JANGAN LALAI
BERDZIKIR TERSEBAB HARTA DAN ANAK
Oleh : Azwir B. Chaniago
Ketahuilah
bahwa harta dan anak anak adalah karunia dari Allah Ta’ala kepada yang
dikehendaki-Nya. Ya memang demikian, tetapi harus dimaklumi pula bahwa Allah Ta’ala telah mengingatkan agar manusia berhati hati dalam mengemban
amanah berupa harta dan anak.
Sungguh
harta dan anak anak adalah merupakan
fitnah (ujian) bagi manusia. Allah berfirman : “Wa’lamuu annamaa amwaalukum wa aulaadukum fitnatun wa annallaha
‘indahu ajrun ‘azhiim”. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak anakmu itu
hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Q.S al Anfal 28).
Syaikh
as Sa’di berkata : Karena hamba diuji dengan harta dan anak anaknya dan mungkin
saja kecintaannya mendorongnya mendahulukan hawa nafsunya diatas amanatnya,
maka Allah Ta’ala memberitahukan bahwa anak dan harta benda adalah fitnah
(ujian) yang dengannya Allah menguji hamba-Nya. Dan bahwa ia adalah pinjaman
yang akan ditunaikan kepada yang memberinya dan dikembalikan kepada yang
menitipkannya. (Tafsir Karimir Rahman)
Dari Ka'ab bin Iyadh bahwasanya Rasulullah
bersabda: "Sesungguhnya bagi setiap umat ada cobaan dan cobaan bagi
umatku adalah harta dan anak anak" (H.R at Tirmidzi dan dishahihkan oleh
Syaikh al Albani)
Selain
itu Allah Ta’ala mengingatkan orang orang yang beriman agar harta dan
anaknya jangan sampai melalaikannya
untuk berdzikir atau mengingat Allah. Sungguh Allah telah berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu laa tulhikum
amwaalukum wa laa aulaadukum ‘an dzikrillahi, wa man yaf’al dzaalika fa
ulaa-ika humul khaasiruun” Wahai orang orang yang beriman !. Janganlah
harta bendamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan
barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang orang yang rugi. (Q. al Munafiqun 9).
Syaikh
as Sa’di berkata : Allah Ta’ala memerintahkan hamba hamba-Nya yang beriman agar
banyak banyak mengingat-Nya. Didalam berdzikir itu terdapat keberuntungan, laba
dan kebaikan yang banyak. Allah melarang hamba hamba-Nya yang beriman agar
tidak dipersibuk oleh harta dan anak sehingga lalai untuk berdzikir kepada
Allah.
Selanjutnya
beliau berkata : Kebanyakan jiwa manusia itu terbentuk untuk mencintai harta
dan anak sehingga lebih dikedepankan daripada mengingat Allah dan itu akan
menimbulkan kerugian yang besar. (Tafsir Karimir Rahman)
Imam
asy-Syaukani berkata : Bahwa harta dan anak-anak yang melalaikan dari berdzikir
kepada Allah Ta’ala merupakan salah satu akhlak kaum munaafiqin. (Fathul
Qadir).
Kita bermohon
kepada Allah Ta’ala agar mendapat pemahaman yang baik dari ayat tersebut, yakni
:
Pertama : Ayat-ayat di atas bukan berarti
memerintahkan kita untuk meninggalkan anak-anak kita atau menganjurkan kita
agar memohon kepada Allah agar tidak memberikan kita anak. Maksudnya adalah agar kita memohon kepada
Allah keturunan yang baik dan shaleh serta tidak melalaikan kita dari mengingat
Allah Ta’ala. Allahu A’lam.
Ketahuilah
bahwa para Nabi yang awalnya belum memiliki anak maka mereka pun bermohon kepada
Allah agar diberi keturunan, diantaranya adalah :
(1) Doa Nabi
Zakaria sebagaimana tertulis pada surat Ali Imran 38 : “Di sanalah Zakaria berdoa kepada Rabb-nya. Dia berkata : Wahai Rabb-ku
berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar
doa”.
(2) Doa Nabi
Ibrahim sebagaimana tertulis pada surat ash Shaffat 100 : “Wahai Rabb-ku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang yang shalih”
Kedua : Sungguh tidak ada celaan dalam Islam untuk memiliki harta yang banyak. Ketahuilah
bahwa :
(1) Yang
dicela bukan harta yang banyak tetapi
yang dicela adalah pemilik harta itu jika cara mendapatkannya dan cara
membelanjakannya tidak benar.
(2) Yang
dicela bukanlah harta tapi pemiliknya, jika harta
tersebut membuat pemiliknya lalai untuk mengingat Allah Ta’ala.
(3) Yang
dicela bukanlah harta tetapi pemiliknya yang tidak bersyukur dengan nikmat
harta tersebut.
Perhatikanlah
bahwa para sahabat ada juga yang memiliki harta sangat banyak bahkan berlimpah.
Diantaranya adalah Abu Bakar ash Shiddiq, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin
‘Auf. Semua sahabat yang kaya tersebut adalah sahabat yang mulia.
Tidak ada
satupun diantara sahabat yang sampai terlalai berdzikir kepada Allah Ta’ala
tersebab hartanya yang banyak.
Kemuliaaan
mereka semakin bertambah karena harta tersebut digunakan untuk membantu orang
orang yang membutuhkan. Bahkan harta semakin mendekatkan dirinya kepada Allah
Ta’ala karena sebagian besar harta tersebut digunakan untuk memperjuangkan dan
membela Islam.
Memang
semua orang memahami bahwa mengemban amanah harta dan anak adalah sesuatu yang
berat kecuali bagi orang-orang yang Allah mudahkan untuk yang demikian. Oleh
karena itu kita bermohon kepada Allah Ta’ala untuk diberi kekuatan mengemban
amanah harta dan anak yang dianugerahkan kepada kita agar bermanfaat bagi dunia
dan akhirat.
Semoga
kita semua senantiasa berdzikir kepada Allah Ta’ala dan tidak dilalaikan oleh harta
benda dan anak anak. Wallahu A’lam.
(481).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar