ILMU HANYA MEMBERI DUA PILIHAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Siapakah sebenarnya yang disebut
orang berilmu atau orang ‘alim. Mungkin ada yang menjelaskan bahwa seorang yang
mengetahui cara beribadah dengan baik. Atau yang banyak hafalannya dan
mengetahui banyak hadits. Ternyata tidak sepenuhnya benar. Apalagi kalau
sekedar dilihat dari penampilan fisik saja.
Al Fudhail bin Iyadh berkata : “Seorang ‘alim (orang yang berilmu) tetap
dikatakan jahil atau bodoh sebelum ia mengamalkan ilmunya. Jika ia mengamalkannya
maka barulah ia dikatakan seorang alim.”
Ucapan ini mengandung makna yang dalam.
Seseorang mempunyai ilmu namun tidak diamalkan maka ia tetap dikatakan jahil
(bodoh). Mengapa? Karena tidak ada yang membedakan antara dirinya dengan orang
yang jahil kalau sekiranya ternyata dia memiliki ilmu tetapi dia tidak
mengamalkannya.
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin pernah mengingatkan bahwa ilmu
hanya memberi dua pilihan tidak ada kemungkinan ketiga.
Pertama : Ilmu akan menjadi pembela bagi pemiliknya, nanti di
akhirat jika dia mengamalkannya ketika di dunia.
Kedua : Ilmu akan menjadi bumerang yang akan menyerang
pemiliknya nanti di akhirat jika dia tidak mengamalkannya di dunia.
Oleh sebab itu, kata beliau :
Hendaknya tujuan menuntut ilmu adalah untuk diamalkan bukan untuk sekedar
diketahui atau sekedar menambah wawasan.
Rasulullah bersabda : “…. Wa ‘an
‘ilmihi, maadzaa ‘amila fiihi..(Ia akan ditanya tentang ilmunya) apa yang telah diamalkan dengan ilmunya. (H.R
Imam at Tirmidzi)
Syaikh Prof. DR. Abdurrazaq bin Abdulmuhsin
al Badr menjelaskan : Bahwa seseorang
yang telah banyak mengumpulkan ilmu kemudian tidak diamalkan, maka ini
menunjukkan niat yang tidak benar dalam menuntut ilmu.
Rasulullah telah mengajarkan kita
sebuah doa yang masyhur yaitu : “Allahumma inni as’aluka ‘ilman nafi’an wa rizqan
thaiyiban wa amalan mutaqabbalan.” Ya Allah aku
memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amalan yang diterima (H.R Ahmad dan
Ibnu Majah dari Ummu Salamah).
Dalam hadits ini disebutkan
permohonan atau doa untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Jadi bukan sekedar
meminta ilmu saja. Ketahuilah bahwa para ulama kita menjelaskan tentang makna
paling utama dari ilmu yang bermanfaat
adalah ilmu yang diamalkan.
Ali
bin Abi Thalib berkata : Wahai orang yang mempunyai ilmu : Beramallah kamu
dengannya karena sesungguhnya orang yang alim itu adalah orang yang beramal
dengan ilmu yang dia ketahui serta selaras antara ilmunya dengan amalannya.
Jadi keutamaan ilmu itu berada pada
pengamalannya. Bukankah yang akan dihisab
dan ditimbang di akhirat kelak adalah amal. Sangatlah banyak ayat al Qur-an yang menyebutkan bahwa manusia
itu kelak akan dilihat dari amalnya.
Diantaranya adalah firman Allah Ta’ala : “ Wabasysyiril ladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaati anna lahum
jannaatin tajrii min tahtihal anhaar” Dan sampaikanlah kabar gembira kepada
orang orang yang beriman dan beramal
shalih, bahwa untuk mereka
(disediakan) surga yang mengalir sungai sungai dibawahnya. (Q.S al Baqarah 25)
Oleh sebab itu mari kita periksa
diri kita sekarang. Ilmu apa tentang syariat
ini yang telah kita ketahui dan apa yang telah kita amalkan.
Wallahu A’lam (518).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar