PERINTAH AGAMA SEBATAS KEMAMPUAN UMATNYA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh kita sangat beruntung dan bersyukur
karena mendapat hidayah memeluk agama Islam ini. Agama yang sempurna dan Allah
ridha dengannya. Allah Ta’ala berfirman
:
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ
Pada hari ini
telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S al Ma-idah 3)
Kita berdoa semoga kita diwafatkan Allah dalam
keadaan memegang Islam secara kaffah. Selain itu ternyata bahwa hakikatnya,
syari’at Islam yang kita pegang ini adalah syariat yang ringan. Syariat
ini hanya menyuruh umatnya melakukan
perintah sebatas kemampuannya. Allah berfirman :
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
Maka bertakwalah kepada Allah menurut
kesanggupanmu (Q.S at Taghabun 16).
Syaikh as Sa’di berkata : Allah memerintahkan
para hambaNya agar bertakwa kepada-Nya yaitu dengan menunaikan perintah sesuai kemampuan
dan menjauhi larangannya.
Ayat ini menunjukkan bahwa kewajiban yang
tidak mampu dilakukan seorang hamba menjadi gugur. Jika seorang hamba mampu
menunaikan sebagian kewajiban dan tidak mampu menunaikan kewajiban lainnya,
maka ia cukup menunaikan kewajiban yang mampu dia lakukan. (Tafsir Karimur
Rahman).
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda
:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ
فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ،
فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ
وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ .
Dari
Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendengar
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Apa yang aku larang hendaklah
kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian
laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian
adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan
mereka terhadap nabi-nabi mereka. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Sungguh Allah Ta’ala sebagai Khaliq, Maha Mengetahui
tentang kelemahan dan kekurangan hamba hambaNya. Maka dalam syari’at Islam
Allah memberikan rukhshah atau keringanan yang banyak.
Allah berfirman :
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ
عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu
dan manusia diciptakan (bersifat) lemah. (Q.S an Nisaa’ 28).
Maksud ayat ini adalah dengan mudahnya perkara
yang Allah perintahkan kalian kepadanya dan perkara perkara yang kalian
dilarang darinya, semua itu karena rakhmat Allah yang sempurna kebaikanNya.
Yang menyeluruh dari ilmu dan hikmahNya akan kelemahan manusia dari berbagai
segi. Lemah fisik, lemah dalam kehendak, lemah dalam tekad, lemah dalam iman
dan lemah dalam kesabaran. Lalu untuk menyesuaikan hal itu Allah meringankan
apa yang mereka lemah padanya dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh keimanan,
kesabaran dan kekuatan mereka (Syaikh as Sa’di Tafsir Karimur Rahman).
Jadi syariat Islam ini boleh dilakukan sesuai
kemampuan bahkan dalam kondisi tertentu diberi pula rukhsah atau keringanan
dalam melakukan perintah Allah Ta’ala.
Kita ketahui
bahwa syariat Allah menghendaki terciptanya kebaikan dan kebahagiaan manusia di
dunia dan di akhirat. Karena itulah, terdapat berbagai keringanan dan kemudahan
bagi hamba hamba-Nya.. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُم في الدِّين مِنْ حَرَجٍ
Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Q.S al Hajj 78)
Allah Ta’ala
berfirman dalam menjelaskan kewajiban puasa yang mungkin dirasa berat oleh sebagian orang.
يُريدُ الله بكُمُ اليُسْرَ وَلا يُريدُ بِكُمُ العُسْر
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. (Q.S al Baqarah 185).
Allah
Ta’ala juga menjeaskan prinsip kemudahan
dalam mewajibkan wudhu' :
مَا يُريدُ الله لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلكن يُريدُ
لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَةُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Q.S al Maidah 6)
Atas dasar
kemudahan ini pula amal-amal sunnah berjalan. Maka tidaklah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam diberi dua pilihan kecuali
beliau memilih yang paling mudah, selama tidak mengandung dosa. Dan beliau
senantiasa berdakwah kepada kemudahan, kelemah lembutan, dan tidak pernah
mempersulit.
Dari Anas bin
Malik, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
Permudahlah dan jangan persulit, berilah, buatlah mereka gembira dan
jangan buat mereka lari. (Muttafaqun
'alaih).
Lalu ada pula sebagian orang yang mengatakan
bahwa syariat Islam sungguh berat untuk dilakukan. Setiap hari wajib shalat
lima kali dan itupun harus berwudhu’ lebih dahulu . Bulan Ramadhan harus
berpuasa sebulan penuh. Jika harta sampai waktu dan nisabnya harus pula
dikeluarkan zakatnya. Jika punya harta yang cukup timbul pula kewajiban
melaksanakan badah haji dengan biaya yang tidak sedikit dan yang lainnya.
Ketahuilah
bahwa apa pun perintah agama adalah untuk kemashlahatan manusia. Bukan hanya di
dunia tapi juga kemashlahatan di negeri akhirat.
Namun terkadang ada perintah
agama ini memang terasa berat. Bagi siapa ?, yaitu bagi : (1) Orang yang
imannya masih perlu ditingkatkan. (2) Orang yang tidak ikhlas dan tidak
ittiba’ yaitu tidak mengikuti apa yang
dicontohkan Rasulullah dalam cara beribadah. (3) Orang yang tidak memiliki ilmu
yang memadai tentang syari’at Islam ini.
Semoga kita tetap teguh dalam melaksanakan
perintah agama yang merupakan kewajiban kita kepada Allah guna mendekatkan diri
dan mencari ridha-Nya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu
A’lam. (1.438).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar