PAKAI SIKAP QANA’AH UNTUK URUSAN DUNIA SAJA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Makna qana’ah dan hakikatnya.
Sehari hari kita akrab dengan kata
qana’ah meskipun kata tersebut bukan asli bahasa Indonesia tapi berasal dari
bahasa Arab. Kita sering mendengar orang orang memperbincangkan tentang qana’ah
yang terkadang dengan ilmu yang terbatas
sehingga bisa
salah dalam memahaminya.
Ketahuilah bahwa :Hakikat qana’ah adalah engkau ridha
menerima berapapun yang diberikan Allah dalam kehidupan dunia ini, sedikit atau
banyak. Engkau menyerahkan urusanmu kepada Allah. Engkau mengetahui dan yakin
bahwa Allah Mahamengetahui (tentang
kebutuhanmu) dan Allah lebih sayang kepada dirimu dari pada sayangnya engkau
kepada dirimu sendiri (Syaikh Abdullah bin Ibrahim, Kitabul Qana’ah).
Jadi qana’ah adalah merupakan salah satu sikap terpuji yang
seharusnya dipelihara oleh seorang hamba. Ketiadaan sikap qana’ah ini adalah
satu penyebab yang bisa menjadikan
seseorang selalu gelisah dan tidak mendapatkan ketenangan dalam
hidupnya. Perhatikanlah berapa banyak orang yang selalu merasa kurang hartanya
meskipun sudah memiliki harta lebih banyak dibanding orang lain. Dan sebaliknya
berapa banyak orang yang hanya memiliki sedikit harta tapi menjalani hidup
dengan tenang bahkan merasa berbahagia karena dia memelihara sikap qana’ah.
Selain itu, seorang yang tidak qana’ah bisa berarti dia tidak
ridha terhadap apa yang telah Allah
tetapkan baginya. Pada hal semua ketetapan Allah adalah sesuatu yang memiliki
hikmah yang Mahasempurna. Sungguh ketetapan Allah adalah pilihan Allah untuk sesuatu yang terbaik bagi
seorang hamba. Tinggal sekarang kita benar benar yakin atau tidak.
Qana’ah hanya berlaku untuk urusan dunia.
Ketahuilah bahwa sikap qana’ah hanya dipakai dalam perkara dunia saja. Qana’ah adalah
untuk hal-hal yang sifatnya akan punah dan hilang, yaitu perkara yang bersifat
duniawi dan
segala kenikmatannya.
Rasulullah bersabda :
انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ
فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ.
(مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ).
Lihatlah orang yang berada di bawah
kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena hal itu
lebih pantas agar kalian tidak menganggap remeh nikmat Allah yang telah
dianugerahkan kepada kalian.” (Muttafaq ‘alaihi).
Hadits ini adalah untuk perkara
dunia seperti harta, kedudukan, pangkat dan jabatan yang pada waktunya akan punah.
Tanda qana’ah terhadap harta dunia
Seorang yang qana’ah atau merasa cukup dengan pemberian Allah
maka dia (1) tidaklah rakus untuk mendapatkan tambahan yang sebenarnya tidak
diperlukan. (2) Tidak
memaksa-maksakan diri dalam mencarinya apalagi dari sumber yang tidak jelas. (3) Tidak mau
meminta-minta, sehingga terjaga kehormatan diri. (4) Selalu merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah sedikit atau
banyak.
Fastabiqul khairat untuk urusan akhirat.
Ketahuilah bahwa untuk urusan akhirat tidak ada istilah
qana’ah, tapi haruslah fastabiqul khairat. Berlomba lomba dalam mengejar
kebaikan. Paling tidak ada tiga hal kiranya bisa diambil manfaat dari pemahaman yang benar
terhadap qana’ah.
Pertama : Tidak pernah merasa cukup atau qana’ah dalam
hal menjaga dan
melakukan ketaatan atau beribadah kepada Allah.
Kedua : Tidak ada ruang untuk
merasa cukup atau qana’ah dalam
urusan akhirat seperti mencari ilmu yang bermanfaat, beribadah, berakhlak mulia, berbuat baik dan yang lainnya.
Ketiga : Ketahuilah bahwa
para sahabat, tabiin, tabiut
tabiin serta orang-orang shalih tidak
pernah merasa kenyang apalagi bosan, dalam menuntut ilmu, beribadah, berdakwah dan melakukan berbagai macam kebaikan untuk bekal mereka di akhirat.
Pemahaman yang ada baiknya diluruskan.
Ada yang kiranya perlu diluruskan
terhadap sebagian orang dalam memahami perkara dunia dan perkara akhirat yang
berkaitan dengan qana’ah ini.
Pertama : Dalam
perkara dunia.
Kita melihat sebagian manusia zaman
sekarang : (1) Selalu merasa kurang, tidak
pernah merasa cukup. (2)
Memiliki harta yang banyak tapi merasa masih sedikit. (3) Senantiasa melihat orang yang diatasnya
dalam hal harta dan kenikmatan dunia. (4) Banyak mengeluh sebagai tanda tidak ridha dan tidak
puas. (5) Sibuk dengan harta dan kenikmatan dunia, sibuk mencari
harta dunia. (6) Sibuk
dalam menghitung-hitung harta yang telah dan akan dikumpulkan. (7) Sibuk memelihara
dan melipat gandakan harta. (9) Sibuk dalam
membelanjakan harta.
Akibatnya bisa melalaikan dirinya untuk beribadah.
Kedua : Dalam
perkara akhirat.
Kita melihat sebagian manusia
zaman sekarang : (1) Merasa
sudah cukup dengan ilmu agamanya, sehingga tidak bersemangat lagi belajar. Bahkan dalam ilmu agama ada manusia
yang tidak tahu bahwa dia tidak tahu.
Atau berlagak tahu, yang berujung pada sok tahu. (2) Merasa sudah
cukup dengan amalnya sehingga tidak ada upaya untuk memperbaiki dan meningkatkannya. (3) Merasa sudah
banyak berbuat kebaikan sehingga tidak mau meningkatkannya. (4) Merasa tidak
perlu mendakwahkan ilmunya meskipun sedikit dan semampunya.
Oleh karena itu mari kita luruskan
pemahaman kita tentang makna qana’ah. Sungguh sifat qana’ah itu adalah kebaikan
untuk perkara dunia. Sedangkan untuk perkara akhirat jangan menggunakan sikap
qana’ah tetapi fastabiqul khairaat, berlomba dalam mencari dan mengamalkan
kebaikan.
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam (786).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar