Selasa, 30 April 2019

ORANG BERIMAN BERSEGERA MENUJU AMPUNAN ALLAH


ORANG BERIMAN BERSEGERA MENUJU AMPUNAN ALLAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh manusia memiliki banyak dosa. Dalam satu hadits qudsi disebutkan bahwa bahwa Allah Ta’ala berfirman :

يا عبادي! إنَّكم تُخطئون بالليل والنهار، وأنا أغفرُ الذنوبَ جميعاً، فاستغفروني أغفرْ لكم

Wahai hamba-hamba-Ku, SESUNGGUHNYA KALIAN BERBUAT DOSA MALAM DAN SIANG, dan Aku Maha Mengampuni dosa, maka mintalah ampunan kepadaKu niscaya Aku akan mengampuni kalian. (H.R Imam Muslim).

Sementara itu kita tidak mengetahui kapan waktunya kita diwafatkan Allah Ta’ala karena itu adalah rahasia Allah. Ketika waktunya sudah sampai maka kita akan dipanggil menghadap-Nya. Tak bisa diundur atau dimajukan barang sesaat. Allah Ta’ala berfirman :

لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (Q.S Yunus 49).

Oleh karena itu, dengan kasih sayang-Nya, Allah Ta’ala menyuruh kita semua menuju ampunan-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabb-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang orang yang bertakwa. (Q.S Ali Imran 133).

Para ulama tafsir menjelaskan makna kata bersegeralah dalam ayat ini. Diantaranya Imam al Baghawi, beliau berkata bahwa makna bersegeralah dalam ayat ini adalah : BERSEGERALAH DAN BERGEGASLAH MENGERJAKAN AMALAN AMALAN YANG BISA MENDATANGKAN PENGAMPUNAN. (Kitab Tafsir al Baghawi).

Sementara itu Imam al Qurthubi berkata bahwa makna bersegeralah dalam ayat ini adalah : BERSEGERA MENGERJAKAN HAL HAL YANG BISA MENDATANGKAN PENGAMPUNAN, YAITU KETAATAN.(Kitab Tafsir al Qurthubi).

Jadi orang orang beriman sangatlah dianjurkan untuk segera menuju ampunan Allah Ta’ala termasuk melakukan amal amal shalih. Bahkan di beberapa ayat yang lain Allah Ta’ala bukan hanya menyUruh bersegera TETAPI BERLOMBA UNTUK MENDAPATKAN AMPUNAN DAN KEBAIKAN. Allah Ta’ala berfiman :

سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

BERLOMBALAH LOMBALAH kamu untuk mendapatkan ampunan dari Rabb-mu  dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang beriman kepada Allah dan Rasul rasul-Nya. Itulah karunia Allah yang diberikan kepada kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.  (Q.S al Hadid 21).

Allah Ta’ala berfirman : 

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ

Maka berlombalah kamu dalam kebaikan. (Q.S al Baqarah 148 dan Q.S al Maidah 48). 

Kesimpulannya adalah bahwa seorang hamba jangan menunda nunda untuk memohon ampun dan juga jangan menunda nunda untuk melakukan amal shalih. BERSEGERALAH DALAM KEBAIKAN. Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (1.616)

BENAR BENAR FOKUS BERIBADAH KETIKA I'TIKAF


BENAR BENAR FOKUS BERIBADAH KETIKA 
I’TIKAF RAMADHAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Di luar bulan Ramadhan, sebagian orang Islam, boleh dikatakan sedikit  melakukan ibadah. Kita harus mengakui bahwa kebanyakan waktu hampir habis digunakan untuk urusan dunia. 

Sungguh Allah Maha Mengetahui dan dengan kasih sayang-Nya, setiap tahun Allah datangkan Ramadhan sehingga ada kesempatan lebih banyak beribadah. Ketahuilah bahwa semua ibadah yang disyariatkan ada dalam bulan Ramadhan kecuali ibadah haji.

Selain itu, agar benar benar bisa fokus beribadah di bulan Ramadhan maka Allah Ta’ala melalui  Rasul-Nya mengajarkan kita satu satu ibadah yang sangat bermanfaat yaitu I’TIKAF DI 10 HARI BULAN RAMADHAN.

I’tikaf secara bahasa berarti menetap pada sesuatu. Sedangkan secara syar’i, i’tikaf berarti menetap di masjid dengan tata cara yang khusus disertai dengan niat. (Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah),

Diantara dalil ibadah i’tikaf adalah dari Abu Hurairah, dia berkata :

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ عْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari. (H.R Imam  Bukhari)

Adapun waktu untuk beri’tikaf yang lebih   afdhal adalah di 10 hari pada akhir Ramadhan. Dari  ‘Aisyah, dia berkata :

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.  (H.R Imam  Bukhari  dan  Imam Muslim).

I’tikaf adalah suatu amal yang sangat dianjurkan sangat baik untuk dilakukan meskipun tidak wajib. Ibnul Mundzir mengatakan : Para ulama sepakat bahwa i’tikaf itu sunnah, bukan wajib kecuali jika seseorang mewajibkan bagi dirinya bernadzar untuk melaksanakan i’tikaf. (Lihat al Mughni).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan adalah bertujuan untuk mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, dengan banyak berdoa dan banyak berdzikir ketika itu. (Latha-if al Ma’arif).

Jadi selama beri’tikaf ada kesempatan yang banyak untuk beribadah. Kesempatan ini tentu hanya akan betul betul bermanfaat jika digunakan fokus melakukan ibadah. Diantaranya adalah melakukan shalat, berdzikir, berdoa, membaca al Qur an dan yang lainnya serta yang paling utama adalah berusaha mendapatkan lailatul qadr.

Oleh karena itu bersungguh sungguhlah sebagaimana petunjuk Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dalam sabda beliau :

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Aisyah radliyallaahu ‘anhu berkata : Rasulullah Sallallaahu ‘alaihi wa Sallam bila memasuki sepuluh hari,  yakni sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, mengencangkan kain sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya. (Muttafaq ‘alaihi).

Syaikh Abdul Aziz bin Fathi as Sayyid Nada berkata : Yang dimaksud dengan mengencangkan kain sarung adalah BERSUNGGUH SUNGGUH DALAM BERIBADAH dan tidak mendatangi istri istri beliau karena kesungguhan dalam beribadah.

Wajib atas seseorang yang beri’tikaf agar memanfaatkan setiap waktu dan kesempatan untuk beribadah, berdoa dan merendahkan diri kepada Allah Ta’ala, membaca al Qur an, memohon ampun, berdzikir kepada Allah Ta’ala, mengerjakan shalat serta tafakkur (berfikir) dan tadabbur yaitu merenung. Janganlah orang yang ber’tikaf menyia nyiakan waktu mengobrol dengan orang orang yang ada di sampingnya.

Dengan semua itu maka dia berhak mendapatkan janji Allah Ta’ala dan pahala-Nya, yakni KELUAR DARI TEMPAT I’TIKAF DALAM KEADAAN DIAMPUNI DOSA DOSANYA. (Kitab Ensiklopedi Adab Islam).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.615)







  

Senin, 29 April 2019

WANITA DUNIA MASUK SURGA LEBIH CANTIK DARI BIDADARI


WANITA DUNIA  YANG MASUK SURGA LEBIH CANTIK 
DARI BIDADARI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Dari dalil dalil yang kuat kita  mengetahui  bahwa bidadari surga  memiliki keutamaan yaitu dalam  kecantikan, kesetiaan, akhlak dan yang lainnya. 

Keadaan bidadari surga antara Allah jelaskan dalam firman-Nya :

فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ

Di dalamnya ada bidadari bidadari yang baik baik dan cantik jelita. (Q.S ar Rahman 70).

Syaikh as Sa’di berkata : “Di dalamnya”, maksudnya di dalam semua surga tersebut “ada bidadari bidadari yang baik baik lagi cantik jelita” yakni memiliki akhlak yang mulia dan wajah yang rupawan dimana mereka telah mengumpulkan antara keindahan lahir dan keindahan bathin serta keelokan bentuk penciptaan dan akhlak. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan pula tentang bidadari surga dalam  sabda beliau : “Sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Akan  tetapi ketahuilah bahwa semua kelebihan bidadari surga itu  akan bisa ditandingi oleh   wanita wanita dunia yang masuk surga, sebagaimana hadits yang berasal   dari pertanyaan dari Ummu Salamah : Ya Rasulullah, mana yang lebih afdhal, bidadari asli surga ataukah wanita dunia ?.

Beliau bersabda : “Wanita dunia  lebih afdhal dari pada bidadari asli surga. Sebagaimana bagian luar baju lebih bagus dari pada bagian dalamnya.”
Ummu Salamah bertanya : Mengapa bisa demikian, ya Rasulullah ?. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

بصلاتهن وصيامهن وعبادتهن لله عز و جل ألبس الله عز و جل وجوههن النور وأجسادهن الحرير بيض الألوان خضر الثياب صفر الحلي

Disebabkan karena mereka (wanita dari dunia) shalat, berpuasa, dan melakukan ibadah kepada Allah. Allah berikan dia  (wanita dunia yang masuk surga) hiasan cahaya di wajahnya, memakai sutra putih warnanya, dan baju berwarna hijau, serta perhiasan kuning mengkilap. (H.R ath Thabrani).

Ada sebagian ulama mengatakan bahwa hadits ini lemah. Tetapi banyak ulama mengatakan bahwa wanita dunia yang masuk surga lebih utama. Diantaranya Ibnul Mubarak menyampaikan riwayat dari Hibban bin Abi Jabalah. Beliau mengatakan : Sesungguhnya wanita dunia yang masuk surga lebih unggul dibandingkan wanita surga, disebabkan amal yang mereka kerjakan sewaktu di dunia. (Tafsir al-Qurthubi).

Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya pula : Apakah kecantikan bidadari surga sama dengan istri kita sebagaimana disebut dalam Al-Quran ?. Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Yang nampak, istri kita lebih baik daripada bidadari surga dilihat dari kecantikannya. (Fatawa Nur ‘ala Ad-Darb).

Oleh karena itu para shalihah calon penghuni surga jangan merasa rendah diri sedikitpun dari bidadari surga yang memang dijelaskan secara shahih bahwa mereka sangatlah cantik. Kenapa, karena ternyata wanita dunia nanti akan lebih cantik dari para bidadari itu. Tetaplah memperkuat iman dan amal shalih agar masuk surga dengan selamat dan mendapat keutamaannya.

Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (1.614)