ANTARA SABAR DAN SYUKUR
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Pasangan syukur adalah sabar dan
dalam syariat Islam kedua sifat ini
berkonotasi baik dan mendatangkan kebaikan. Allah berfirman : “Wallahu yuhibbush shabiriin.”
Dan Allah mencintai orang orang yang sabar. (Q.S Ali Imran 147). Allah telah berfirman : “Wain tasykuruu
yardhahu lakum”. Dan jika kamu bersyukur Dia (Allah) meridhai
kesyukuranmu (Q.S az Zumar 7)
Ketahuilah bahwa sabar dan syukur adalah anugerah Allah kepada hamba hamba-Nya
yang dikehendaki-Nya. Dan itu hanya didapatkan oleh orang orang yang beriman.
Rasulullah bersabda :’Ajaban li amril mu’mini, in amrahu kullahu.
Khairun wa laisa dzaalika li ahadin illa lil mu’mini in ashaabathu sarra-u
syakara fa kaana khairan, lahu wain ashabathu dharraa-u shabara, fa kaana
khairan lahu. Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin itu, seluruh
keadaan yang menimpa dirinya dianggap sebuah kebaikan bagi dirinya. Hal seperti
itu tidak akan dapat ditemui pada siapapun kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapat
kebaikan dia bersyukur maka hal itu akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya.
Jika ia mendapatkan kesusahan kemudian ia bersabar maka hal itu akan
mendatangkan kebaikan bagi dirinya. (H.R Imam Muslim).
Jadi seorang mukmin yang mendapat
nikmat dia bersyukur, maka dia akan merasakan nikmat dari bersyukur. Dan itu
kebaikan baginya. Begitu pula jika
mendapat musibah dia bersabar maka dia akan merasakan nikmat dari bersabar. Dan itupun kebaikan baginya. Semuanya itu adalah
keutamaan yang berujung kepada kebahagiaan. Dikarenakan hal ini para ulama
berbeda pendapat tentang siapakah yang utama dan lebih tinggi derajatnya. Apakah orang kaya
yang pandai bersyukur atau orang miskin yang selalu bersabar.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
menjawab : Yang paling utama diantara keduanya adalah yang paling
bertakwa kepada Allah. Jika keduanya sama dalam ketakwaan maka sama pula
ketinggian derajat mereka.
Allah berfirman : “Inna akramakum ‘indallahi atqakum”. Sesungguhnya
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (Q.S al
Hujuraat 13).
Inilah ukuran kemuliaan seorang
hamba yaitu pada ketakwaanya. Bukan pada kaya atau miskin, bukan pada keadaan
berpangkat atau tidak dan bukan pula pada keadaan tua atau muda juga bukan karena
dia laki laki atau wanita. Sungguh Allah memberi kesempatan kepada setiap
hamba-Nya untuk mencapai kemuliaan disisi-Nya yaitu dengan tingkat
ketakwaannya.
Lalu kita mau menunggu apa lagi.
Segeralah bergerak dan bersemangatlah. Berlombalah dalam mencapai takwa. Fastabiqul khairaat.
Waallahu A’lam. (483)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar