MEMILIH SAHABAT
ATAU TEMAN DEKAT
Oleh : Azwir
B. Chaniago
Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya
di dunia ini membutuhkan orang lain sebagai teman untuk berbagai kebutuhan.
Namun demikian Rasulullah mengingatkan kita agar berusaha memilih orang orang yang patut untuk dijadikan
sahabat atau teman dekat.
Bahkan
Rasulullah menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama
seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul.
Dalam
sebuah hadits disebutkan : “Arrajulu ‘alaa diini khaliilih, falyanzhur
ahadukum man yukhaalil “. Agama
seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah
yang menjadi teman dekatnya. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan
oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah)
Lihatlah
bagaimana paman Nabi yaitu Abu Thalib yang tidak mau mengucapkan kalimat tauhid
yang diajarkan Nabi pada saat menjelang wafatnya. Imam Bukhari dan Imam Muslim
meriwayatkan, bahwa Ibnul Musayyib
berkata : Sesungguhnya Rasulullah menemui Abu Thalib ketika akan meninggal. Di
situ beliau mendapati Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah (dua sahabat
dekata Abu Thalib).
Rasulullah
berkata kepada Abu Thalib : “Wahai
pamanku katakan Laa ilaha illallah sebuah kalimat yang aku
akan menjadi saksimu di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari Kiamat.”
Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah
berkata : Wahai Abu Thalib apakah engkau
membenci agama Abdul Muthalib ?.
Rasulullah terus terus mentalqinnya
dengan mengulangi kalimat Laa ilaha
ilallah. Namun hingga akhir umurnya ucapan Abu Thalib dia tetap berada diatas agama Abdul Muthalib dan tidak mengucapkan syahadat. Begitulah besarnya pengaruh dari teman dekatnya yaitu Abu
Jahal dan Abullah bin Abi Umayyah sehingga sampai akhir hayatnya tidak mau
menerima kebenaran yang dibawa Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam.
Nasehat Ibnu Qudamah al Maqdisi
Imam Ibnu
Qudamah al Maqdisi memberikan nasehat tentang memilih teman (sahabat atau teman
dekat). Beliau berkata : Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki
lima sifat berikut : (1) Orang yang berakal. (2) Memiliki akhlak yang baik, (3) Bukan orang
fasik (yang banyak berbuat dosa). (4) Bukan ahli bid’ah (yang mengada ada dalam
agama) dan (5) Bukan orang yang rakus dengan dunia.
Kemudian
beliau menjelaskan : Akal merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman
dengan orang yang bodoh. Karena orang yang
bodoh (sebenarnya) dia ingin menolongmu tapi justru dia malah
mencelakakanmu (karena kebodohannya). Yang dimaksud dengan orang yang berakal
adalah orang yang memamahami sesuatu
sesuai dengan hakikatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia menjelaskan
kepada orang lain.
Teman
yang baik juga harus memiliki akhlak yang mulia. Karena betapa banyak orang
yang berakal dikuasai oleh rasa marah dan tunduk pada hawa nafsunya, sehingga
tidak ada kebaikan berteman dengannya. Sedangkan orang yang fasik, dia tidak
memiliki rasa takut kepada Allah. Orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada
Allah, tidak dapat dipercaya dan engkau tidak aman dari tipu dayanya. Sedangkan
berteman dengan ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan
keburukankan bid’ahnya. (Mukhtashar
Minhajul Qashidin)
Berteman dengan yang buruk perangainya mendatangkan
penyesalan di akhirat
Memilih
teman yang jelek akan menyebakan rusak agama seseorang. Jangan sampai kita
menyesal pada hari kiamat nanti karena pengaruh teman yang jelek sehingga
tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan.
Renungkanlah
firman Allah berikut : “Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit
kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan
bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan
sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al Qur’an
sesudah al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia”
(Q.S al Furqan 27-29).
Lihatlah
bagaimana Allah menggambarkan seseorang yang telah menjadikan orang-orang yang
buruk kelakuannya sebagai teman-teman (dekatnya) di dunia sehingga di akhirat
menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi.
Jadi mulai
sekarang mari kita introspeksi lagi diri kita. Siapa siapa saja yang telah kita
jadikan sahabat atau teman dekat kita selama ini. Bagaimanapun kita masih ada
kesempatan untuk memilah dan memilih teman dekat yang akan membantu dan
mengajak kita kepada keselamatan dunia
dan akhirat.
Wallahu
A’lam. (519)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar