama : Ketika seorang hamba tidak  diberi kelebihan dalam hal harta yang membuatnya ingin diberi harta yang banyak. Padahal dia diberi harta yang sedikit  itu karena kasih sayang Allah Ta'ala.  

Ketahuilah bahwa ketika seseorang memiliki harta yang banyak dirinya bisa jatuh kepada sifat sombong. Padahal orang yang sombong diharamkan masuk surga. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasalam bersabda :

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Tidak akan masuk kedalam surga orang yang dihatinya ada kesombongan meskipun seberat biji sawi. (H.R Imam Muslim).

Selain itu Allah Ta'ala, dengan kasih sayang-Nya  menginginkan seorang hamba ringan hisabnya di akhirat dan disegerakan masuk surga. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ

Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama dengan 500 tahun. (H.R Ibnu Majah  dan at Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Kedua : Ketika seorang hamba didatangi ujian berupa musibah, bisa jadi itu adalah bagian dari kasih sayang Allah Ta'ala kepadanya. Sungguh ujian berupa musibah bagi orang orang beriman bukanlah sebagai siksaan dan adzab melainkan  sebagai penghapus dosa.  Rasululah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

Dari Abu Sa'id al Khudri, dari Abu Hurairah, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  bersabda :  

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya. (H.R  Imam Bukhari  dan Imam Muslim).

Rasulullah Salallahu alahi Wasallam juga bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَة

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Cobaan itu akan senantiasa bersama orang yang beriman baik laki laki ataupun perempuan baik berkaitan dengan dirinya, anaknya ataupun hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa membawa dosa.” (HR. At-Turmudzi no. 2323 dengan sanad yang shahih)

Selain  itu, ketahuilah bahwa sebagai salah satu cara Allah Ta'ala menyayangi hamba-Nya adalah  akan mengangkat derajat seorang hamba melalui ujian berupa musibah yang mendatanginya. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ .

Sesungguhnya seorang hamba ketika didahului kedudukan tinggi di sisi Allah sedangkan amalnya tidak sampai (untuk mendapat kedudukan itu) maka Allah akan mengujinya pada diri, harta atau anaknya. (H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Oleh karena itu hamba  Allah tidak berkeluh kesah dengan ujian berupa musibah yang mendatanginya karena merupakan bagian dari   kasih sayang Allah, diantaranya  akan menjadi jalan UNTUK MENGHAPUS DOSANYA DAN MENGANGKAT DERAJATNYA. Wallahu A'lam. (3.184)

 

 

 

Senin, 25 Desember 2023

HAMBA ALLAH SELALU BERDOA MEMOHON TAMBAHAN ILMU

 

HAMBA ALLAH SELALU BERDOA MEMOHON TAMBAHAN ILMU

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, hamba hamba Allah merasa SANGAT INGIN MENDAPAT tambahan ilmu yang bermanfaat untuk diamalkan agar mendapat keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Ketahuilah bahwa    ilmu ibarat lautan yang tak pernah bertepi. Semakin dalam seseorang mengarungi lautan ilmu maka semakin sadar betapa dangkalnya ilmu yang dia miliki.

Oleh karena itu, hamba hamba Allah selalu berdoa dan memohon kepada Allah Ta'ala agar diberi ilmu yang bermanfaat. Diantara doa yang diajarkan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dalam perkara ini adalah :

(1) Dari riwayat Ibnu Suni dan Ibnu Majah.

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang manfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.

(2) Dari Riwayat Imam at Tirmidzi  dan Ibnu Majah :

           وَعَلِّمْنِيْ مَايَنْفَعُنِيْ وَ زِدْنِيْ عِلْمًا    اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي,

Ya Allah, berilah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku, Dan tambahkanlah ilmu kepadaku.

Selain itu,  Abdullah  bin Humaid rahimahullah dan Said bin Manshur rahimahullah meriwayatkan bahwa Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu pernah berdoa :

اَللَّهُمَّ زِدْنِيْ إِيْمَاناً وَفِقْهاً وَيَقِيْناً وَعِلْماً

Ya Allah, berilah aku tambahan iman, pemahaman, keyakinan dan ilmu.

Sungguh, berdoa dan memohon kepada Allah Ta'ala terutama sekali agar diberi tambahan nikmat dan dijauhkan dari keburukan adalah diperintahkan Allah Ta'ala yaitu sebagaimana firman-Nya :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabb-mu berfirman : Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Q.S al Ghafir 60).

Ketahuilah wahai Saudaraku, bahwa berdoa untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat MEMANG SANGAT DIANJURKAN. Bahkan berdoa itu mendatangkan pahala dan kebaikan karena doa adalah ibadah sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasalam :

الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ

Doa adalah ibadah(HR. Tirmidzi no. 2969. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani).

Tetapi satu hal penting yang harus dipahami adalah bahwa BERDOA HARUSLAH DIIKUTI DENGAN USAHA YANG SUNGGUH SUNGGUH. Oleh karena itu ketika seorang hamba berdoa untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat maka HARUS DIBUKTIKAN DENGAN KEGIATAN UNTUK MENDAPATKANNYA. Diantaranya adalah selalu berusaha hadir di majlis ilmu, selalu membaca buku buku yang bermanfaat seperti kitab kitab tafsir, kitab hadits. Dan juga bisa mengambil ilmu dari media sosial yaitu ilmu ilmu yang disyariatkan.

Wallahu A'lam. (3.183)

 

 

 

 

Minggu, 24 Desember 2023

MERINGANKAN KESULITAN ORANG LAIN MENDATANGKAN KEMUDAHAN BAGI DIRI

 

MERINGANKAN KESULITAN ORANG LAIN MENDATANGKAN KEMUDAHAN BAGI DIRI

Disusun oleh : Azwir B.Chaniago

Sebagai salah satu konsekwensi dari PERSAUDARAAN ORANG BERIMAN adalah kewajiban untuk saling tolong menolong. Sungguh  Allah Ta'ala memerintahkan orang orang beriman untuk SALING TOLONG MENOLONG DALAM KEBAIKAN yaitu sebagaimana firman-Nya :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksa-Nya. (Q.S al Maidah 2).

Imam Ibnu Katsir berkata : Maknanya adalah bahwa Allah Ta'ala memerintahkan hamba hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa tolong menolong DALAM BERBUAT KEBAIKAN. Itulah yang disebut dengan al birru atau kebaikan. (Tafsir Ibnu Katsir).

Imam al Qurthubi  menjelaskan tentang  TA’AWUN yaitu tolong menolong yang dimaksud dalam surat al Maidah ayat 2 menyebutkan beberapa aplikasinya : (1) Seorang berilmu menolong manusia dengan ilmunya. (2) Seorang yang berharta menolong manusia dengan hartanya. (3) Seorang pemberani menolong manusia dengan keberaniannya berjuang di jalan Allah dan yang lainnya. Masing masing orang membantu orang lain sesuai kapasitas dan kemampuannya. (Tafsir al Qurthubi).

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah menyebutkan keutamaan tolong menolong terhadap sesama, sebagaimana sabda beliau (yaitu dari potongan hadits yang panjang) : 

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ ،

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. (H.R Imam Muslim, at Tirmidzi, Imam Ahmad dan juga ahli hadits yang selainnya).

Selain itu, ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah menjelaskan kepada kita semua bahwa perbuatan membantu orang lain sangat dicintai Allah Ta’ala. Beliau bersabda : 

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ, أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً, أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا, أَوْ تَقْضِي

عَنْهُ دَيْنًا

Amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah engkau membuat senang seorang muslim, atau engkau mengatasi kesulitannya, atau engkau menghilangkan laparnya, atau engkau membayarkan hutangnya. (HR. Thabrani).

Oleh karena peliharalah sikap suka menolong sebagai salah satu cara berbuat baik kepada sesama terutama sekali diantara orang orang beriman. Sungguh setiap kebaikan pasti akan berbuah kebaikan pula baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman : 

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. (Q. S ar Rahman 60)

Wallahu A'lam. (3.182) 

 

Sabtu, 23 Desember 2023

HAMBA ALLAH JANGAN MEMBERI NASEHAT TANPA ILMU

 

HAMBA ALLAH JANGAN MEMBERI NASEHAT TANPA ILMU

Disusun oleh : Azwir B.Chaniago

Tentang makna nasehat sebagaimana dikatakan oleh  Imam Ibnu Rajab al Hambali  rahimahullah dengan menukil ucapan Imam Khaththabi rahimahullah, bahwa : Nasehat itu adalah suatu kata untuk menerangkan satu pengertian, yaitu keinginan kebaikan bagi yang dinasehati. (Jami'ul Ulum wal Hikam).

Sungguh, memberi nasehat adalah salah satu kewajiban orang orang beriman. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ

Dari Abu Hurairah, dia berkata,  Rasulullah shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : Kewajiban seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.  Lalu ada yang bertanya : Apa itu ya Rasulullah. Maka beliau menjawab : Apabila kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, apabila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, apabila dia meminta nasehat kepadamu maka BERILAH NASEHAT kepadanya, apabila dia bersin lalu memuji Allah maka doakanlah dia -dengan bacaan yarhamukallah-, apabila dia sakit maka jenguklah dia, dan apabila dia meninggal maka iringilah jenazahnya. (H.R Imam  Muslim).

Imam an Nawawi rahimahullah berkata : Maknanya : -apabila- dia meminta nasehat darimu, maka wajib bagimu untuk menasehatinya, jangan hanya mencari muka di hadapannya, jangan pula menipunya, dan janganlah kamu menahan diri untuk menerangkan nasehat –kepadanya-.” (Syarh Shahih  Muslim).

 

Namun demikian ketahuilah bahwa  memberi nasehat harus dengan ilmu, sesuai syariat. Jangan sembarang memberi nasehat. Bisa jadi nasehat kita salah bila ditimbang dengan dalil syar’i. Jadi haruslah berilmu dulu sebelum berkata, sebelum berbuat apalagi memberi nasehat. Tidak cukup dengan niat baik saja.

Bukankah seseorang yang tidak bisa mengendarai mobil seharusnya tidak menasehati orang lain tentang cara mengendarai mobil  yang baik. Ini urusan dunia. Apalagi urusan akhirat. Kalau mau memberi nasehat tentang cara shalat yang baik, maka harus punya ilmu tentang cara shalat yang benar. Jika tidak, maka bisa mendatangkan kesalahan bahkan kesesatan. Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kami ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani , semua itu akan diminta pertanggung jawabannya. (Q.S al Israa’ 36).

Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam melarang memberi nasehat TANPA PETUNJUK YANG BENAR yaitu sebagaimana sabda beliau : 

مَنْ تَقَوَّلَ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ ، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّرِ، وَمَنِ اسْتَشَارَهُ أَخُوهُ الْمُسْلِمُ ، فَأَشَارَ عَلَيْهِ رُشْدٍ فَقَدْ خَانَهُ ، وَمَنْ أُفْتِيَ فُتْيًا بِغَيْرِ ثَبْتٍ ، فَإِمُهُ عَلَى مَنْ أَفْتَاهُ .

Barangsiapa berbicara mengatasnamakan aku sesuatu yang tidak aku ucapkan maka hendaklah dia bersiap menempati tempat duduknya di neraka. Dan barangsiapa  dimintai pandangan oleh saudaranya sesama muslim lalu ia memberinya NASEHAT TAN SUATU PETUNJUK YANG BAIK maka ia telah berkhianat kepadanya. Dan barangsiapa diberi fatwa tanpa dasar yang benar maka dosanya ada pada orang yang memberi fatwa kepadanya. (Lihat al Adabul Mufrad, Imam Bukhari).          

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  : Barangsiapa berbicara dalam agama ini tanpa ilmu maka ia adalah seorang pendusta, meskipun ia tidak ada  niat untuk berdusta. (Majmu’ al-Fatawa).

Oleh karena itu hamba hamba Allah jangan bermudah mudah memberi nasehat tanpa MEMILIKI ILMU YANG SHAHIH. Kalau tidak maka  bisa sesat dan menyesatkan.

Wallahu A'lam. (3.181)