USAHA DAN DOA HARUS MENDAHULUI TAWAKKAL
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Adalah kewajiban manusia untuk
bertawakkal atau berserah diri kepada Allah Ta’ala atas segala sesuatu kebaikan yang dia inginkan
ataupun ingin terhindar dari sesuatu yang dia khawatirkan berbahaya bagi
dirinya. Ketahuilah bahwa seseorang yang bertawakkal maka haruslah berusaha melakukan sebab untuk mendapatkan
sesuatu yang dia harapkan itu.
Dalam hal rizki misalnya. Sungguh
Allah telah Ta’ala telah menjamin rizki bagi seluruh makhluk sebagaimana
firman-Nya : “Dan tidak satu pun makhluk bergerak
(bernyawa) di bumi melainkan semuanya
dijamin Allah rizkinya. Dia
mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam
Kitab yang nyata (Lauh Mahfuuz)” Q.S Huud 6.
Namun demikian rizki itu sedikit atau banyak tentulah tidak
datang dengan sendirinya tapi dimulai dengan usaha dan cara cara yang halal,
lalu berdoa dan berserah diri kepada
Allah Ta’ala. Selanjutnya haruslah ridha terhadap apa yang telah ditetapkan-Nya
bagi seorang orang hamba.
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Kewajiban
kita adalah ridha kepada Allah sebagai Rabb, ridha terhadap pembagian dan
takdir-Nya dan ridha atas ketentuan ketentuan-Nya.
Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang tawakkal. Beliau memberikan fatwa : Tawakkal
adalah berpegang yang (secara) benar kepada Allah Ta’ala dalam meraih segala
manfaat dan menolak marabahaya, serta melakukan berbagai sebab yang
dipeintahkan Allah dengannya. Tawakkal bukanlah berpegang kepada Allah tanpa
melakukan sebab atau usaha. Sesungguhnya
berpegang kepada Allah Ta’ala tanpa melakukan sebab atau usaha adalah mencela
perbuatan Allah dan hikmah-Nya, karena Allah mengaitkan antara akibat dan
sebabnya.
Disini muncul pertanyaan : Siapakah manusia yang paling bertawakkal
kepada Allah Ta’ala ?. Jawabannya adalah Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa
sallam. (Pertanyaan selanjutnya), Apakah beliau yang melakukan sebab atau usaha
untuk menghindari bahaya dengannya. Jawabnya : Benar, ketika beliau keluar ke
medan perang beliau memakai baju perang (dari besi) untuk menjaga diri dari
anak panah. Dalam perang Uhud beliau memakai baju perang dua lapis. Semua itu
untuk persiapan apa yang akan terjadi. Oleh karena itu melakukan usaha tidaklah
menghalangi tawakkal apabila manusia meyakini bahwa semua usaha atau sebab ini
hanya semata mata sebab saja yang tidak memberikan pengaruh baginya kecuali
dengan izin Allah Ta’ala. (Fatawa al
‘Ilaj bil Qur an was Sunnah).
Oleh karena itu seorang hamba
haruslah selalu mengambil sebab atau melakukan usaha agar mendapatkan yang
inginkan atau ingin menjauh dari marabahaya yang tidak diharapkan. Kemudian dia berdoa dan berserah diri terhadap
apapun yang telah ditetapkan Allah
Ta’ala baginya.
Sunguh Allah Ta’ala
telah berfirman : “Qul lan yushiibanaa illa maa kataballahu lana,
huwa maulaanaa wa ‘alallahi falyatawakkalil mu’minuun”. Katakanlah, Tidak
akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah
pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman. (Q.S
at Taubah 51).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(816)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar