MENGENAL NAFSUL MUTHMA’INNAH
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Dalam al Qur-anul Kariim, Allah
Ta’ala mensifati hawa nafsu yang ada dalam diri manusia pada tiga keadaan. Satu
diantaranya adalah nafsu muthma’innah. Ini disebutkan dalam al Qur-an pada
surat al Fajr 27-28. Allah Ta’ala berfirman : “Yaa aiyatuhan nafsul muthma’innah. Irji’ii ilaa rabbiki raadhiatan
mardhiyah”. Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati
yang puas lagi diridhai-Nya.
Imam Ibnul Qayyim mengutip
perkataan : (1) Qatadah bahwa yang dimaksud dengan jiwa yang muthma’innah
(tenang) adalah jiwa orang mukmin. Jiwanya tenang dengan apa yang dijanjikan
Allah kepadanya. (2) Mujahid berkata : Yang dimaksud dengan jiwa yang muthma’innah ialah
jiwa yang bertaubat dan khusyuk yang meyakini bahwa Allah adalah Rabb-nya.
Matanya sejuk dengan perintah-Nya dan taat kepada-Nya serta yakin suatu saat
akan berjumpa dengan-Nya.
Selanjutnya Imam Ibnul Qayyim
menjelaskan bahwa hakikat jiwa yang muthma’innah ialah :
(1) Jiwa yang tenang dan stabil
yaitu jiwa yang merasa tenang kepada Rabb-nya, taat kepada-Nya, perintah-Nya,
dzikir kepada-Nya dan tidak merasa tenang kepada selain Allah Ta’ala.
(2) Ia merasa tenang kepada
perintah Allah Ta’ala, larangan-Nya dan yang dikabarkan-Nya.
(3) Ia merasa tenang berjumpa
dengan berjumpa dengan Allah Ta’ala dan janji-Nya.
(4) Ia merasa tenang kepada pembenaran
terhadap hakikat, nama dan sifat Allah Ta’ala.
(5) Ia merasa tenang kepada
meridhai Allah Ta’ala sebagai Rabb-nya.
(6) Ia merasa tenang kepada qadha’
dan takdir-Nya.
(7) Ia merasa tenang kepada pencukupan dari
Allah Ta’ala dan jaminan-Nya.
(8) Ia merasa tenang bahwa hanya
Allah Ta’ala saja yang menjadi Rabb-nya yang berhak disembah, Pemiliknya,
enguasa semua persoalannya. Semua permasaalahan kembali kepada-Nya dan bahwa
jiwanya tidak bisa berpisah dengan Allah Ta’ala sekejap mata pun.
Syaikh Muhammad bin Shalih al
Utsaimin berkata : (Jiwa yang tenang)
maksudnya adalah jiwa yang beriman dan selamat. Sebab tidak akan pernah
didapati jiwa yang lebih tenang dari jiwa seorang yang beriman selama lamanya. Seorang
mukmin itu berjiwa baik dan tenang karena Rasulullah merasa kagum terhadap
kepribadian seorang mukmin.
Beliau bersabda : “Sungguh mengagumkan sikap seorang mukmin.
Semua permasaalahan yang dihadapinya baik untuknya. Jika dia ditimpa kesusahan
maka dia bersabar dan itulah yang terbaik baginya. Dan jika ia mendapat
kesenangan maka dia bersyukur dan itulah yang terbaik baginya. (H.R Imam
Muslim).
Seorang mukmin akan selalu tenang
dan ridha dengan ketentuan Allah dan takdir-Nya dan tidak lupa diri jika
mendapatkan kenikmatan. Justru dia akan selalu bersyukur ketika mendapatkan
nikmat dan bersabar ketika menerima cobaan, maka Anda akan mendapati seorang
mukmin itu selalu tenang.
Jadi nafsul muthma’innah itulah
jiwanya orang orang yang mendapatkan ketenangan. Ketenangan selama di dunia dan
akan selamat dari adzab Allah Ta’ala pada Hari Kiamat.
Kemudian tentang firman Allah : “Kembalilah kepada Rabb-mu …” Perkataan
ini kelak akan dikatakan kepada seorang mukmin pada detik detik terakhir dari
kehidupannya di dunia. Akan dikatakan kepada ruh-nya : Keluarlah wahai jiwa
yang tenang. Keluarlah untuk menemui rahmat Allah dan keridhaan-Nya.
Maka seketika ruh itu akan merasa
berbahagia dan dengan mudahnya akan berpisah dari raganya. Hal itu karena
berita gembira yang diterimanya tentang kenikmatan yang lebih hebat dari segala
kenikmatan dunia akan segera dirasakannya. Sungguh (semuanya) adalah kenikmatan
yang tidak dapat tergambar dalam pemikiran manusia.
Allah berfirman : “Falaa ta’lamu nafsun maa ukhfiya lahum min
qurrati a’yunin jazaa-an bimaa kaanuu ya’lamuun”. Seorangpun tidak mengetahui apa yang
disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam macam nikmat) yang menyedapkan
pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S as
Sajdah 17). Lihat Tafsir Juz ‘Amma Syaikh Utsaimin.
Insya Allah bermanfaat bagi kita
semua. Wallahu A’lam (493)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar