TELADAN ULAMA SALAF MENYEMBUNYIKAN AMAL
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sungguh banyak manusia yang ingin
namanya masyhur, dikenal dan disebut dimana mana dengan kelebihan kelebihannya.
Untuk itu mereka melakukan berbagai
usaha agar memperolehnya.
Namun demikian sangatlah tidak
terpuji jika seorang hamba memperlihatkan amal amal yang sebenarnya bisa bahkan
seharusnya disembunyikan tetapi diperlihatkan untuk menjadi masyhur dan dipuji orang
banyak. Bisa jadi dia akan masyhur dikalangan manusia
sekitarnya misalnya namanya masyhur karena rajin puasa sunnah, rajin shalat
malam dan rajin berinfak. Kenapa bisa jadi masyhur dengan amalnya karena dia
sering menunjukkan dan menceritakan kepada kepada orang banyak tentang
ibadahnya.
Ini hakikatnya merugikan dirinya
sendiri dan bisa jatuh kepada riya’ . Orang
yang beramal dengan riya’ memang ada kemungkinan
memperoleh pujian yang dia harapkan dari orang banyak. Sehingga namanya tersohor
kemana mana. Ini sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah : “Man samma’a samma’allahu bihi, wa man
yuraa-ii yuraa-illahu bihi”. Barangsiapa yang memperdengarkan maka Allah
Ta’ala akan memperdengarkan tentangnya. Dan barangsiapa yang memperlihatkan
(riya’) maka Allah Ta’ala akan memperlihatkan tentang itu. (H.R Imam Bukhari).
Al
Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan bahwa diantara makna hadits : “Allah Ta’ala memperdengarkan tentangnya” adalah barangsiapa beramal dengan maksud
meraih kedudukan dan kehormatan di masyarakat dan bukan karena mengharap Wajah
Allah maka Allah Ta’ala akan menjadikan dia bahan pembicaraan di antara orang
orang yang dia harapkan pujian dan tidak akan mendapat pahala di akhirat
(Fathul Bari).
Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan bahaya
beramal dengan riya’ yaitu sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya : Wahai orang-orang yang beriman !.
Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
(Q.S al Baqarah 264).
Sungguh para ulama terdahulu
sangatlah suka menyembunyikan amalnya sehingga selamat dari riya’. Mereka sudah
sangat senang jika Allah saja yang mengetahui amal shalihnya.
Perhatikanlah bagaimana ulama ulama terdahulu
menjaga amalnya agar selamat dari riya’ dan sangatlah baik untuk kita teladani,
diantaranya :
Pertama
: Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Abu Hamzah ats Tsumali berkata :
Ali bin Husain memikul sekarung roti pada malam hari untuk dia sedekahkan
(kepada penduduk Madinah yang miskin). Dia berkata : Sesungguhnya sedekah
dengan tersembunyi memadamkan kemarahan Allah Ta’ala. Ini adalah hadits yang
marfu’ dari Nabi yang diriwayatkan dari banyak sahabat seperti Abu Sa’id al
Khudri, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan yang lainnya.
Dari ‘Amr bin Tsabit, dia berkata
: Tatkala Ali bin Husain wafat, orang memandikan jenazahnya lalu mereka melihat
bekas hitam pada pundaknya. Mereka bertanya : Apa ini. Lalu ada yang menjawab :
Beliau selalu memikul berkarung karung tepung pada malam hari untuk dibagikan
kepada fakir miskin yang ada di Madinah.
Berkata Ibnu ‘Aisyah, ayahku
berkata kepadaku : saya mendengar penduduk Madinah berkata, kami tidak
kehilangan sedekah yang tersembunyi hingga wafatnya Ali bin Husain. (Lihat
Sifatus Shafwah).
Begitulah Ali bin Husain menyembunyikan amalannya hingga
penduduk Madinah yang menerima sedekahnya tidak
tahu. Mereka mengetahui setelah Ali bin Husain wafat karena sedekah
tersembunyi yang mereka terima tidak ada lagi dan orang orang juga menemukan
tanda hitam di pundak beliau karena sering memikul beban berat.
Kedua
: Tamim ad Dari.
Pada suatu kali seseorang bertanya
kepada Tamim ad Dari : Bagaimana shalat malam engkau, maka marahlah Tamim,
bahkan sangat marah. Kemudian Tamim berkata : Demi Allah, satu rakaat saja
shalatku di tengah malam tanpa diketahui (orang lain), lebih aku sukai daripada
aku shalat semalam penuh kemudian aku ceritakan kepada manusia. (Kitab az Zuhud
Imam Ahmad).
Ternyata Tamim ad Dari menutup
pintu yang bisa membuatnya terjatuh kepada riya’. Dia tidak mau menjawab
pertanyaan orang orang yang ingin tahu perihal ibadahnya karena betul betul ingin
menyembunyikannya.
Bandingkanlah dengan sebagian
orang orang di zaman ini. Terkadang jika mereka telah beribadah dan tidak ada
orang yang tahu seperti sedekahnya, puasa sunnah dan shalat malamnya maka dia
menunggu dan berharap ada yang bertanya sehingga dia bisa menceritakan. Kalau
ada yang bertanya maka gembiralah hatinya. Apalagi jika ada pula yang memberi
pujian terhadap ibadahnya.
Ketiga
: Ayyub as Sikhtiyani.
Beliau biasa shalat sepanjang
malam. Bila fajar menjelang maka dia kembali untuk berbaring di tempat
tidurnya. Jika telah terbit fajar maka dia pun mengangkat suaranya seakan akan
dia baru saja bangun. (al Hilyah).
Keempat
: Abdullah bin Mubarak.
Muhammad bin A’yun menceritakan
bahwa dia bersama Abdullah bin Mubarak dalam suatu peperangan di negeri Rum.
Ketika kami selesai shalat Isya Ibnul Mubarak pun merebahkan kepalanya untuk
menampakkan kepadaku bahwa dia sudah
tertidur. Maka akupun, dengan tombak di tanganku meletakkan kepalaku diatas
tombak itu, seakan akan aku juga sudah tertidur.
Ibnul Mubarak menyangka aku sudah
tertidur. Lalu dia bangun diam diam agar tidak ada seorang pun dari pasukan
yang mendengarnya dan dia shalat malam hingga datang fajar. Pada saat fajar telah terbit maka dia pun datang
untuk membangunkan aku karena dia menyangka aku telah tidur, seraya berkata :
Wahai Muhammad, bangunlah !. Aku pun berkata : Sesungguhnya aku tidak tidur.
Ketika Ibnul Mubarak mendengar hal ini dan mengetahui bahwa aku telah melihat shalat
malamnya.
Sejak itu aku tidak pernah
melihatnya lagi berbicara denganku dalam setiap peperangan, seakan akan dia
tidak suka aku mengetahui shalat malamnya. Aku tidak pernah melihat orang yang
lebih menyembunyikan kebaikan kebaikannya daripada Ibnul Mubarak. (Ibnu Abi
Hatim, al Jarh wa at Ta’dil).
Ketahuilah bahwa menampakkan amal
tidaklah terlarang tapi menyembunyikannya lebih utama. Allah Ta’ala berfirman :
“Jika kamu menampakkan sedekah (mu),
maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan
kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu”. (Q.S al Baqarah 271)
Namun demikian ketahuilah
bahwa menjaga amal dari perasan riya’ sangatlah berat kecuali
bagi orang orang yang diberi hidayah oleh Allah Ta’ala. Oleh karena itu
sangatlah dianjurkan untuk menyembunyikan setiap amal yang memang bisa
disembunyikan agar amal tersebut tidak rusak.
Insya Allah bermanfaat bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (810)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar