Rabu, 17 Agustus 2016

MUSIBAH YANG BERAT TERASA RINGAN KARENA IMAN



MUSIBAH YANG BERAT TERASA RINGAN KARENA IMAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Semua manusia pasti pada waktunya akan diuji dengan berbagai musibah. Ketahuilah bahwa apapun ujian, cobaan dan musibah yang menimpa seorang hamba maka itu adalah merupakan ketetapan Allah dan telah tertulis di Lauh Mahfudz. 

Allah berfirman : “Maa ashaaba min mushibatin fil ardhi wa laa fii anfusikum illaa fii kitaabin min qabli an tabra-ahaa, inna dzaalika ‘alallahi yasiir”. Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuuzh) sebelum Kami mewujud.Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah. (Q.S al Hadid 22).    
                                                         
Rasulullah bersabda :  “Matsalul mu’mini kamatsaliz zar’i, laatazaalur riihu tamiiluhu, walaa yazaalul mu’minu yushiibuhul bala’. Perumpamaan seorang mu’min tak ubahnya seperti tanaman, angin akan selalu menerpanya, ia akan selalu mendapat cobaan (H.R Imam Muslim).  
                                                                 
Kalau kita perhatikan ternyata ada berbagai keadaan manusia ketika didatangi musibah.  Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin menyebutkan empat keadaan manusia dalam menerima musibah yaitu : (1) Menggerutu, mengeluh dan mendongkol, tidak mau menerima. (2) Bersabar atas musibah. (3) Ridha menerima musibah. (4) Bersyukur dengan musibah, ini adalah tingkat tertinggi.

Orang orang yang tidak kuat menerima ujian atau musibah umumnya adalah orang orang yang imannya masih lemah. Musibah sedikit saja baginya terasa sangat berat. Dia bukan hanya tidak bisa bersabar tapi menggerutu, mendongkol. Terkadang mengeluarkan kalimat yang tercela : Kenapa musibah datang kepada saya. Apa salah saya dan kalimat kalimat lain yang semisal. Bahkan bisa jadi larut dalam kesedihan. Menampar nampar muka dan merobek robek baju dan yang lainnya.

Sementara itu orang orang yang memiliki iman yang kokoh dan kuat biasanya dia akan menerima ujian yang lebih berat. Cuma saja  dia mampu menerima musibah  berat karena iman yang ada pada dirinya. Dia bisa bersabar, ridha bahkan bersyukur dengan ujian yang menimpanya. Imannya telah memberikan sinyal yang kuat kepadanya bahwa semua adalah ketetapan Allah Ta’ala. Lalu dia ingat akan firman Allah :  Qul lan yushiibanaa illaa maa kataballahu lanaa huwa maulanaa wa ‘alallahi fal yatawakkalil mu’miniin”. Katakanlah (Muhammad), Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman.  (Q.S at Taubah 51)                                                                      
Ketahuilah, kalau iman itu diibaratkan air dan cobaan itu diiibaratkan garam maka orang yang airnya ( baca : imannya)  cuma segelas jika kemasukan garam dua sendok (baca : musibah yang sedikit) maka  air itu akan berasa pahit. Sebaliknya jika airnya (imannya) satu telaga maka jika kemasukan garam satu karung (musibah yang besar) maka air itu tetap akan berasa tawar, tidak berubah rasa.                                                                    
Jadi,   kewajiban terdepan seorang hamba adalah menjaga, merawat dan meningkatkan imannya di setiap waktu, tempat dan keadaan. Bukankah para ulama telah mengingatkan                                 bahwa iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang. 
   
Pernah ditanyakan  kepada Imam Sufyaan bin ‘Uyainah rahimahullah, “Apakah iman itu bertambah atau berkurang?” Beliau rahimahullah menjawab, “Tidakkah kalian mendengar firman Allah Ta’ala : “Fazaadahum iimaanaa”. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka. (Q.S Ali Imran 173) dan firman Allah Ta’ala : Wa zidnaa hum hudaa”. Dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk (Q.S al Kahfi 13).

Sufyaan bin Uyainah menambahkan : Jika sesuatu bisa bertambah, pasti ia juga bisa berkurang. (Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Aljurri, Kitab asy Syari’at) 

Oleh karena itu maka seorang hamba wajiblah berusaha untuk meningkatkan imannya. Sungguh iman bertambah dengan ketaatan dan iman berkurang dengan kemaksiatan. Sungguh jika iman seseorang semakin bertambah maka  akan semakin ringan baginya menghadapi ujian yang berat.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (758).






















                                                                                                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar