SIAPKAN JAWABAN DARI SEKARANG
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Kesempatan kita hidup di dunia ini akan berakhir sewaktu
waktu kapan saja Allah Ta’ala menghendaki.
Dan tidaklah kita diciptakan dengan sia sia. Allah berfirman : Maka apakah
kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami. (Q.S al Mu’minuun 115).
Setelah dikembalikan, maka sungguh kita akan ditanya dan
mempertanggung jawabkan apa yang telah
kita lakukan terhadap perintah perintah Allah Ta’ala selama kita menjalani
hidup di dunia ini. Allah berfirman :
“Laa yus-aluu ‘ammaa yaf’alu wa hum
yus-aluun”. Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan tetapi
merekalah yang akan ditanya. (Q.S
al Anbiyaa’ 23)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
mengingatkan dalam firman-Nya : “Wala
taqfu maa laisa laka bihi ‘ilmun, innas sam’a wal bashara wa fu-aada kullu
ulaaika kaana ‘anhu mas-uulaa” Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang
tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung
jawabannya. (Q.S al Isra’ 36).
Allah Ta’ala berfirman : “Wa latus-aluunna ‘ammaa kuntum ta’malum”.
Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S
an Nahl 93).
Oleh karena itu Allah Ta’ala telah menyuruh kita
berbekal, yaitu sebagaimana firman-Nya : “Yaa aiyuhal ladzina aamanut
taqullaha wal tandzur nafsun maa qaddamat lighad, wattaqullaha, innalallaha
khabiirun bimaa ta’maluun” Wahai orang orang yang beriman. Bertakwalah
kepada Allah dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Hasyr 18).
Ketahuilah bahwa sangatlah banyak
pertanyaan yang akan ditanyakan Allah Ta’ala sebagai pertanggungan jawab manusia terhadap Rabb-nya, diantaranya :
Pertama : Pertanyaan tentang nikmat.
Allah berfirman : “Tsumma la tus-aluunna yauma idzin ‘aninn
na-‘iim”. Kemudian kamu benar benar akan ditanya pada hari itu, tentang
kenikmatan (yang megah di dunia itu). Q.S at Takaatsur 8.
Kedua : Pertanyaan di alam kubur.
Diriwayat oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim dari hadits Al Barra’ bin ‘Azib, jika seorang mayit sudah
dihadapkan pada alam akhirat, maka akan datang padanya dua malaikat (yaitu
malaikat Munkar dan Nakir) yang akan bertanya kepada sang mayit tiga
pertanyaan, yaitu : (1) “Man Rabbuka ?”…Siapakah Rabbmu ? (2) “Wa maa diinuka?”
… dan apakah agamamu ? (3) “Wa maa
hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum?” … dan siapakah orang yang telah diutus
di antara kalian ini ?
Man Rabbuka atau siapa Rabb-mu. Jawabannya
pastilah Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Wa maa diinuka?” (apakah
agamamu?) Jawabannya tentu saja Islam, sedangkan “Wa maa hadzaar rujululladzii
bu’itsa fiikum ?” (dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?).
Jawabannya adalah Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam.
Saat masih hidup di dunia,
pertanyaan ini mungkin begitu mudah untuk dijawab. Kalau lupa jawabannya
barangkali bisa melihat catatan di
smartphone misalnya. Tapi mampukah kita menjawab pertanyaan yang
kelihatan mudah itu tanpa membawa bekal iman dan amal shalih ?.
Ketiga : Pertanyaan di alam akhirat.
Diantara pertanyaan yang juga harus
dijawab oleh manusia di akhirat kelak adalah sebagaimana dijelaskan oleh
Rasulullah dalam sabdanya : Kedua kaki
anak Adam tidak akan beranjak pada hari Kiamat dari sisi Rabb-nya sehingga
ditanya tentang lima perkara : Tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang
masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan
kemana dibelanjakan, tentang ilmunya pada apa diamalkan dan tentang tubuhnya
untuk apa digunakan. (H.R at Tirmidzi dan ath Thabrani, dihasankan oleh
Syaikh al Albani).
Keempat : Pertanyaan tentang badan yang sehat dan air yang segar.
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya pertanyaan yang pertama kali
diajukan kepada hamba pada hari Kiamat ialah tentang kenikmatan yang ditanyakan
kepadanya : Bukankah Kami sudah membuat badanmu sehat dan memberimu minum dengan
air yang segar. (H.R at Tirmidzi)
Oleh karena itu janganlah manusia
lancang mempertanyakan ketetapan Allah karena pasti semua manusia yang akan
ditanya. Kewajiban manusia bukanlah bertanya tapi mempersiapkan jawaban atas
pertanyaan terhadapnya.
Ketahuilah saudaraku bahwa jawaban
atas pertanyaan pertanyaan itu bukanlah memerlukan hafalan, catatan atau
rekaman, tapi haruslah dengan amal shalih yang wajib disiapkan sekarang ini
juga. Beramalah dengan sebaik baiknya,
ikhlas karena Allah Ta’ala dan ittiba’ yaitu sesuai dengan petunjuk Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam.
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (778)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar