Selasa, 16 April 2024

SIFAT SUKA DIPUJI BISA MEMBAHAYAKAN DIRI

 

SIFAT SUKA DIPUJI BISA MEMBAHAYAKAN DIRI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu sifat yang  berbahaya bagi diri seorang hamba  adalah memelihara sikap dipuji. Sungguh seorang hamba tidak akan mulia dengan pujian manusia Kalaupun ada kemuliaan cuma sangat kecil dan sementara. Kemulian yang hakiki hanya untuk orang orang yang bertakwa, sebagaimana firman Allah Ta'ala :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sungguh orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha mengetahui, Mahateliti. (Q.S al Hujuraat 13).

Syaikh as Sa'di berkata : Ukuran kemuliaan di antara mereka adalah takwa. Orang yang paling mulia di antara sesam adalah yang paling bertakwa kepada Allah Ta'ala, paling banyak melakukan ketaatan serta paling mampu mencegah diri dari kemaksiatan, bukan yang paling banyak kerabat serta kaumnya, bukan yang keturunannya paling terpandang. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Imam Ibnul Qayyim mengingatkan bahwa pujian adalah salah satu  musuh ikhlas dalam beramal. Sifat suka dipuji  kata beliau bila bercampur dengan ikhlas maka yang satu akan membunuh yang lain.

Ibarat api dicampur dengan air, tidak akan pernah bersatu. Kalau apinya besar akan membunuh air dan kalau airnya besar akan membunuh api. Sifat suka dipuji jika bercampur dengan ikhlas adalah seperti juga biawak bercampur dengan ikan, yang satu akan membunuh yang lain. Kalau ikannya lebih besar akan membunuh biawak dan kalau biawaknya lebih besar maka akan membunuh ikan. (Lihat Fawaidul Fawaid).

Ustadz Dr. Firanda Andirja memberi nasehat : Untuk apa engkau ujub dan bangga dengan pujian manusia. Apakah pujian tersebut akan merubah hakekatmu ?. Sedikitpun tidak akan mengangkat derajatmu di sisi Allah….jika memang engkau rendah di sisi Allah.

Carilah keridhaan Allah…jangan pernah mencari keridhaan manusia… Bagaimanapun engkau dipuji orang pasti ada orang lain yang mencelamu….sebagaimana bagaimanapun engkau dicela pasti ada saja yang  memujimu (https://firanda.com).

Ketahuilah bahwa ketika engkau mendapat pujian, berlaku bijaklah, diantaranya dengan memahami betul bahwa :

Pertama : Seseorang yang dipuji haruslah sungguh sungguh menyadari bahwa orang yang memuji  tidak mengetahui semua keadaan dirinya. Apalagi yang ada didalam hatinya. Orang yang memuji biasanya hanya ibarat melihat photo atau gambaran sesaat  tidak melihat video sebagai gambaran keseluruhan. Jika orang yang memuji mengetahui seluruh keadaan orang yang dipuji tentulah dia tidak akan mau memberi pujian.

Kedua : Bila mau berfikir jernih, maka jujur saja, sungguh kita ini tidak ada apa-apanya. Kita hanya seorang manusia yang berlumur dosa yang sementara ini ditutupi aib-aibnya oleh Allah Ta’ala. Kita hanya manusia lemah dan  bodoh sedikit sekali ilmu.

Kita  tidak tahu banyak tentang kekurangan dan  kebodohan kita. Kita tidak mempunyai apa-apa kecuali yang sekadar dititipkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk waktu yang sangat  terbatas dan segera berakhir. Kalau Allah Ta’ala mau mengambilnya, kapan saja, maka kita tidak kemampuan secuilpun untuk menahannya. Lalu dengan keadaan yang demikian pantaskah kita dipuji ataupun mengharapkan pujian ?. 

Ketiga : Apa pun yang kita lakukan dalam beramal, berbuat baik katakanlah bisa mencapai prestasi yang mungkin mengagumkan orang banyak ketahuilah bahwa itu semua adalah karena karunia dan pertolongan Allah Ta’ala semata. Oleh karena itu maka Dzat yang pantas bahkan wajib dipuji hanya Allah Ta’ala saja, bukan yang selain-Nya.

Wallahu A'lam. (3.274)

Selasa, 09 April 2024

DAPAT PAHALA SEPERTI MENDIRIKAN SHALAT SEMALAM PENUH

 

DAPAT PAHALA SEPERTI MENDIRIKAN SHALAT SEMALAM PENUH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, shalat adalah salah satu amalan utama dalam syariat Islam dan ketahuilah bahwa menegakkan shalat adalah amal YANG PERTAMA AKAN DIHISAB  DI AKHIRAT. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

 قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.

Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah ‘Azza wa Jalla  berfirman : Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya. (H.R at Tirmidzi dan an Nasa’i,  dishahihlan oleh al Hafizh Abu Thahir)

Di zaman ini  hampir tidak yang mampu mendirikan shalat semalam penuh apalagi dilakukan tiap hari. Tetapi dengan kasih sayang-Nya Allah Ta’ala memberikan pahala shalat semalam penuh bagi hamba-Nya yang melakukan  ibadah berikut ini : 

Pertama : Shalat shubuh berjamaah.

Perkara ini dijelaskan oleh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dalam sabda beliau dari Utsman bin Affan : 

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُول اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُوْلُ : مَنْ صَلَّى العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ ، فَكَأنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ ، وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ في جَمَاعَةٍ ، فَكَأنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ.

Dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang melaksanakan shalat Isya berjamaah, maka seolah dia telah melaksanakan shalat separuh malam. Dan barangsiapa yang melaksanakan SHALAT SHUBUH BERJAMAAH, maka seolah ia telah melaksanakan shalat semalam penuh. (H.R Imam Muslim).

Kedua : Taraweh bersama imam sampai selesai.

Shalat taraweh bersama imam mendapat nilai seperti shalat semalam penuh. Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda : 

إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً

Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh. (H.R Imam Ahmad, Abu Dawud dan yang lainnya, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Sungguh, hadits ini  merupakan anjuran agar kaum muslimin mengerjakan shalat taraweh secara berjama’ah  dan mengikuti imam hingga selesai. Dan mereka yang mengamalkannya akan mendapatkan pahala shalat semalam penuh.

 

Ketiga : Membaca 100 ayat al Qur an  di satu malam.

Ketika seorang hamba membaca 100 ayat al Qur an dalam shalat malam maka dia akan mendapatkan pahala seperti PAHALA SHALAT SEMALAM PENUH. Perkara ini dijelaskan dalam satu sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

عنْ تَمِيمٍ الدَّارِىِّ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ

Tamim Ad Dary berkata :  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam. (H.R Imam Ahmad).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah tetap bersemangat untuk mengamalkan ibadah yang tiga ini, yaitu : (1) Shalat subuh berjamaah di masjid. (2) Shalat taraweh bersama imam sampai selesai. (3) Membaca 100 ayat al Qur an di satu malam.

Wallahu A'lam. (3.273).

 

Senin, 08 April 2024

SIFAT TEMAN YANG SHALIH MEMBERI NASEHAT DENGAN DALIL

 

SIFAT TEMAN YANG SHALIH MEMBERI NASEHAT DENGAN DALIL

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan agar orang orang beriman haruslah memilih teman akrab. Beliau  MENGINGATKAN kita  untuk tidak menjadikan semua orang sebagai TEMAN AKRAB. Beliau bersabda :

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman akrab. (H.R Abu Dawud dan at Tirmidzi).

Sungguh, sangatlah dianjurkan untuk berteman dengan orang orang shalih yang ketika memberi nasehat selalu DENGAN DALIL YANG SHAHIH.

Ketika pada suatu waktu kita merasa futur, malas atau lalai  melakukan suatu ibadah maka TEMAN AKRAB YANG SHALIH AKAN SERA MERTA MEMBERI NASEHAT, diantaranya ketika   :

Pertama : Jika suatu waktu kita lalai untuk shalat berjamaah ke masjid maka dia akan memberi nasehat dengan menyebutkan dalil tentang kewajiban shalat berjamaah di masjid.

(1) Allah Ta'ala berfirman :

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang yang rukuk. (Q.S al Baqarah 43).

(2) Rasulullah  Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِ فَلاَ صَلاَةَ لَهُ إِلاَّمِنْ عُذْرٍ

Barangsiapa mendengar seruan adzan tapi tidak memenuhinya, maka tidak ada shalat baginya kecuali karena udzur. H.R Ibnu Majah, Ad Daru Quthni, Ibnu Hiban dan al Hakim).

Kedua : Jika satu waktu kita lalai atau berat untuk berinfak dan bersedekah maka teman yang shalih mengingatkan tentang keutamaan sedekah dengan dalilnya :

(1) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ عَنْ أَهْلِهَا حَرَّ الْقُبُوْرِ، وَإِنَّمَا يَسْتَظِلُّ الْمُؤْمِنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِـيْ ظِلِّ صَدَقَتِهِ.

Sesungguhnya sedekah itu memadamkan panasnya alam kubur bagi pelakunya. Dan sungguh, pada hari Kiamat, seorang mukmin akan bernaung di bawah naungan sedekahnya. (H.R ath Thabrani).

(2) Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَتِرَ مِنَ النَّارِ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَلْيَفْعَلْ

Siapa di antara kalian yang mampu membentengi diri dari (panasnya) neraka walau dengan separoh butir kurma hendaknya ia lakukan. (H.R Imam Muslim).

Ketiga : Jika suatu waktu kita terbawa arus berkata tidak santun bahkan kasar maka teman yang shalih akan mengingatkan dengan dalilnya :

(1) Dari ‘Aisyah,  Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda :

يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ

Wahai Aisyah : Sesungguhnya Allah itu Mahalembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan pada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya. (H.R Imam Muslim)

(2) Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam  bersabda :

 مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ

Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan. (H.R Imam Muslim).

(3) Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

 مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ

Orang yang dijauhkan dari sifat lemah lembut, maka ia dijauhkan dari kebaikan. (H.R Imam Muslim).

Jadi, sesungguhnya bersahabat dengan orang-orang yang shalih adalah nikmat yang sangat besar. Maka dalam hal ini, sudah sepantasnya kita mengikuti nasehat dari Umar bin Khattab. Beliau berkata : Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara muslim yang shalih. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang shalih maka pegang lah erat-erat. (Quutul Qulub).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah selalu berteman dengan orang orang shalih sehingga mendapat manfaat yang banyak dari nasehat nasehatnya yang shahih sesuai syariat.  

Wallahu A'lam. (3.272)



 

 

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 06 April 2024

SANGAT MERUGI JIKA RAMADHAN BERLALU DOSA BELUM DIAMPUNI

 

 SANGAT MERUGI JIKA RAMADHAN BERLALU DOSA BELUM DIAMPUNI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu nama yang disandarkan kepada Ramadhan adalah bulan ampunan karena sangatlah banyak ibadah bisa dilakukan dalam bulan Ramadhan yang memberikan kesempatan kepada hamba hamba Allah untuk penghapus dosa dan kesalahan. Diantaranya :

Pertama : Hadits dari Abu Hurairah. Rasulullah Salallahu 'alahi Wasallam bersabda :

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ، مُكَفِّرَاتُ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ

Antara shalat yang lima waktu, antara jum’at yang satu dan jum’at berikutnya, antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan berikutnya, di antara amalan-amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar. (H.R Imam Muslim).

Kedua : Juga hadits dari Abu Hurairah. Rasulullah Salallahu 'alahi Wasallam bersabda : 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim, dari Abu Hurairah).

Yang dimaksud dengan iman di sini adalah meyakini wajibnya puasa yang dia lakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan mengharapkan pahala atau ihtisab adalah keinginan mendapatkan balasan pahala dari Allah Ta’ala (Fath al Bari).

Ketiga : Juga  hadits dari Hurairah. Rasulullah Salallahu 'alahi Wasallam bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا, غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Rasulullah Salllahu ‘alaihi Wasallam bersabda : Jika seseorang melaksanakan shalat taraweh atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosa dosanya yang telah lalu. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Keempat : Juga hadits dari Abu Hurairah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

 مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إَيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Saudaraku, ketika Allah Ta'ala melalui Rasul-Nya  memberikan kesempatan yang sangat banyak untuk MENGHAPUS DOSA DOSA di bulan Ramadhan antara lain sebagaimana disebutkan dalam empat hadits diatas maka SUNGGUH SANGAT MERUGI hamba hamba Allah yang ketika Ramadhan telah berlalu dosa dosanya BELUM DIAMPUNI.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,

رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ – أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni. H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Al Hafidz al Munawi berkata : Makna hadits yang mulia ini adalah seorang hamba yang mengetahui seandainya dia menahan syahwatnya dalam sebulan (Ramadhan) di setiap tahun dan melakukan amalan khusus yang disyariatkan baginya yaitu puasa dan shalat taraweh maka akan DIAMPUNI DOSA DOSANYA YANG TELAH LALU. Namun dia menyia nyiakan dan tak mengerjakannya sampai Ramadhan berakhir. Maka dia menjadi HAMBA YANG CELAKA. (Faidhul Qadir).

Imam Ibnu Rajab al Hambali menukilkan perkataan ulama salaf : Barangsiapa yang tidak diampuni dosa-dosanya di bulan Ramadhan, maka tidak akan diampuni dosa-dosanya di bulan bulan lainnya. (Latha-if al-Ma’arif).

Oleh karena itu hamba hamba selalu  berusaha dengan sungguh sungguh memperbanyak amal di bulan Ramadhan terutama amalan amalan yang akan menghapus dosa dan juga yang mendatangkan pahala.

Wallahu A’lam. (3.271).

 

 

 

 

 

 

Selasa, 02 April 2024

MENGAMALKAN YANG WAJIB MENINGGALKAN LARANGAN BISA MASUK SURGA

MENGAMALKAN YANG WAJIB MENINGGALKAN LARANGAN BISA MASUK SURGA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, kita mengetahui bahwa dalam syariat Islam ada amalan yang sifatnya fardhu atau wajib serta ada larangan larangan mengerjakan yang diharamkan. Selain itu juga ada amalan yang sifatnya sunnah atau tidak wajib.

Ketika seorang hamba telah memenuhi amalan yang fardhu atau diwajibkan saja  dan berhenti dari yang dilarang atau diharamkan maka dia bisa masuk surga. Perkara ini dijelaskan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dalam sabda beliau, diantaranya :

عَنْ أَبيْ عَبْدِ اللهِ جَابِرِ بنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَرَأَيْتَ إِذا صَلَّيْتُ المَكْتُوبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الحَلاَلَ، وَحَرَّمْتُ الحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلى ذَلِكَ شَيئاً أَدْخُلُ الجَنَّةَ؟ قَالَ: نَعَمْ

Dari Abu Abdillah Jabir bin Abdillah Al-Anshari radiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  : Jika aku shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal, dan mengharamkan yang haram, lalu aku tidak menambah selain amalan itu, apakah aku masuk surga ?. Rasulullah menjawab : Ya. (H.R Imam Muslim).

Selain itu, dalam satu hadits dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : Bahwasanya seorang Arab Badui pernah berkata kepada Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam. Wahai Rasulullah !. Tunjukkanlah kepadaku suatu amal yang apabila aku mengamalkannya, aku masuk surga.

Beliau bersabda : Engkau beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, mendirikan shalat Fardhu, menunaikan zakat Fardhu dan berpuasa Ramadhan. Orang itu berkata : Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, aku tidak akan menambah sesuatu pun selamanya dan tidak mengurangi darinya.

Lalu ketika orang itu pergi, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : Siapa yang ingin melihat seorang penghuni surga, maka lihatlah kepada orang itu. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Imam Ibnu Rajab al Hambali berkata : Dan maksud orang Badui itu adalah bahwa dia tidak akan menambah shalat fardhu, zakat yang fardhu, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah, dengan sedikitpun dari amal amal  sunnah. Dan bukan berarti dia tidak akan melaksanakan sedikit pun dari syariat syariat Islam dan wajib wajibnya yang dari itu.

Sungguh, amalan amalan sunnah sekecil apapun  akan menambah berat timbangan seorang hamba di akhirat kelak. Oleh karena seorang sangatlah dianjurkan untuk MEMPERBANYAK AMALAN SUNNAH disamping yang diwajibkan.    

Selain itu, ketahuilah bahwa amalan salah satu diantara  amalan sunnah yaitu shalat sunnah rawatib jika diamalkan akan mendapat hadiah rumah di surga, yaitu sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘Anha, berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

Siapa yang shalat 12 rakaat shalat sunnah rawatib) dalam sehari semalam niscaya dibangunkan untuknya rumah di surga. (H.R Imam Muslim).

Shalat 12 raka’at yang dimaksud adalah empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua raka’at sesudah maghrib, dua rakaat setelah ‘isya, dan dua rakaat sebelum shubuh sebagaimana yang terdapat dalam hadits Aisyah dalam Sunan at Tirmidzi dan Ibnu Majah.

Wallahu A'lam. (3.270)

 

 

 

 

 

  

MEMASUKKAN PERASAAN SENANG KE HATI SAUDARA SESAMA MUSLIM

 

MEMASUKKAN PERASAAN SENANG KE HATI SAUDARA SESAMA MUSLIM

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

Sesungguhnya orang beriman itu bersaudara, (Q.S al Hujurat).

Sebagai saudara, maka timbul kewajiban untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Dan tentang tolong menolong ini diperintahkan Allah Ta'ala dalam firman-Nya :

 وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksa-Nya. (Q.S al Maidah 2).

Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan”, maksudnya hendaknya sebagian dari kamu membantu sebagian yang lain dalam kebaikan. Dan kebaikan adalah nama yang mengumpulkan segala perbuatan, baik lahir ataupun bathin, baik hak Allah maupun hak manusia, YANG DICINTAI DAN DIRIDHAI OLEH ALLAH. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Imam al Qurthubi  menjelaskan tentang  TA’AWUN yaitu tolong menolong yang dimaksud dalam surat al Maidah ayat 2 menyebutkan beberapa aplikasinya : (1) Seorang berilmu menolong manusia dengan ilmunya. (2) Seorang yang berharta menolong manusia dengan hartanya. (3) Seorang pemberani menolong manusia dengan keberaniannya berjuang di jalan Allah dan yang lainnya. Masing masing orang membantu orang lain sesuai kapasitas dan kemampuannya. (Tafsir al Qurthubi).

Tentang keutamaan menolong saudara sesama muslim, disebutkan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dalam sabda beliau yang diriwayatkan dari Abu Hurairah : 

وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya. (HR. Muslim).

 

Ketahuilah bahwa salah satu sikap yang dianjurkan untuk dilakukan terhadap saudara sesama orang beriman adalah MEMASUKKAN PERASAAN SENANG KE DALAM HATINYA. Ini juga termasuk sikap yang dianjurkan dalam tolong  menolong untuk kebaikan. Dari Ibnu Umar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia lain. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya.

Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini, masjid Nabawi, selama sebulan penuh. (H.R ath Thabrani dihasankan oleh  Syaikh Al Albani). 

Wallahu A'lam. (3.269)


 

 

 

 

 

 

Kamis, 28 Maret 2024

SAHABAT RASULULLAH ADALAH MANUSIA TERBAIK

 

SAHABAT RASULULLAH ADALAH MANUSIA TERBAIK

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Siapakah yang disebut sahabat Rasulullah. Banyak penjelasan ulama tentang hal ini.  Salah satu penjelasan, batasan atau definisi yang bagus adalah sebagaimana dikatakan al Hafizh Ibnu Hajar Ashqalani  : Sahabat adalah orang yang  bertemu dengan Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam, beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan Islam. (al Ishabah fi Tamyiz as Shahabah).

Para sahabat adalah umat terpilih. Allah Ta'ala menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya   

قُلِ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَٰمٌ عَلَىٰ عِبَادِهِ ٱلَّذِينَ ٱصْطَفَىٰٓ ۗ ءَآللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ

Katakanlah, segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba hambaNya yang dipilihNya.. (Q.S an Naml 59). 

Tentang ayat ini dijelaskan dalam Tafsir ath Thabari : (1) Ibnu Abbas berkata : Para sahabat Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba hamba pilihan Allah untuk Nabi-Nya. (2) Firman Allah : Hamba hambaNya yang dipilih-Nya yaitu hamba hamba pilihan untuk Nabi-Nya Muhammad. Allah menjadikan mereka sebagai pendamping dan pembela Nabi untuk mengemban agama yang diutus.

Para sahabat adalah generasi yang pertama tama beriman, mengamalkan dan mendakwahkan risalah Rasulullah. Mereka melakukannya dengan penuh keikhlasan, sungguh sungguh, penuh kesabaran dan pengorbanan yang sangat besar pada diri dan hartanya. 

Allah Ta'ala menjelaskan tentang keutamaan para sahabat yaitu Muhajirin dan Anshar diantaranya adalah orang orang yang mendapat ridha Allah sebagaimana firman-Nya :

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Dan orang orang yang terdahulu lagi yang pertama tama (masuk Islam) di antara orang orang Muhajirin dan Anshar dan orang orang YANG MENGIKUTI MEREKA DENGAN BAIK, ALLAH RIDHA kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah.

Allah menyediakan bagi mereka surga surga yang mengalir di bawahnya sungai sungai sungai sungai. Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (Q.S at Taubah 100).

Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah menetapkan bahwa para sahabat adalah GENERASI TERBAIK DARI UMAT INI. Beliau menjelaskan :  

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

Manusia yang paling baik adalah generasi zamanku kemudian generasi yang sesudahnya kemudian generasi yang sesudahnya. (H.R Imam Bukhari).

Sebagai generasi terbaik, maka wajiblah bagi  kita yang termasuk generasi berikutnya  untuk meniru dan mengikuti jejak mereka baik dalam aqidah, ibadah, akhlak dan muamalahnya.

Wallahu A'lam. (3.268).