Minggu, 31 Maret 2019

PERTEMANAN DENGAN ORANG ORANG SHALIH


PERTEMANAN DENGAN ORANG ORANG SHALIH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Dalam menjalani kehidupan manusia butuh teman. Sangatlah tidak nyaman jika seseorang tidak memiliki teman. Cuma saja untuk berteman secara akrab hendaklah seseorang itu memperhatikan siapa saja temannya. Tidaklah dianjurkan untuk berteman akrab dengan semua orang.

Ketahuilah bahwa teman akrab akan banyak memberikan pengaruh kepada agama seseorang. Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan tentang hal ini dalam sabda beliau : 

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya. (H.R Abu Daud dan at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah)

Imam Ibnul Qayyim memberi nasehat agar seseorang itu berkumpul dan berteman dengan orang orang shalih. Diantara manfaatnya kata beliau adalah bahwa pertemanan dengan orang shalih akan MEMBUAT SESEORANG BERUBAH KEPADA KEBAIKAN  :

(1) Berubah dari keraguan dalam perkara agama menjadi yakin. (2) Berubah dari sikap riya dalam ibadah menjadi ikhlas. (3) Berubah dari keadaan lalai mengingat Allah menjadi senantiasa berdzikir. (4) Berubah dari cinta dunia menjadi cinta akhirat. (5) Berubah dari sombong menjadi tawadhu’. (6) Berubah dari mudharat menjadi mashlahat.

Begitulah pengaruh pertemanan dalam kehidupan. Jadi berusahalah dengan sungguh sungguh untuk  berteman dengan dengan orang shalih dan jagalah pertemanan dengan mereka agar langgeng.  

Imam asy Syafi’i memberi nasehat agar kita senantiasa memelihara pertemanan dengan orang beriman. Beliau berkata :

إذا كان لك صديق يعينك على الطاعة فشد يديك به فإن اتخاذ الصديق صعب ومفارقته سهل

Jika engkau memiliki teman yang membantumu dalam ketaatan maka genggamlah dia erat erat, karena menjadikan teman itu susah dan melepasnya sangat mudah. (Hilyah al Auliya’).

Selain itu ketahuilah bahwa diantara keutamaan berteman dengan orang orang beriman adalah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Hasan al Bashri. Beliau memberi nasehat : 

استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة

Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat. (Ma’alimut Tanzil).

Oleh karena itu orang orang beriman harus setiap saat memeriksa dirinya dengan siapa saja dia berteman. Jika ada teman teman yang tak memberi manfaat untuk kebaikan akhirat lebih ditinggalkan karena akan menjadi penyesalan kelak di kemudian hari. Allah Ta’ala telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya :

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (Q.S az Zukhruf 67)

Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (1.588)

Rabu, 27 Maret 2019

JADILAH HAMBA HAMBA ALLAH YANG BERSAUDARA


JADILAH HAMBA ALLAH YANG BERSAUDARA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa orang orang beriman, yaitu hamba hamba-Nya adalah bersaudara, sebagaimana firman-Nya :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

Sesungguhnya orang orang mukmin itu bersaudara. (Q.S al Hujuraat 10).

Syaikh as Sa’di berkata : (Ayat ini) adalah perjanjian yang ditunaikan Allah diantara sesama orang orang yang beriman. Siapapun orangnya yang berada dibelahan timur bumi ataupun barat yang beriman kepada Allah, Malaikat, kitab kitab-Nya, Rasulnya serta beriman kepada hari yang Akhir, maka ia adalah saudara bagi orang orang yang beriman lainnya.

Persaudaraan yang mengharuskan orang orang mencintai saudaranya sebagaimana mereka mencintai diri mereka sendiri serta tidak menyukai apapun mengenainya sebagaimana diri mereka sendiri tidak suka terkena hal  itu. (Tafsir Karimir Rahman).

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga mengingat tentang persaudaraan sesama muslim sebagaimana sabda beliau : 

وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ .

Jadilah kalian hamba hamba yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi yang lainnya, (dia) : tidak menzhaliminya, tidak menelantarkannya, tidak mendustakannya dan tidak meremehkannya. (H.R Imam Muslim).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : “Seorang muslim adalah saudara bagi yang lainnya”. Adalah seperti saudara dalam hal loyalitas, kecintaan, nasehat atau dalam hal lainnya. 

Beliau juga memberi nasehat tentang cara cara menumbuhkan persaudaraan ini, yaitu : 

(1) Jangan mengingat atau memikirkan keburukan saudaranya. 
(2) Hendaklah selalu mengingat kebaikan kebaikannya. 
(3) Memberikan sesuatu kepada mereka untuk menghilangkan kedengkian di hatinya, seperti hadiah. Sebab hadiah itu bisa menghilangkan kedengkian dan menumbuhkan kecintaan. 
(4) Juga dengan cara berkumpul dalam serangkaian ibadah, terutama shalat lima waktu (di masjid), shalat Jum’at dan shalat ‘Ied. Sebab semua ini akan mendatangkan kecintaan. (Syarah Hadits Arba’in an Nawawiyah).
   
Oleh karena itu MARI BUKTIKAN BAHWA KITA ADALAH BERSAUDARA sehingga orang orang beriman akan semakin kokoh dan bersatu. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.587)

IBNUL MUBARAK MELUNASI HUTANG SESEORANG DENGAN SEMBUNYI


IBNUL MUBARAK MELUNASI HUTANG SESEORANG
DENGAN SEMBUNYI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Ibnul Mubarak adalah salah satu ulama  terkemuka dan masyhur dikalangan orang orang berilmu.   Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin al Mubarak bin Wadhih al Hanzhali at Tamimi. Sangat sering kita menemui nama beliau di kitab kitab sirah Ulama Salaf. Beliau lahir di Khurasan, Irak tahun 118 H dan wafat tahun 181 H yaitu dalam usia 63 tahun.

Ibnu Asakir berkata : Ibnul Mubarak mempunyai ilmu yang luas, hafalannya kuat, zuhud, BANYAK MELAKUKAN IBADAH, KAYA RAYA, sering menunaikan ibadah  haji, gemar berperang dan berjihad, ahli dalam ilmu Nahwu juga banyak menulis syair. Aku tidak melihat orang seperti dia. (Min A’lam as Salaf).
Beliau juga banyak menulis kitab, diantaranya yang masyhur adalah Kitab az Zuhud Raqaiq dan Kitab al Jihad.

Satu diantara sifat mulia yang ada pada Ibnul Mabarak adalah sangat dermawan. Beliau adalah dermawan sejati dan menyembunyikan kedermawanannya untuk menjaga keikhlasan dalam beramal shalih.

Tentang kedermawanan beliau diantaranya adalah sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Mundzir bahwa Ibnul Mubarak adalah orang yang sering bepergian ke Tharasus dan singgah di desa Khan. Disitu ada seorang pemuda yang sering menemui Ibnul Mubarak untuk belajar hadits dan terkadang memenuhi kebutuhannya.

Suatu ketika, Abdullah bin Mubarak datang untuk menemui pemuda tersebut tapi tidak ditemukan. Beliau berusaha mencari tahu keadaan pemuda tersebut. Lalu ada yang mengabarkan bahwa pemuda itu telah ditangkap dan ditahan dengan tebusan senilai 10.000 dirham. Ibnul Mubarak juga mendapat penjelasan bahwa pemuda itu ditahan karena hutang yang tak mampu dibayarnya. 

Lalu Ibnul Mubarak menemui orang memberi hutang kepada pemuda tersebut dan menyerahkan 10.000 dirham. Ibnul Mubarak merasa senang bisa membebaskan pemuda itu. Selanjutnya meminta orang yang memberi hutang itu untuk tidak memberi tahu siapapun selagi dia masih hidup.

Setelah pemuda itu bebas, Ibnul Mubarak bertemu pemuda itu lalu bertanya kepadanya. Wahai pemuda : Kemana engkau sebelum ini ?. Aku tak melihatmu. Pemuda itu menjawab : Wahai Abu Abdirrahman, aku ditahan gara gara hutang. Lalu bagaimana engkau bisa bebas ?, tanya Ibnul Mubarak kepadanya. Pemuda itu menjawab : Ada seseorang yang datang melunasi semua hutangku, tetapi aku tidak tahu siapa orang itu.

Pujilah Allah. Dia tidak akan diketahui kecuali setelah kematian Abdullah, kata Ibnul Mubarak. (Siyar A’lam an Nubala’).

Sungguh inilah salah satu pelajaran berharga bagi orang orang yang suka berbuat baik, membantu orang yang kesulitan. Teruslah berbuat baik tapi TETAPLAH MENJAGA KEIKHLASAN. 
Ketahuilah bahwa suatu perbuatan baik hanya bernilai jika dilakukan dengan ikhlas, mencari ridha Allah saja. Allah Ta’ala berfirman :

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima) mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Q.S al Baqarah 262). 

 Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.586).