IBADAH YANG DITUTUP DENGAN ISTIGHFAR
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Beristighfar adalah
kewajiban para hamba Allah. Tujuan utamanya adalah untuk memohon ampun atas
kesalahan dan dosa yang telah diperbuat di masa lalu. Sungguh beristighfar sangat dibutuhkan oleh setiap hamba karena telah banyak berbuat dosa dan sangat berharap dosa dosanya
diampuni.
Dalam
sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa manusia
berbuat dosa siang dan malam artinya terus atau sering berbuat dosa. Allah
berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum
tukhti-una bil laili wan nahar” Wa ana aghfiru dzunuba jamii’a. Fastaghfiruni,
aghfirlakum”. Wahai hamba hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa
(kesalahan) siang dan malam. Dan Aku Maha Pengampun, semua dosa. Minta ampunlah
kepada-Ku, Aku akan ampuni kalian.
Sungguh
beristighfar atau memohon ampun dan bertaubat adalah untuk menghapus dosa dan
akan mengantarkan seorang hamba kepada keberuntungan di dunia dan di akhirat.
Allah berfirman : “Wa tuubuu ilallahi jamiian aiyuhal mu’minuuna, la’allakum
tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang
yang beriman, agar kamu beruntung. (Q.S
an Nuur 31).
Ketahuilah
bahwa syariat Islam mengajarkan memohon
ampun bukan hanya untuk orang orang yang telah melakukan kesalahan dan maksiat. Sungguh orang orang
beriman yang senantiasa beribadah juga diperintahkan untuk beristighfar. Bahkan
pada saat selesai melakukan suatu ibadah
atau untuk menutup ibadah yang telah
dilakukan juga perlu untuk beristighfar.
Ini disyariatkan untuk beberapa jenis ibadah yang agung, diantaranya :
Pertama : Shalat lima waktu
Sungguh
shalat fardhu lima waktu yang dilakukan kaum muslimin adalah salah satu ibadah
utama dan sangat agung. Dalam rukun Islam shalat adalah kewajiban nomor dua
setelah syahadatain.
Inilah salah satu ibadah yang sangat
dianjurkan untuk ditutup dengan bacaan istighfar tiga kali yaitu setelah salam.
Dari Tsauban dia berkata : “Kaana
rasulullahi salallahu ‘alaihi wasallama idzaan sharafa min shalaatihi istaghfara
tsalaatsa”. Jika Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam selesai dari shalatnya maka beliau beritighfar tiga
kali. (H.R Imam Muslim).
Imam
al Alusy berkata : (Kemungkinan) istighfar Nabi (setelah shalat fardhu) karena
ma’rifah atau ilmu beliau tentang keagungan dan kemuliaan Allah Ta’ala, maka
meskipun ibadah beliau lebih mulia daripada ibadahnya para ahli ibadah, beliau
memandang (ibadah beliau) rendah dan tidak laya dengan kemuliaan dan keagungan
Allah Ta’ala yang jauh di luar jangkauan pikiran seseorang. Maka Nabi pun malu
hingga bersegera untuk beristighfar (setelah shalat fardhu). Dan Nabi
beristighfar lebih dari 70 kali sehari semalam.
Untuk
memberi isyarat akan kurangnya ibadah seseorang agar mendapat kemuliaan dari
Allah Ta’ala meskipun ia telah melakukan banyak ketaatan. (Ruhul Ma’ani)
Kedua : Shalat lail.
Sungguh shalat lail merupakan kebiasaan orang
orang shalih dari dahulu. Bahkan shalat lail adalah shalat yang paling afdhal
sesudah shalat fardhu. Rasulullah bersabda : … Wa afdhalush shalaati ba’dal faridhati shalaatul laili” … Dan
seutama utama shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam. (H.R Imam
Muslim).
Allah
menyebutkan di antara sifat sifat orang mukmin yang dijanjikan surga bagi
mereka adalah yang beristighfar di waktu sahur. Mereka beribadah di malam hari
dengan shalat hingga menjelang shubuh dan menutup ibadah mereka dengan memohon
ampun.
Allah
berfirman : “(Yaitu) orang orang yang
sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah)
dan yang memohon ampun diwaktu sahur. (Q.S Ali Imran
17).
Ketiga : Ibadah haji.
Sungguh
ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh seorang hamba yang mampu sekali selama hidupnya. Sungguh
ibadah ini memiliki keutamaan yang banyak dan dijanjikan surga bagi yang ibadah
hajinya mendapat nilai mabrur.
Ketahuilah
bahwa inti dari rangkaian pelaksanaan ibadah haji adalah wuquf di padang
Arafah. Rasulullah telah bersabda : “Al
hajju ‘arafah”. Haji adalah Arafah. (H.R
at Tirmidzi, Imam Ahmad, Abu Dawud dan an Nasa’i).
Di
padang Arafah para jamaah haji memperbanyak doa dan memohon kepada Allah Ta’ala
dengan menampakkan seluruh kehinaan dan kerendahannya. Dan sungguh wuquf di
Arafah adalah ibadah yang sangat agung bahkan Allah Ta’ala menjanjikan ampunan
bagi mereka yang wuquf di situ. Kemudian
setelah melaksanakan ibadah yang agung yaitu wuquf lalu Allah memerintahkan
jamaah haji untuk beristighfar kepada Allah Ta’ala.
Allah
berfirman : “Tsumma afiidhuu min haitsu
afaadhan naasu was astaghfrullaha innalallaha ghafuurur rahiim”. Kemudian
bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang
banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S al Baqarah 199).
Keempat : Setelah menyempurnakan dakwah
dan mencapai kemenangan.
Nabi
diperintahkan beristighfar setelah menyempurnakan dakwah beliau selama 23
tahun. Beliau telah mencapai kemenangan dan orang orang telah berbondong
bondong masuk agama Islam.
Allah berfirman : “Apabila telah datang pertolongan Allah dan
kemenangan. Dan engkau melihat manusia berbondong bondong masuk agama Allah.
Maka bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh Dia Maha Penerima Taubat”.
(Q.S an Nasr 1-3).
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari, disebutkan bahwa ketika ditanya oleh Umar bin
Khaththab tentang ayat ini, Ibnu Abbas berkata : “Apabila telah datang
pertolongan Allah Ta’ala dan kemenangan, hal itu adalah tanda ajal (kematian)
mu. “Maka hendaknya engkau bertasbih kepada
Rabb-mu dengan memuji-Nya dan beristighfarlah
kepada-Nya, sesungguhnya Rabb-mu Maha Penerima Taubat”. Lalu Umar
berkata : Aku tidak mengetahui tentang ayat ini kecuali sebagaimana pendapatmu
(wahai Ibnu Abbas).
Itulah ibadah ibadah yang agung dan ditutup dengan
istighfar. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (762)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar