Sabtu, 20 Agustus 2016

IBADAH YANG DITUTUP DENGAN ISTIGHFAR



IBADAH YANG DITUTUP DENGAN ISTIGHFAR

Oleh : Azwir B. Chaniago

Beristighfar   adalah kewajiban para hamba Allah. Tujuan utamanya adalah untuk memohon ampun atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuat di masa lalu.  Sungguh beristighfar  sangat dibutuhkan oleh setiap hamba karena  telah banyak  berbuat dosa dan sangat berharap dosa dosanya diampuni.

Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa manusia berbuat dosa siang dan malam artinya terus atau sering berbuat dosa. Allah berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili wan nahar” Wa ana aghfiru dzunuba jamii’a. Fastaghfiruni, aghfirlakum”. Wahai hamba hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan) siang dan malam. Dan Aku Maha Pengampun, semua dosa. Minta ampunlah kepada-Ku, Aku akan ampuni kalian.  
  
Sungguh beristighfar atau memohon ampun dan bertaubat adalah untuk menghapus dosa dan akan mengantarkan seorang hamba kepada keberuntungan di dunia dan di akhirat. Allah berfirman : “Wa tuubuu ilallahi jamiian aiyuhal mu’minuuna, la’allakum tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung.  (Q.S an Nuur 31).

Ketahuilah bahwa syariat Islam mengajarkan  memohon ampun bukan hanya untuk orang orang yang telah melakukan  kesalahan dan maksiat. Sungguh orang orang beriman yang senantiasa beribadah juga diperintahkan untuk beristighfar. Bahkan  pada saat selesai melakukan suatu ibadah atau untuk menutup  ibadah yang telah dilakukan juga perlu  untuk beristighfar. Ini disyariatkan untuk beberapa jenis ibadah yang agung, diantaranya :

Pertama : Shalat lima waktu
Sungguh shalat fardhu lima waktu yang dilakukan kaum muslimin adalah salah satu ibadah utama dan sangat agung. Dalam rukun Islam shalat adalah kewajiban nomor dua setelah syahadatain. 

Inilah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan untuk ditutup dengan bacaan istighfar tiga kali yaitu setelah salam. Dari Tsauban dia berkata : “Kaana rasulullahi salallahu ‘alaihi wasallama idzaan sharafa min shalaatihi istaghfara tsalaatsa”.  Jika Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam selesai dari shalatnya maka beliau beritighfar tiga kali. (H.R Imam Muslim).

Imam al Alusy berkata : (Kemungkinan) istighfar Nabi (setelah shalat fardhu) karena ma’rifah atau ilmu beliau tentang keagungan dan kemuliaan Allah Ta’ala, maka meskipun ibadah beliau lebih mulia daripada ibadahnya para ahli ibadah, beliau memandang (ibadah beliau) rendah dan tidak laya dengan kemuliaan dan keagungan Allah Ta’ala yang jauh di luar jangkauan pikiran seseorang. Maka Nabi pun malu hingga bersegera untuk beristighfar (setelah shalat fardhu). Dan Nabi beristighfar lebih dari 70 kali sehari semalam.

Untuk memberi isyarat akan kurangnya ibadah seseorang agar mendapat kemuliaan dari Allah Ta’ala meskipun ia telah melakukan banyak ketaatan. (Ruhul Ma’ani)  

Kedua : Shalat lail.
Sungguh shalat lail merupakan kebiasaan orang orang shalih dari dahulu. Bahkan shalat lail adalah shalat yang paling afdhal sesudah shalat fardhu. Rasulullah bersabda : … Wa afdhalush shalaati ba’dal faridhati shalaatul laili” … Dan seutama utama shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam. (H.R Imam Muslim).  

Allah menyebutkan di antara sifat sifat orang mukmin yang dijanjikan surga bagi mereka adalah yang beristighfar di waktu sahur. Mereka beribadah di malam hari dengan shalat hingga menjelang shubuh dan menutup ibadah mereka dengan memohon ampun.
Allah berfirman : “(Yaitu) orang orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) dan yang memohon ampun diwaktu sahur. (Q.S Ali Imran 17).

Ketiga : Ibadah haji.
Sungguh ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib  ditunaikan oleh seorang hamba  yang mampu sekali selama hidupnya. Sungguh ibadah ini memiliki keutamaan yang banyak dan dijanjikan surga bagi yang ibadah hajinya mendapat nilai mabrur.
Ketahuilah bahwa inti dari rangkaian pelaksanaan ibadah haji adalah wuquf di padang Arafah. Rasulullah telah bersabda : “Al hajju ‘arafah”. Haji adalah Arafah. (H.R  at Tirmidzi, Imam Ahmad, Abu Dawud dan an Nasa’i). 

Di padang Arafah para jamaah haji memperbanyak doa dan memohon kepada Allah Ta’ala dengan menampakkan seluruh kehinaan dan kerendahannya. Dan sungguh wuquf di Arafah adalah ibadah yang sangat agung bahkan Allah Ta’ala menjanjikan ampunan bagi mereka yang wuquf di situ. Kemudian setelah melaksanakan ibadah yang agung yaitu wuquf lalu Allah memerintahkan jamaah haji untuk beristighfar kepada Allah Ta’ala.

Allah berfirman : “Tsumma afiidhuu min haitsu afaadhan naasu was astaghfrullaha innalallaha ghafuurur rahiim”. Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang  banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S al Baqarah 199). 

Keempat : Setelah menyempurnakan dakwah dan mencapai kemenangan.
Nabi diperintahkan beristighfar setelah menyempurnakan dakwah beliau selama 23 tahun. Beliau telah mencapai kemenangan dan orang orang telah berbondong bondong masuk agama Islam.

Allah berfirman : “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan engkau melihat manusia berbondong bondong masuk agama Allah. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh Dia Maha Penerima Taubat”. (Q.S an Nasr 1-3). 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, disebutkan bahwa ketika ditanya oleh Umar bin Khaththab tentang ayat ini, Ibnu Abbas berkata : “Apabila telah datang pertolongan Allah Ta’ala dan kemenangan, hal itu adalah tanda ajal (kematian) mu. “Maka hendaknya engkau bertasbih kepada Rabb-mu dengan memuji-Nya dan beristighfarlah kepada-Nya, sesungguhnya Rabb-mu Maha Penerima Taubat”. Lalu Umar berkata : Aku tidak mengetahui tentang ayat ini kecuali sebagaimana pendapatmu (wahai Ibnu Abbas).

Itulah  ibadah ibadah yang agung dan ditutup dengan istighfar. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (762)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar