MIZAN DI
YAUMIL AKHIR PASTI ADANYA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Salah
satu keadaan yang pasti akan dijalani orang orang muslim di akhirat kelak adalah hisab atau perhitungan
amal baik dan buruk. Allah akan
menegakkan mizan atau timbangan untuk menghitung kebaikan dan keburukan
seseorang.
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata
: Mizan
atau timbangan adalah alat untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan.
Adapun mizan di akhirat adalah sesuatu yang Allah letakkan pada hari Kiamat
untuk menimbang amalan hamba-Nya. (Syarah
Lum’atul I’tiqaad)
Seberapa
besar ukuran timbangan itu hanya Allah Ta’ala
Yang Maha Mengetahui. Dalam sebuah hadits disebutkan
bahwa seandainya langit dan bumi
diletakkan dalam daun timbangannya, niscaya mizan tersebut akan tetap lapang.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pada hari Kiamat, mizan
akan ditegakkan. Andaikan ia digunakan untuk menimbang langit dan bumi, niscaya
ia akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, “Wahai Rabb-ku, untuk siapa
timbangan ini?” Allah berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku.” Maka
Malaikat berkata, “Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu
dengan sebenar-benarnya.” (H.R al Hakim, dishahihkan oleh Syaikh al
Albani).
Mizan
ini sangat akurat dalam menimbang, tidak akan ada yang lebih dan tidak akan ada
yang kurang sedikitpun. Allah Ta’ala
berfirman: “Dan Kami akan tegakkan timbangan yang adil pada hari Kiamat,
sehingga tidak seorang pun yang dirugikan walaupun sedikit. Jika amalan itu
hanya seberat biji sawi pun, pasti Kami akan mendatangkan (pahala) nya. Dan
cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan ” (Q.S al Anbiya’ 47).
Lalu,
apa yang ditimbang ?. Para ulama berbeda
pendapat tentang apa yang akan ditimbang di hari Kiamat. Ada beberapa pendapat
ulama dalam hal ini, diantaranya :
Pertama : Yang akan ditimbang adalah amal
Pendapat
ini disandarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam bersabda : “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh
lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan dicintai oleh
ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subhaanallahi wa bihamdihi
dan Subhanallahil ‘Azhim.” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Pendapat
ini yang dipilih oleh Ibnu Hajar al-Ashqalani rahimahullah. Beliau mengatakan bahwa yang ditimbang adalah amal, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Tidak
ada sesuatu yang lebih berat ketika ditimbang (di hari Kiamat) daripada akhlak
yang mulia.” (H.R Imam Bukhari dalam Adab al-Mufrad dan dishahihkan oleh Syaikh
al Albani).
Kedua : Yang akan ditimbang adalah orangnya
Ada
beberapa hadits yang menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah orangnya. Berat
atau ringannya timbangan tergantung pada keimanan orang tersebut, bukan
berdasarkan ukuran berat tubuh atau fisik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan
gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap
nyamuk.” Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Bacalah..:“Dan
Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (Q.S al-Kahfi 105) (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu adalah
seorang sahabat betisnya kecil. Tatkala ia mengambil ranting pohon untuk siwak,
tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang dan menyingkap pakaiannya,
sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil.
Para
sahabat yang melihatnya pun tertawa. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bertanya: “Apa yang sedang kalian tertawakan ?” Para sahabat
menjawab, “Kedua betisnya yang kecil, wahai Rasulullah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh
kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada gunung Uhud.” (H.R
Imam Ahmad dan at Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Ketiga, Yang ditimbang adalah lembaran
catatan amal
Diriwayatkan
dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu
‘anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Sungguh Allah akan
membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat
dimana ketika itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap
gulungan panjangnya sejauh mata memandang, kemudian Allah berfirman: ‘Apakah
ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini ? Apakah para (Malaikat) pencatat
amal telah menganiayamu?,’ Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’ Allah bertanya:
‘Apakah engkau memiliki udzur (alasan) ?, Dia menjawab: Tidak Wahai Rabbku.
Allah berfirman: “Bahkan sesungguhnya
engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak
akan dianiaya sedikit pun. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu yang di dalamnya terdapat kalimat : “Asyhadu
alla ilaha ilallah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh”. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Lalu Allah berfirman: “Hadirkan timbanganmu.”
Dia berkata: ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh
gulungan (dosaku) itu ?. Allah
berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan dianiaya.’ Kemudian diletakkanlah
gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun
timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu
(laa ilaaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih
berat dari sesuatu yang padanya terdapat Nama Allah.” (H.R at
Tirmidzi, Ibnu Majah, al Hakim dan Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaik al
Albani).
Imam
al Qurthubi. Beliau mengatakan : Yang benar, mizan menimbang berat atau
ringannya buku-buku yang berisikan catatan amal… (Kitab at Tadzkirah).
Syaikh
Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah
mengatakan bahwa secara umum yang ditimbang adalah amal perbuatannya, karena
kebanyakan dalil-dalil menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah amal perbuatan.
Adapun timbangan buku catatan amal dan pelakunya, maka itu khusus untuk
sebagian orang saja. (Syarah ‘Aqidah Wasithiyyah).
Ketahuilah
saudaraku apapun yang akan ditimbang kelak, apakah amalnya atau yang ditimbang orangnya ataupun lembaran catatan amalnya tapi yang pasti
semuanya adalah berkaitan atau mengacu kepada seluruh perbuatan manusia itu
sewaktu berada di dunia. Yang mencakup amal baik maupun amal yang buruk.
Sungguh manusia yang beruntung pada saat menghadapi mizan di akhirat kelak adalah mereka yang berat timbangan amal shalihnya.
Allah
berfirman : “Wal waznu yaumaidzinil haqqu
fa man tsakulat mawaaziinuhuu fa ullaa-ika humul muflihuun. Wa man khaffat
mawaaziinuhuu fa ulaa-ikal ladziina khaasiruu anfusahum bimaa kaanuu bi
aayaatinaa yazhlimuun”. Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran)
kebenaran. Maka barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan) nya , mereka itulah
orang yang beruntung. Dan barangsiapa ringan timbangan (kebaikan) nya maka
mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka
mengingkari ayat ayat kami. (Q.S al A’raf 8-9).
Semoga Allah Ta’ala memberi kekuatan
kepada kita semua untuk melakukan amal shalih yang akan memberatkan timbangan kebaikan
kita di akhirat kelak. Sungguh sekecil apapun amalan yang kita lakukan, tidak
akan disia-siakan walaupun hanya sebesar biji tanaman sawi. Allah
berfirman : “Faman ya’mal mitsqaala dzarratin khairan yarah”. Maka barang siapa yang mengerjakan
kebaikan seberat zarrah niscaya dia akan melihat (balasan) nya (Q.S az Zilzaal
7).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (803)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar