RAMALAN DUKUN
WAJIB DITOLAK
Oleh : Azwir B. Chaniago.
Pengertian kahanah.
Syaikh
Muhammad bin Shalih al Utsaimin pernah ditanya seseorang tentang mendatangi
dukun. Lalu beliau memberikan jawaban : “Kahanah
(perdukunan) wazan fa’alah diambil dari kata takahhun yaitu menerka nerka dan
mencari hakikat dengan perkara perkara yang tidak ada dasarnya.”
Nah,
kalau sifatnya menerka nerka dan mencari hakikat dengan perkara perkara yang
tidak ada landasannya maka patutkah ramalan dukun dipercaya ?. Jawabannya adalah
tidak, tidak layak dipercaya. Wajib ditolak.
Bagaimana
mau dipercaya ramalan mereka. Kapan mereka akan bersin atau kapan mereka akan batuk pastilah si dukun yang mengaku tahu hal
yang ghaib ini tidak tahu. Apalagi mau meramal nasib, rizki, jodoh orang lain. Bahkan
sudah pasti mereka juga tidak tahu bagaimana
akhir perjalanan dirinya dengan jodohnya. Cuma sebagian orang dinegeri
kita ini masih ada saja yang percaya pada kebohongan dukun.
Debat paling singkat dengan dukun.
Perhatikanlah
saudaraku bagaimana kecerdikan Syaikh al Albani sebagai orang yang berilmu
dalam menghadapi dukun. Pada suatu kali seorang dukun
datang kepada Syaikh Muhammad Nasiruddin al Albani rahimahullah. Dia mengatakan bahwa dirinya mengetahui hal hal ghaib. Si
dukun tersebut meminta untuk berdebat
dengan Syaikh al-Albani. Lalu Syaikh berkata kepada dukun : Engkau boleh berdebat denganku akan tetapi dengan satu syarat.
Maka dukun tadi bertanya : Apa syaratmu itu ? Syaikh Al-Albani berkata: Bagaimana kamu mengatakan tahu tentang hal ghaib akan tetapi tidak mengetahui syaratku ?. Sang dukun terbungkam dan selesailah debat. (sumber: kulalsalafiyeen.com).
Kunci kunci ilmu ghaib hanya Allah yang
mengetahui.
Sungguh kunci-kunci ilmu ghaib hanya Allah saja yang mengetahui. Allah Ta’ala berfirman : yang artinya, “Dan hanya di
sisi-Nya lah kunci-kunci ilmu gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia”
(QS Al An’aam: 59).
Apakah yang dimaksud kunci-kunci ilmu gaib tersebut? Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjelaskan bahwa kunci-kunci ilmu gaib tersebut ada lima
macam. Beliau bersabda : ”Kunci-kunci ilmu gaib ada lima, hanya Allah yang mengetahuinya :
tidak ada yang tahu apa yang terjadi esok hari kecuali Allah, tidak ada yang
tahu apa yang dikandung oleh rahim kecuali Allah, tidak ada yang tahu kapan
turun hujan kecuali Allah, tidak ada seorang pun yang tahu di bumi mana dia
akan meninggal, dan tidak ada yang tahu kapan terjadi hari kiamat kecuali Allah.”
(H.R Imam Bukhari).
Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang
ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok . Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS Luqman: 34).
Para ulama
menyebutkan bahwa kelima hal ini disebut dengan kunci ilmu gaib karena
kelima hal ini merupakan awal dan pintu gerbang dari hal-hal lain yang
mengikutinya.
Adapun nabi, rasul, dan para malaikat, maka terkadang Allah
memberitahukan kepada mereka beberapa perkara yang gaib seperti tanda-tanda
kiamat yang banyak disampaikan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
dan lain sebagainya.
Namun demikian, ilmu ghaib yang Allah sampaikan pada utusan-Nya
tersebut hanyalah sebatas yang Allah beri tahukan sehingga tidak mencakup
seluruh ilmu ghaib yang ada. Allah berfirman yang artinya, “(Dia adalah
Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang
pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya.” (Q.S Jin 26-27)
Nasehat
Syaikh Utsaimin tentang mendatangi dukun.
Syaikh
Utsaimin berkata : Dukun adalah orang yang menceritakan tentang perkara perkara ghaib
dimasa yang akan datang. Sedangkan orang yang mendatangi dukun itu terbagi
menjadi tiga macam :
Pertama : Orang yang mendatangi dukun lalu bertanya
kepadanya dengan tanpa mempercayainya. Ini diharamkan. Hukuman bagi pelakunya
adalah tidak diterima shalatnya selama 40 malam. Rasulullah bersabda : “Man aataa ‘arraafan fasa-alahu ‘an syai-in
lam tuqbal lahu shalaatun arba’iina yauman” Barangsiapa mendatangi peramal
lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu maka tidak diterima shalatnya selama 40
hari. (H.R Imam Muslim).
Kedua : Orang yang mendatangi dukun lalu bertanya
kepadanya dan mempercayai apa yang diberitakannya maka ini merupakan kekafiran
kepada Allah Ta’ala. Karena ia mempercayai dukun tentang pangakuaannya
mengetahui perkara ghaib adalah mendustakan firman Allah : “Qul laa ya’lamu man fis samaawaati wal ardhil ghaiba illallahu, wamaa
yasy’uruuna aiyaana yub’atsuun”. Tidak ada seorang pun di langit dan di
bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah. (Q.S an Naml 65).
Dan
disebutkan dalam suatu hadits shahih : “Man
aataa kaahinan fa shaddaqahu bimaa yaquulu fa qad kafara bimaa unzila ‘alaa
muhammadin”. Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang
dikatakannya maka ia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.
(H.R Imam Ahmad, Imam at Tirmidzi).
Ketiga : Orang yang mendatangi dukun lalu bertanya
kepadanya untuk menjelaskan ihwalnya (perdukunan) kepada manusia, dan
bahwasanya itu adalah perdukunan, pengelabuan dan penyesatan. Ini tidak
mengapa.
Dalilnya
adalah bahwa Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam kedatangan Ibnu Shayad, lalu Nabi
menyembunyikan sesuatu untuknya dalam dirinya. Kemudian beliau bertanya
kepadanya, apa yang beliau sembunyikan untuknya ?. Ia menjawab : asap.
Nabi bersabda : “Pergilah dengan hina,
kamu tidak akan melampaui kemampuanmu” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Jadi,
inilah keadaan (kesimpulan) orang yang datang kepada dukun.
Pertama : Dia datang kepada dukun lalu bertanya
kepadanya dengan tanpa mempercayainya dan bukan dengan tujuan menjelaskan keadaannya (kepada
manusia). Ini diharamkan dan hukuman bagi pelakunya adalah tidak diterima
shalatnya selama 40 hari atau 40 malam.
Kedua : Dia datang kepada dukun lalu bertanya
kepadanya dan mempercayainya. Ini kekafiran kepada Allah Ta’ala yang wajib
atasnya bertaubat darinya dan kembali kepada Allah. Jika tidak bertaubat maka
ia mati di atas kekafiran.
Ketiga : Dia datang kepada dukun dan bertanya
kepadanya untuk mengujinya dan menjelaskan keadaannya kepada manusia. Ini tidak
mengapa.
(Dari
al Majmu’ ats Tsamin min Fatawa asy Syaikh Utsaimin)
Insya Allah ada
manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (772).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar