JANGAN
KAITKAN HATIMU DENGAN DUNIA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Jika
kita bertanya kepada orang banyak : Manakah yang lebih utama, dunia ataukah
akhirat ?. Mereka akan serentak menjawab :
Akhirat lebih utama. Ya inilah
jawaban yang shahih karena Allah Ta’ala telah berfirman : “Walal
aakhiratu khairul laka mina uula” Dan sungguh yang kemudian itu lebih baik
bagimu dari pada yang permulaan (Q.S ad Duhaa 4).
Meskipun jawaban itu sudah betul dan Allah
Ta’ala telah menjelaskan yang demikian, namun
amatlah disayangkan bahwa yang kita lihat sebagian besar manusia dizaman
ini seolah olah berlomba, balapan dengan mencurahkan seluruh tenaga,
sarana dan kemampuannya untuk mengejar
kesenangan dunia yang sementara tetapi memukau bahkan menipu. Apa yang mereka
lakukan pada umumnya tidak bersesuaian dengan apa yang mereka katakan : Akhirat
lebih utama.
Sungguh
kecintaan terhadap keindahan dan
kenikmatan dunia adalah sesuatu yang menjadi salah satu ciri makhluk Allah yang bernama manusia. Allah
berfirman:“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).” (Q.S Ali Imran 14)
Demikianlah
watak asli manusia, sehingga tidak ayal lagi hal itulah yang banyak
menjerumuskan manusia sehingga hatinya terkait dengan dunia padahal tidak
dipungkiri lagi bahwa keterkaitan hati dengan dunia merupakan fitnah sekaligus
musibah yang menimpa umat ini.
Ketahuilah
saudaraku, bahwa kehidupan dunia ini sangatlah sementara, semu dan fatamorgana.
Rasulullah telah mengingatkan kita dalam banyak sabda beliau agar tidak
terfitnah dan tertipu terhadap dunia yang bisa merugikan tujuan utama yaitu
ahirat.
Pertama
:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya setiap umat memiliki
fitnah, dan fitnah bagi umatku adalah harta.” (H.R at Tirmidzi dishahihkan oleh
Syaikh al Albani).
Maka
sungguh mengherankan tatkala seseorang yang seharusnya beramal untuk mencapai
surga yang luasnya bagaikan langit dan bumi, justru tenggelam dalam fitnah
dunia dan harta. Oleh karenanya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat khawatir bila pintu-pintu kesenangan
duniawi telah dibukakan bagi umat ini maka mereka berpaling dari agama.
Kedua : Kaum muslimin,
mari bersama kita renungkan hadits berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di
dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang
melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Mari
renungkan hadits ini dengan seksama, di golongan manakah diri kita berada. Apakah
kita termasuk golongan yang mendapat rahmat-Nya ataukah sebaliknya diri kita
justru termasuk orang-orang yang mendapat laknat. Barangkali kita telah menjadi
budak dunia dikarenakan
sebagian besar aktivitas kita atau bahkan mungkin seluruhnya hanya bertujuan
untuk meraih kenikmatan dunia yang fana ini.
Ketiga : Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sangat mencela orang-orang yang tunduk pada dunia dan
semata-mata tujuannya adalah mencari harta dunia dalam sabda beliau: “Celakalah
budak dinar (uang emas), celakalah budak dirham (uang perak), celakalah budak
khamishah (pakaian yang cantik) dan celakalah budak khamilah
(ranjang yang empuk).”. H.R Imam Bukhari.
Inilah
celaan beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam kepada orang yang kesehariannya menjadi
pemburu harta dan berbagai kesenangan
dunia. Sungguh kita tidak tega untuk
menjadikan diri ini celaka karena diperbudak dinar dan dirham.
Keempat : Mencintai dunia berarti mengagungkannya. Mengagungkan sesuatu yang hina dimata Allah
adalah termasuk dosa besar. Pada hal dunia sangat hina di mata Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Rasulullah telah mengingatkan dalam sabdanya tentang kehinaan dunia.
“Fa wallahi laddun-yaa ahwanu ‘alallahi
min hadzaa ‘alaikum” Demi Allah, sungguh dunia itu lebih hina bagi Allah
dari pada (bangkai anak kambing) ini bagi kalian (H.R Imam Bukhari).
Kelima : Ketahuilah saudaraku, bahwa manusia yang
mengkaitkan hatinya dengan dunia
menjadikan dunia sebagai cita cita yang
ingin dikejarnya maka Allah akan mencerai beraikan urusannya dan kedua tangannya
akan dipenuhi dengan kesibukan untuk urusan dunia sehingga kerugianlah yang
akan didapatnya.
Rasulullah
bersabda : “Barangsiapa yang tujuan
hidupnya adalah dunia maka Allah akan mencerai beraikan urusannya. Menjadikan
kefakiran di kedua pelupuk matanya dan dia mendapat dunia menurut apa yang
telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah negeri
akhirat, Allah Ta’ala akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan dihatinya
dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina” (H.R Imam Ahmad, Ibnu
Majah dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Hadits
ash Shahihah).
Rasulullah
bersabda : “Wahai anak keturunan Adam.
Curahkanlah waktumu untuk beribadah kepadaKu, niscaya akan Aku penuhi dadamu
dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak
melakukannya maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan
tutup kefakiranmu” (H.R Imam at Tirmidzi dan Imam Ahmad, Lihat Silsilah
Hadits Shahih Syaikh al Albani).
Kalau begitu masihkah kita akan mengkaitkan hati kita dengan dunia. Tentu
tidak. Kenapa ? , karena dunia dan segala harta dan perhiasannya bukanlah
tujuan tapi sarana yang harus dimanfaatkan mencari bekal untuk menuju negeri
akhirat.
Oleh karena itu maka seorang hamba
yang berakal (sehat) hanya akan mengambil atau mencari dunia ini sekedar
kebutuhan untuk menopang dirinya agar
bisa beribadah dengan baik kepada Allah Ta’ala. Mereka tidak akan pernah
mengkaitkan hatinya kepada dunia yang sementara ini. Dengan demikian maka dia
akan menjadi orang yang beruntung dan dengan rahmat Allah Ta’ala dia bisa
kembali ke negeri asalnya yaitu surga dengan selamat.
Selanjutnya mari kita berusaha dan
berdoa kepada Allah Ta’ala agar hati kita
tidak terkait dengan dunia ini dan kita selamat menuju negeri akhirat
yang sangat kita harapkan. Wallahu A’lam. (794).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar