BAGAIMANA
DENGAN DOSA YANG LALU
JIKA SUDAH BERTAUBAT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh Allah Ta’ala menyuruh manusia untuk
senantiasa bertaubat atas segala dosa dosanya. Allah berfirman : “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (Q.S an Nuur
31).
Allah berfirman : “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi
kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah
ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai
keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku
takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (Q.S Hud 3)
Allah
berfirman : Wahai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Q.S at Tahrim 8)
Sebagian
saudara kita, yang telah mendapat
hidayah untuk bertaubat lalu bertanya bagaimana dengan dosanya yang lalu. Pertanyaan ini memang ada benarnya
karena orang yang telah bertaubat itu terkadang teringat dosa dosanya yang
lalu. Bahkan sampai ada yang merasa dirinya sangat tidak nyaman jika terpikir
kemaksiatan yang telah terlanjur dilakukan. Sungguh sangatlah banyak diantara
mereka yang betul betul menyesali dirinya
Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala Maha Pengasih
dan Maha Penyayang serta Maha Penerima Taubat hamba hamba-Nya. Jika seseorang
telah bertaubat dari segala dosanya maka dosa dosanya yang telah lalu telah
dimaafkan Allah Ta’ala. Memang itulah fungsi taubat yaitu untuk menghapus
segala dosa dimasa lalu baik yang kecil maupun yang besar. Namun perlu
diketahui bahwa seseorang yang bertaubat haruslah memenuhi syarat syarat taubat
yang benar.
Sungguh dalam al Qur-an telah disebutkan
dengan jelas bahwa Allah akan mengganti kejahatan mereka (dimasa lalu) dengan
kebajikan. Allah berfirman : “Kecuali
orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan
orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, Maka Sesungguhnya Dia
bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya”. (Q.S. al
Furqaan 70-71).
Syaikh
as Sa’di berkata tentang firman Allah : “Maka
kejahatan mereka diganti dengan kebajikan, maksudnya adalah segala
perbuatan dan perkataan mereka yang disiapkan untuk amal keburukan akan
diganti, yaitu diganti dengan kebajikan kebajikan. Maka syirik mereka berubah
menjadi iman, kemaksiatan mereka diganti menjadi ketaatan dan kejahatan
kejahatan yang sama yang pernah mereka lakukan diganti kemudian ditumbuhkan
bagi mereka satu taubat, inabat dan ketaatan untuk setiap dosa dari dosa dosa
tersebut. Yaitu diganti dengan kebajikan kebajikan, sebagaimana tampak dari
zahirnya ayat.
Dalam
hal ini ada sebuah hadits (yang diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 190) tentang
seorang lelaki yang dihisab oleh Allaah karena seebagian dosa dosanya, lalu
dihitung di hadapannya, kemudian untuk setiap dosa dengan satu kebajikan. Lalu
orang itu berkata : Ya Rabbi, sesungguhnya aku mempunyai beberapa dosa lagi
yang tidak aku lihat disini. Wallahu A’lam. (Tafsir Karimir Rahman).
Dalam
sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa Allah
Ta’ala berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili wan nahar” Wa ana
aghfiru dzunuuba jamii’a. Fastaghfiruni, aghfirlakum”. Wahai hamba hambaku,
sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan) siang dan malam. Dan Aku
Mahapengampun, semua dosa. Minta ampunlah kepadaKu, Aku akan ampuni kalian.
Rasulullah bersabda :“Sesungguhnya
Allah gembira menerima taubat hamba-Nya, melebihi kegembiraan seseorang
diantara kalian tatkala menemukan kembali dengan tiba-tiba untanya yang telah
hilang di gurun pasir”. (H.R Imam Bukhari
dan Imam Muslim).
Demikianlah kasih sayang Allah kepada hamba
hamba-Nya yang mau bertaubat. Bahkan Allah Ta’ala melarang seorang hamba untuk
pustus asa dari rahmat-Nya.
Allah berfirman : “Innahu laa yaiasu min rauhillah illal qaumul kaafiruun” Sesungguhnya
yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang orang yang kafir. (Q.S Yusuf
87).
Allah berfirman : “Qaala waman yaqnathu min rahmati rabbihii illadh dhaalluun. Dia
(Ibrahim) berkata, tidak ada yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya kecuali
orang yang sesat. (Q.S al Hijr 56).
Imam Ibnul Rajab al Hambali, dalam Jami’ul
Ulum wal Hikam menceritakan bahwa pada suatu kali Fudhail bin Iyadh, seorang Tabi’in, pernah bertanya kepada seorang laki laki : Berapa
usiamu ? Orang itu menjawab : 60 tahun.
Lalu Fudhail
berkata : Berarti selama 60 tahun engkau telah berjalan menuju Rabb-mu dan saat
ini engkau hampir sampai kepada-Nya.
Maka laki laki itu berkata : Inna lillahi wa
inna ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya hanya
kepada-Nya kami akan kembali).
Kemudian Fudhail bertanya kepadanya : Tahukah
engkau tafsir dari apa yang engkau ucapkan itu ?. Laki laki itu berkata :
Tafsirkanlah ucapan itu untukku, wahai Abu Ali. Fudhail bin Iyadh berkata :
Pertama : Barangsiapa yang mengetahui bahwa
ia adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya maka hendaklah ia mengetahui bahwa kelak ia
akan disuruh berdiri dihadapan Rabb-nya.
Kedua : Barangsiapa yang mengetahui bahwa
ia akan disuruh berdiri dihadapan
Rabb-nya maka hendaklah dia mengetahui bahwa dia pasti akan ditanya.
Ketiga : Barangsiapa yang mengetahui bahwa
ia akan ditanya maka hendaklah ia mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan itu.
Selanjutnya laki laki itu berkata : Lalu bagaimana
jalan keluarnya ? Jalan keluarnya mudah kata Fudhail bin Iyadh. Orang itu
bertanya lagi : Apakah itu wahai Abu Ali ?
Fudhail bin
Iyadh menjawab : Hendaklah engkau berbuat kebaikan disisa umurmu. Niscaya Allah
akan mengampuni (dosa) apa yang telah lalu atas dirimu. Sesungguhnya jika
engkau tetap berbuat keburukan pada sisa umurmu niscaya engkau akan dihisab
atas semua perbuatan (buruk) mu yang telah lalu dan yang akan datang.
Oleh karena itu, seorang hamba yang telah
bertaubat hedaklah dia banyak bersyukur kepada Allah Ta’ala karena dia telah
diberi hidayah untuk kembali ke jalan Allah, jalan yang lurus.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (485)
IZIN SHARE YO MAKUNIANG...
BalasHapus