TIGA WASIAT RASULULLAH DALAM HADITS DARI MUADZ
Oleh : Azwir B. Chaniago
Imam an Nawawi, menyebutkan hadits ini pada urutan ke
18 dalam Kitab Arba’in Nawawiyah :
عَنْ
أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ
تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “
Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah
dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma, dari Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimana
saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscay a menghapusnya dan
pergauilah manusia dengan akhlak yang baik
(H.R at Tirmidzi dan Imam Ahmad, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam
Shahiihul Jaami’ dan disebagian naskah disebutkan bahwa hadits ini hasan shahih).
Dalam hadist ini terdapat
tiga nasehat Rasulullah Salallahu
‘alaihi Wasallam untuk kita ambil faedahnya yaitu :
Pertama : Perintah untuk
bertakwa di manapun berada
Dalam hadits ini Allah Ta’ala memerintahkan
orang beriman untuk bertakwa kepada-Nya dimanapun mereka berada. Diantara makna
takwa adalah sebagaimana dijelaskan berikut ini :
Secara
bahasa, takwa berarti menjaga diri atau berhati hati. Abu Hurairah ditanya oleh seseorang tentang takwa. Dijawab : Apakah engkau pernah melewati jalan yang penuh onak dan
duri. Orang itu menjawab
: Ya pernah. Abu
Hurairah bertanya lagi : Lalu apa yang engkau lakukan ?. Orang itu menjawab
: Jika aku melihat duri aku menghindar, melewati atau aku
berhati-hati darinya. Abu Hurairah berkata : Itulah makna takwa (Jamiul ‘ulum wal Hikam).
Ibnu Mas’ud berkata bahwa
makna takwa yaitu hendaklah Allah ditaati tidak dimaksiati, diingat tidak
dilupakan dan disyukuri tidak diingkari (nikmat-Nya). Atsar shahih, riwayat ath Thabrani dan al
Hakim. Juga disebutkan dalam Tafsir at Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir.
Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbad berkata : Makna
takwa dalam syariat adalah seseorang melindungi dirinya dari murka Allah. Yaitu
dengan (1) Menjalankan perintah dan menjauhi larangan. (2) Membenarkan semua
berita dari Allah. (3) Beribadah kepada Allah sesuai dengan yang
disyariatkan-Nya, bukan dengan cara yang mengada ada dan muhdats.
Takwa kepada Allah wajib dalam setiap keadaan,
tempat dan waktu. Sehingga seseorang bertakwa kepada Allah ketika sendiri dan
ketika di tengah keramaian. Bertakwa ketika dilihat manusia atau ketika
tersembunyi dari mereka. Sebagaimana datang dalam hadits ini : “Bertakwalah kepada Allah dimanapun engku
berada”. (Syarah Hadits Arba’in an Nawawiyah).
Allah Ta’ala berwasiat kepada generasi
terdahulu dan juga generasi yang terakhir, sebagaimana firman-Nya :
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ
وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ
اتَّقُوا اللَّهَ ۚ
Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi. Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang yang
diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah …
(Q.S an Nisa’ 131).
Umar Khaththab pernah menulis surat kepada
anaknya yaitu Abdullah bin Umar : ‘Amma Ba’du. Aku berwasiat kepadamu,
hendaklah engkau bertakwa kepada Allah Ta’ala karena barangsiapa bertakwa
kepada-Nya. (1) Dia melindunginya. (2) Barangsiapa bersyukur kepada-Nya, Dia
menambahkan nikmat-Nya kepadanya. (3) Jadikan takwa di kedua pelupuk matamu dan
hatimu. (Jami’ul wal ‘Uluum wal Hikam).
Ketahuilah bahwa Rasulullah telah mengajarkan
satu doa memohon ketakwaan. Doa ini sangat baik pula untuk kita amalkan pada
setiap kesempatan, yaitu :
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
Ya
Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, kesucian, dan kekayaan
(kekayaan hati) H.R Imam Muslim, at Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan yang lainnya)
Kedua
: Segera melakukan amal shalih jika berbuat keburukan
Syaikh Utsaimin berkata : Para
ulama berbeda pendapat, apakah yang dimaksud dengan hasanah yag mengikuti
keburukan ini berupa taubat, karena beliau seakan akan bersabda : Apabila
engkau berbuat keburukan maka bertaubatlah. Ataukah bermakna umum ?.
Yang benar adalah makna yang umum,
bahwa kebaikan akan menghapus keburukan sekalipun bukan berupa taubat. Dalilnya
adalah firman Allah Ta’ala :
وَأَقِمِ
الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ
يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
Perbuatan
baik itu menghapus kesalahan kesalahan. Itulah peringatan bagi orang orang yang
selalu mengingat (Allah) Q.S Huud 114.
Di zaman Rasulullah ada seorang
laki laki bertanya kepada beliau. Laki laki itu mengatakan bahwa dia telah
melakukan sesuatu dengan wanita layaknya
seorang suami dan istrinya kecuali zina. Ketika itu dia baru menyelesaikan
shalat shubuh bersama para sahabat.
Rasulullah bertanya : “Apakah
engkau telah shalat shubuh bersama kami ?”. Laki laki itu menjawab : Iya.
Kemudian beliau membacakan satu ayat kepada laki laki itu. “Sesungguhnya
perbuatan perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan yang buruk …(Q.S Huud 114). H.R Imam
Bukhari dan Imam Muslim).
Kisah ini menunjukkan bahwa
kebaikan menghapus keburukan, meskipun bukan berbentuk taubat. ”Dan
iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik maka kebaikan itu akan
menghapuskan keburukan itu”. Jadi jelaslah kesimpulannya bahwa kebaikan
menghapuskan keburukan. (Syarah Hadits Arba’in an Nawawiyah).
Namun demikian saudaraku, janganlah sengaja berbuat keburukan dan dosa
lalu melakukan kebaikan untuk menghapusnya. Ketahuilah bahwa tak ada yang bisa
menjamin bahwa seseorang bisa berbuat kebaikan setelah melakukan keburukan.
Jangan jangan karena keenakan melakukan keburukan lalu susah untuk berhenti
bahkan tergoda melakukan keburukan yang lebih besar lagi.
Jadi langkah paling aman adalah
selalu menahan diri dan tidak melakukan keburukan dan dosa sekecil apa pun. Selalu
berusaha melakukan kebaikan dan amal shalih.
Ketiga : Berakhlak baik kepada manusia
Ini adalah salah satu wasiat yang
sangat bermanfaat dari Rasulullah. Beliau sendiri benar benar memiliki akhlak
yang sangat mulia dan mendapat pujian dari Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya
:
وَإِنَّكَ
لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
luhur. (Q.S al Qalam 4).
Apa yang dimaksud dengan akhlak yang baik ?. Imam
Ibnul Qayyim al Jauziyah menjelaskan bahwa akhlak yang baik itu mencakup tiga
hal : (1) Berbuat baik kepada orang lain. (2) Menghindari sesuatu yang
menyakiti atau yang tidak disukai orang lain. (3) Menahan diri jika disakiti
atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain. (Kitab Madaarijus Saalikin).
Sungguh akhlak yang baik membuahkan banyak
sekali kebaikan, diantaranya :
(1) Mendapat kecintaan Allah
Ta’ala.
Seorang hamba akan selalu bertaqarrub atau
berusaha mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala yakni untuk mendapatkan kecintaan
Allah bagi dirinya. Diantara cara untuk mendapat kecintaan Allah adalah
sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yaitu akhlak yang baik.
Dari Usamah bin Syarik, dia berkata : Suatu
ketika kami sedang duduk duduk di sisi Nabi, seolah olah di atas kepala kami
ada seekor burung hingga tak seorangpun berani berbicara. Tiba tiba datang
sekelompok orang bertanya kepada Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam : Siapakah
hamba Allah yang paling dicintai oleh-Nya ?. Nabi menjawab : “Orang yang paling baik akhlaknya”. (H.R
ath Thabrani).
(2) Memberatkan timbangan di Yaumil Akhir.
Sungguh di Yaumil Akhir kelak, semua amal
manusia akan ditimbang. Diantara perbuatan yang akan memberatkan timbangan
adalah akhlak yang mulia.
Rasulullah bersabda : Dari Abu Darda’
bahwasanya Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Tidak ada yang lebih berat
pada timbangan seorang hamba di hari Kiamat daripada akhlak yang mulia”.
(H.R Imam Ahmad, at Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Hibban. Dishahihkan oleh
Syaikh al Albani).
(3) Memperoleh derajat yang tinggi.
Sungguh kedudukan manusia di akhirat kelak
adalah bertingkat tingkat. Seseorang yang memiliki akhlak mulia akan mendapat
derajat atau tingkat yang tinggi. Ini sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu
‘alaihi Wasallam : “Sungguh seorang
mukmin dapat meraih derajatnya orang yang shalat dan puasa karena akhlaknya
yang baik” (H.R Abu Dawud, Ibnu Hibban dan al Hakim. Dishahihkan oleh
Syaikh al Albani dalam ash Shahihah).
Demikianlah tiga wasiat yang sangat bermanfaat
dari Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (1.424)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar