SEMANGAT
ULAMA MENGKHATAMKAN AL QUR AN
Oleh
: Azwir B. Chaniago
Salah satu cara yang diajarkan oleh
Rasulullah kepada ummatnya untuk mendapatkan kebaikan dan mendekatkan diri kepada
Allah Ta’ala adalah dengan melazimkan
diri untuk membaca firman-Nya yaitu al Qur an. Sungguh sangatlah banyak
keutamaan membaca apalagi mengkhatamkan al Qur an bagi seorang hamba,
diantaranya adalah sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa
Sallam dalam beberapa sabda beliau.
Pertama
: Rasulullah bersabda : “Man qara-a
harfan min kitaabillah falahu bihi hasanatun. Wal hasanatun bi’asyri
amtsalihaa. Laa aquulu “aliflammim” harfun. Wa
lakin alifun harfun, wa laamun harfun wa miimmun harfun” Barang
siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan
setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam
Mim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.
(H.R Imam at Tirmidzi).
Perhatikanlah
saudaraku, berapa banyak huruf yang ada dalam setiap ayat, setiap surat dan
setiap juz dari al Qur an. Diantara surat yang pendek dalam al Qur an adalah
surat al Kautsar yang terdiri dari 42 huruf. Untuk membacanya membutuhkan waktu
hanya kira kira 13 detik dan mendatangkan 420 pahala. Kemudiaan surat al
Ikhlas. Surat ini terdiri dari 47 huruf dan untuk membacanya butuh waktu kira
kira 15 detik. Ini akan mendatangkan 470 pahala bagi yang membacanya.
Bahkan orang yang belum mahir membaca dan
masih terbata bata ketika
membaca al Qur an dijanjikan dengan dua pahala, bukan satu, yaitu pahala
karena mau membacanya dan pahala karena berat dan susahnya dalam membaca.
Sedangkan yang mahir akan bersama malaikat yang mulia.
Kedua : Rasulullah
bersabda : “Orang yang membaca al Qur an
dengan mahir, akan bersama Malaikat yang mulia lagi taat dan yang membaca al
Qur an dengan terbata bata dan merasa berat, maka ia mendapat dua pahala” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Sungguh
membaca dan mengkhatamkan al Qur an dicontohkan oleh Rasulullah bersama Jibril terutama
di bulan Ramadhan. Ini menjadi dalil bagi para ulama untuk mengkhatamkan al Qur
an setiap waktu. Memang hal ini tidaklah wajib. Artinya jika tidak
mengkhatamkan al Qur’an secara periodik tidaklah berdosa. Namun demikian tentulah ia akan
luput dari pahala dan keutamaan yang
besar.
Perhatikanlah
bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengkhatamkan al Qur’an di
hadapan Jibril sekali setiap tahunnya bahkan pada tahun beliau wafat beliau mengkhatamkan dua kali.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :
كَانَ
يَعْرِضُ
عَلَى
النَّبِىِّ
– صلى
الله
عليه
وسلم
– الْقُرْآنَ
كُلَّ
عَامٍ
مَرَّةً
،
فَعَرَضَ
عَلَيْهِ
مَرَّتَيْنِ
فِى
الْعَامِ
الَّذِى
قُبِضَ
،
وَكَانَ
يَعْتَكِفُ
كُلَّ
عَامٍ
عَشْرًا
فَاعْتَكَفَ
عِشْرِينَ
فِى
الْعَامِ
الَّذِى
قُبِضَ
{ فِيهِ
}
“Jibril
itu (saling) belajar Al-Qur’an dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap
tahun sekali (khatam). Ketika di tahun beliau akan meninggal dunia dua kali
khatam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa pula beri’tikaf setiap
tahunnya selama sepuluh hari. Namun di tahun saat beliau akan meninggal dunia,
beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.” (H.R Imam Bukhari)
Kemudian
lihatlah bagaimana semangat para ulama dan orang orang shalih mengkhatamkan al
Qur an, diantaranya adalah sebagaimana
disebutkan dalam Siyar an Nubala’.
Pertama : Seeorang ulama besar Tabi’in yang
bernama al Aswad bin Yazid wafat tahun
74 atau 75 H di Kufah- mengkhatamkan
Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam. Dari Ibrahim An-Nakha’i, ia
berkata : Al
Aswad biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam.
Disebutkan dalam
kitab tersebut bahwa di luar bulan
Ramadhan, al Aswad biasa mengkhatamkan al Qur’an dalam enam malam. Waktu
istirahat beliau untuk tidur hanya antara Maghrib dan Isya.
Kedua : Seorang ulama di kalangan tabi’in
yaitu Qatadah bin Da’amah yang meninggal tahun 60 atau 61 Hijriyah dan salah
seorang murid dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu. Beliau ini
sampai dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hambal sebagai ulama pakar tafsir dan
paham akan perselisihan ulama dalam masalah tafsir. Sampai-sampai Sufyan
Ats-Tsaury mengatakan bahwa tidak ada di muka bumi ini yang semisal Qatadah.
Salam bin Abu Muthi’ pernah mengatakan tentang semangat Qatadah
.membaca al Qur an
Qatadah biasanya
mengkhatamkan al Qur’an dalam tujuh hari. Namun jika datang bulan Ramadhan ia
mengkhatamkannya setiap tiga hari. Ketika datang sepuluh hari terakhir dari
bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan setiap malamnya.
Ketiga : Muhammad bin Idris asy-Syafi’i yang
kita kenal dengan Imam Syafi’i yang terkenal sebagai salah satu ulama
madzhab. Sebagaimana disebutkan oleh
muridnya ar-Rabi’ bin Sulaiman bahwa : “Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan
al-Qur’an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali. Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim
bahwa khataman tersebut dilakukan dalam shalat. Bayangkan, Imam Syafi’i berarti
mengkhatamkan Al-Qur’an sehari dua kali. Subhanallah
…
Keempat : Ibnu Asakir adalah seorang ulama
hadits dari negeri Syam, dengan nama kunyah Abul Qasim, beliau penulis kitab
diantaranya yang terkenal yaitu Tarikh Dimasqy. Anaknya yang bernama al Qasim
mengatakan mengenai bapaknya. Ibnu ‘Asakir adalah orang yang biasa merutinkan
shalat jama’ah dan tilawah al-Qur’an. Beliau biasa mengkhatamkan al Qur’an
setiap pekannya. Lebih luar biasanya di bulan Ramadhan, beliau khatamkan
alQur’an setiap hari. Beliau biasa beri’tikaf di al Manarah asy-Syaqiyyah.
Beliau adalah orang yang sangat gemar melakukan amalan sunnah dan rajin
berdzikir.
Selain
itu ketahuilah bahwa pada tahun 1964
Prof. DR Hamka dimasukkan ke rumah tahanan oleh penguasa.
Dalam waktu dua tahun empat bulan berada
di tahanan, beliau telah mengkhatamkan al Qur-an lebih dari 150 kali. Kalau
kita hitung dengan masa beliau berada di tahanan berarti beliau mengkhatamkan
al Qur-an antara tiga sampai empat hari sekali.
(Lihat Muqaddimah Kitab Tafsir al Azhar)
Yang
lebih mengagumkan lagi bahwa disamping mengkhatamkan al Qur an lebih dari 150
kali beliau juga menyelesaikan tafsir al Qur an yaitu Tafsir Al Azhar sebanyak
28 juz. Untuk diketahui, sebelum masuk tahanan beliau telah menyelesaikan
tafsir al Qur an 2 juz yaitu juz 18 dan
juz 19.
Sungguh
itulah hikmah dan prestasi yang besar serta kesungguhan beliau mengkhatamkan al
Qur an meskipun berada dalam tahanan. Semuanya itu beliau capai tentulah dengan
pertolongan Allah Ta’ala serta niat yang
ikhlas untuk mencari ridha Allah semata.
Demikianlah
diantara contoh contoh nyata tentang kesungguhan ulama dalam membaca dan mengkhatamkan al Qur
an yang kiranya menjadi pendorong bagi kita semua. Wallahu A’lam (809)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar