Selasa, 16 Agustus 2016

APAKAH SHALAT TAUBAT DISYARIATKAN ?



APAKAH SHALAT TAUBAT DISYARIATKAN ?

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh dalam menjalani hidup ini, tidak ada manusia yang terbebas dari dosa dan kesalahan.  Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa Allah berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili wan nahar”. Wahai hamba hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan)  malam dan siang.

Rasulullah menjelaskan pula dalam  sabda beliau  : “Kullubni aadam  khaththa’un, wa khairul khaththainat tauwabun” Setiap Bani Adam banyak berbuat salah dan sebaik baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat. (H.R at Tirmidzi).  

Dari kedua hadits diatas kita mengetahui bahwa manusia itu berbuat dosa siang dan malam maknanya terus menerus dan banyak berbuat salah. Tapi Rasulullah memuji orang yang bersalah jika ia segera bertaubat.

Prof. DR Shalih Ghanim as Sadlan menjelaskan : Secara syar’i  taubat adalah meninggalkan dosa karena takut kepada Allah, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya dan terus memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dari amalnya.

DR Shalih menjelaskan lebih lanjut bahwa hakikat taubat adalah perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi. Lalu mengarahkan hati kepada Allah Ta’ala pada sisa usianya serta (selanjutnya) menahan diri dari dosa. Berbuat dosa. Melakukan amal shalih dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat. 

Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba kepada Rabb-nya, inabah yaitu kembali kepada Allah Ta’ala dan konsisten menjalankan ketaatan. Jadi, sekedar meninggalkan perbuatan dosa namun tidak melaksanakan amalan yang dicintai Allah Ta’ala maka itu belum dianggap bertaubat. (Kitab At Taubatu Ilallah).

Sungguh Allah Ta’ala memerintahkan orang orang yang beriman untuk senantiasa bertaubat. Allah Ta’ala berfirman :  “Wa tuubuu ilallahi jamiian aiyuhal mu’minuuna, la’allakum tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung.  (Q.S an Nuur 31).

Allah Ta’ala juga mengingatkan bahwa orang yang tidak bertaubat adalah orang orang zhalim. Allah Ta’ala berfirman : “Wa man lam yatub fa ulaa-ika humuzh zhaalimuun”.  Dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang orang yang zhalim. (Q.S al Hujuraat 11).

Imam Ibnul Qayyim berkata : Dalam ayat ini Allah Ta’ala membagi para hamba-Nya menjadi dua yaitu : (1) Golongan  orang yang bertaubat dan (2) Golongan  orang yang zhalim. Tidak ada golongan yang ketiga sama sekali. 

Allah Ta’ala menyematkan sebutan zhalim pada diri orang yang tidak (mau) bertaubat. Dan tidak ada orang yang lebih zhalim daripada orang yang tidak bertaubat. Hal itu lantaran kebodohan atau ketidaktahuannya terhadap Allah dan hak Allah. Juga lantaran kebodohannya terhadap aib dirinya dan terhadap cacat amal perbuatannya. (Madaarijus Saalikin).

Bertaubat yang dimaksud adalah taubat nashuha atau sebenar benar taubat. Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin menyebutkan lima syarat taubat yaitu (1) Ikhlas karena Allah. (2) Menyesali kesalahan yang telah dilakukan. (3) Berhenti atau tidak meneruskan kesalahan tersebut. (4) Berazam atau bertekad untuk tidak mengulangi lagi. (5) Harus dilakukan pada saat pintu taubat masih terbuka. (Lihat Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Utsaimin).

Lalu datang pertanyaan apakah  shalat taubat di syariatkan dan dianjurkan untuk dilakukan oleh orang berdosa dan ingin benar benar bertaubat ?. Ketahuilah bahwa bertaubat juga dianjurkan dengan  melaksanakan shalat taubat dua rakaat yaitu sebagaimana disebutkan oleh hadits berikut ini :

Pertama : Hadis yang diriwayatkan Imam at Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh al Albani.

Dari Ali bin Abi Thalib, dia berkata : Aku adalah seorang lelaki, jika aku telah mendengar sebuah hadits dari Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam, Allah memberiku manfaat yang Dia kehendaki dengan perantaraan hadist itu.

Jika ada seorang sahabat Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam yang menyampaikan sebuah hadits kepadaku maka aku akan memintanya bersumpah (bahwa dia benar benar telah mendengar dari Nabi, pen.)  Jika dia telah bersumpah kepadaku maka aku mempercayainya.

Dan sesungguhnya Abu Bakar telah memberitakan sebuah hadits kepadaku dan Abu Bakar telah berkata jujur, dia berkata, aku telah mendengar Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :  “Tidak ada seorang pun yang melakukan dosa lalu dia berdiri kemudian bersuci lalu menunaikan shalat, setelah itu dia memohon ampun kepada Allah, kecuali Allah pasti akan mengampuninya. Kemudian beliau membaca ayat ini : Dan  orang orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzhalimi diri sendiri (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampun atas dosa dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa dosa selain Allah ?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.  (Q.S Ali Imran 135).

Kedua : Dalam lafazh lain yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Imam Ahmad, at Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani.

Dari Abu Bakar ash Shiddiq, dari Nabi, beliau bersabda : “Tidaklah seseorang melakukan satu dosa kemudian dia bangkit lalu berwudhu’ lalu shalat daan beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah, kecuali Allah pasti mengampuninya”  Kemudian beliau membaca ayat ini : Dan  orang orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzhalimi diri sendiri (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampun atas dosa dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa dosa selain Allah ?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.  (Q.S Ali Imran 135). 

Imam Ibnu Katsir berkata : Dianjurkan berwudhu’ serta shalat dua rakaat pada waktu taubat. Kemudian beliau menyebutkan hadits hadits tentang hal ini. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir tentang surat Ali Imran 135).

Demikianlah keterangan dan dalil tentang disyariatkannya shalat taubat. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. (756).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar