JANGAN SAMPAI DIKALAHKAN HAWA NAFSU
Oleh : Azwir
B. Chaniago
Manusia memiliki hawa nafsu dalam dirinya. Hawa nafsu itu
cenderung kepada keburukan. Allah berfirman : “Wamaa ubarri-u nafsii, innan nafsa la-ammaratun bissuu-i illaa maa
rahima rabbi, inna rabbi ghafuurun rahiim”. Dan aku tidak (menyatakan)
diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong
kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya
Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yuusuf 53).
Imam Ibnul Qayyim mengingatkan : Haruslah diketahui bahwa
nafsu (yang cenderung kepada keburukan) tidaklah mencampuri sesuatu (yang baik)
melainkan akan merusaknya.
Pertama : Jika nafsu mencampuri ilmu, maka akan menghasilkan kesesatan.
Kedua : Jika nafsu mencampuri zuhud, maka akan menghasilkan riya dan menyalahi
sum’ah.
Ketiga : Jika nafsu mencampuri hukum, maka akan menghasilkan kezhaliman dan
menghalangi kebenaran.
Keempat : Jika nafsu mencampuri pembagian (harta) maka akan menghasilkan ketidak
adilan.
Kelima : Jika nafsu mencampuri ibadah maka akan menghasilkan gangguan terhadap
ketaatan dan taqarrub.
Ketahuilah saudaraku bahwa hawa nafsu pada diri manusia
memang tidak bisa dibuang atau dibunuh. Yang paling penting adalah bagaimana memimpinnya, mengendalikannya dan
mengelolanya. Jangan sampai kita yang dipimpin dan dikendalikan hawa nafsu dan
jangan sampai kalah dengannya.
Imam al Gazali mengatakan bahwa yang berat itu bukanlah batu
besar atau gunung tetapi yang berat adalah mengendalikan hawa nafsu.
Ya begitulah kenyataannya. Betapa banyak orang yang mulia
tapi kemudian jatuh kepada keburukan dan kehinaan karena tidak mampu
mengendalikan hawa nafsu. Oleh karena itu Rasulullah mengingatkan kita untuk
bersungguh sungguh mengendalikannya yaitu dalam rangka ketaatan kepada kepada
Allah Ta’ala.
Beliau bersabda : ”Dari
Fadhalah bin ‘Ubaid dia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda : Orang yang
berjuang dengan sungguh sungguh (yang sebenarnya) adalah orang yang berjuang
dengan sungguh untuk menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah”. Dalam
riwayat yang lain : “Dalam ketaatan
kepada Allah” (H.R Imam Ahmad, Ibnu Hibban dan yang lainnya, dishahihkan
oleh Syaikh al Albani).
Imam Ibnu Hajar berkata : Yang dimaksud dengan berjihad atau
berjuang menundukkan (hawa) nafsu adalah
mencegah atau melawan nafsu dari keinginannya untuk (selalu) menyibukkan diri
dengan selain ibadah atau ketaatan kepada Allah Ta’ala. (Fathul Baari).
Imam Ibnu Bathal berkata : Jihad atau perjuangan hamba
(menundukkan hawa) nafsunya adalah jihad yang paling sempurna ….Kemudian beliau
membawakan firman Allah : “Wa ammaa man
khaafa maqaama rabbihii wa nahannafsa ‘anil hawaa. Fa innal jannata hiyal
ma’waa”. Adapun orang orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal (mereka) Q.S an Naazi’aat 40-41.
Kita berlindung dan bermohon kepada Allah Ta’ala agar tidak
sampai kalah dalam mengendalikan hawa nafsu. “Allahumma aati nafsii taqwaahaa, wa zakkihaa anta khairu man zakkaaha,
anta waliyuhaa wa maulaahaa”. Ya Allah, anugerahkanlah kepada jiwaku
ketakwaannya dan sucikanlah jiwaku (dengan ketakwaan itu). Engkaulah Sebaik
baik Yang Mensucikannya. Engkaulah Yang Menjaga dan Melindunginya. (H.R Imam
Muslim).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam
(515)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar