BERUSAHALAH
AGAR MENDAPAT HAJI MABRUR
Oleh : Azwir B. Chaniago
Setiap
orang yang beriman memiliki keinginan yang sangat kuat untuk pada suatu waktu
bisa melaksanakan ibadah haji. Keinginan ini ada pada diri orang yang beriman
dari segala strata. Apakah dia orang berharta atau bukan, berpangkat atau
bukan, berpendidikan tinggi atau rendah dan juga dengan berbagai ragam profesi.
Seperti
apa keinginan dan semangat orang orang beriman untuk melaksanakan ibadah haji, antara lain terlihat dari data daftar tunggu
calon jemaah haji kita di Kementrian Agama. Pada pertengahan tahun 2016 ada
sekitar 3 juta orang calon Jemaah haji yang sudah terdaftar, sedang berada pada
antrian menunggu kesempatan berangkat menunaikan ibadah haji. Barangkali juga
jutaan orang di negeri kita saat ini telah menabung dan berniat berangkat haji
meskipun belum mendaftar.
Kalau
kita coba menelisik kenapa begitu hebatnya semangat orang beriman untuk bisa
menunaikan ibadah haji maka dapatlah kita sebutkan beberapa hal yang utama, diantaranya : (1) Untuk
melaksanakan perintah Allah Ta’ala. Sungguh berhaji hukumnya wajib dan
merupakan salah satu rukun Islam. (2) Keinginan yang amat sangat untuk
mendapatkan surga karena balasan haji mabrur adalah surga. (3) Keinginan yang
amat sangat untuk mendapatkan pahala dan nilai ibadah yang berlipat ganda yaitu
dengan beribadah di Masjidil Haram dan Masjid an Nabawi.
Semua
tujuan melaksanakan ibadah haji yang disebutkan diatas adalah sangat agung.
Satu diantaranya untuk mendapat predikat haji mabrur. Sungguh Rasulullah
bersabda :
وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Imam an
Nawawi rahimahullah menjelaskan
: Yang dimaksud dengan tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga,
bahwasanya haji mabrur tidak cukup jika pelakunya dihapuskan sebagian
kesalahannya. Bahkan ia memang pantas untuk masuk surga.” (Syarh Shahih
Muslim).
Lalu datang
pertanyaan : Apakah semua orang yang telah melaksanakan ibadah haji mendapat
predikat haji mabrur ?. Kita berharap demikian tapi tentu Allah yang Mahatahu
tentang siapa saja yang berhak mendapatkannya.
Insya Allah ada
beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh orang orang beriman
yang melaksanakan ibadah haji untuk mendapatkan haji mabrur.
Pertama : Niat ikhlas karena Allah
Ta’ala.
Salah satu
kunci utama untuk mendapatkan haji mabrur adalah berniat dengan sungguh sungguh
dan semata mata karena Allah Ta’ala, tidak tercampur dengan niat lain. Ikhlas
karena Allah saja. Para ulama sepakat bahwa salah satu syarat diterimanya
ibadah adalah ikhlas. Seseorang tidak dianggap beribadah dengan benar jika
tidak ikhlas. Suatu ibadah yang dilakukan tanpa
keikhlasan tidak akan bermanfaat sedikitpun disisi Allah bahkan bisa
mendatangkan murka-Nya.
Allah berfirman : Katakanlah: “Qul
inna shalaatii wanusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillahi rabbil
‘aalamiin”. Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.
(Al-An’am: 162).
Dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 Allah
berfirman : “Wamaa umiruu illaa liya’budullaha mukhlishiina lahuddiin” .Padahal
mereka hanya disuruh menyembah Allah dengan ikhlas mentaati-Nya
semata mata karena (menjalankan) agama.
Allah
Ta’ala juga berfirman : “Fa’budillaha
mukhlisan lahuddiin.” Maka sembahlah
Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. (Q.S az Zumar 2).
Allah
Ta’ala berfirman : “Wa atimmuul hajja wal
‘umrata lilahi”. Dan sempurnakanlah ibadah
haji dan umrah karena Allah. (Q.S al Baqarah 196)
Kedua
: Mendapatkan harta dari sumber yang halal.
Suatu hal yang sangat penting dalam
melaksanakan ibadah haji adalah menggunakan harta dari sumber yang halal.
Sungguh tidak layak untuk menggunakan harta yang haram untuk suatu ibadah yang
agung.
Dari Abu
Hurairah,semoga Allah meridhainya, beliau berkata : “Aiyuhan naasu, innallaha
thaiyibun, laaa yaqbalu illaa thaiyiban”. “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya
Allah adalah baik dan tidaklah menerima kecuali yang baik”. (H.R Imam Bukhari
dan Imam Muslim).
Rasulullah
bersabda :
لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ
Tidaklah shalat diterima tanpa bersuci, dan
shadaqah tidak diterima jika dari (hasil ketidakjujuran). H.R Imam Muslim.
Rasulullah bersabda : “Idza hajjar rajulu bi
maalin haraami, fa qaala labbaika, qaalahu ‘azza wa jal, laa labbaika, wa laa
sa’daika”. Apabila seseorang mengerjakan ibadah haji dengan harta yang
haram, lalu dia mengucapkan labbaika (Aku penuhi panggilan-Mu) Allah Subhanahu
wa Ta’ala menjawabnya : Tiada pemenuhan dan tiada kebahagiaan bagimu. (H.R ad
Dailami).
Imam
an Nawawi berkata dalam kitab al Majmu',
Jika seseorang menunaikan haji dengan harta yang haram, maka dia berdosa
sedangkan hajinya sah dan dianggap. Demikian dikatakan oleh kebanyakan ahli
fiqih.
Dalam
al-Mausu'ah al-Fiqhiah, disebutkan bahwa : Jika seseorang melaksanakan haji
dengan harta yang terdapat syubhat di dalamnya, atau dengan harta hasil
merampas, maka secara zahir hajinya sah. Akan tetapi dia telah bermaksiat dan
tidak mendapatkan haji mabrur. Ini adalah mazhab Imam Syafi'i, Imam Malik dan Imam Abu
Hanifah, rahimahumullah serta mayoritas ulama dahulu dan sekarang.
Sedangkan
Ahmad bin Hanbal berkata, hajinya tidak sah jika dilakukan dengan harta haram.
Dalam riwayat lain (dari Ahmad) beliau berkata, hajinya sah namun dia melakukan
perkara haram. Dalam hadits shahih, dinyatakan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa
sallam menyebutkan seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, kumal dan
dekil, menjulurkan kedua tangannya ke langit, Ya Rabbi, Ya Rabbi, sementara
makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia tumbuh dengan
sesuatu yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan."
Syaikh
Abdul Aziz bin Baz berkata : (Orang yang berhaji dengan harta haram),
"Hajinya sah jika dilaksanakan sesuai ajaran Allah, akan tetapi dia
berdosa karena mempergunakan hasil usaha yang haram. Maka dia wajib bertaubat
kepada Allah dari perkara tersebut dan menganggap hajinya memiliki cacat sebab
dia memanfaatkan dari perkara haram, akan tetapi telah gugur kewajiban haji
baginya." (Fatawa Ibn Baz).
Oleh karena itu seorang muslim
dituntut untuk berusaha mendapatkan rizki dari sumber yang halal sehingga ibadahnya
diterima dan bermanfaat baginya.
Ketiga : Memiliki ilmu
yang cukup.
Sungguh
kita butuh ilmu untuk memahami aqidah yang benar. Kita butuh ilmu untuk beribadah
yang benar. Kita butuh ilmu untuk berakhlak yang terpuji. Kita butuh
ilmu agar bisa bermuamalah dengan baik. Bahkan beberapa saat
sebelum matipun kita masih butuh ilmu yaitu ilmu tentang kalimat
apa yang harus kita ucapkan pada saat yang kritis itu.
Orang
bijak berkata : Untuk mendapatkan dunia kita butuh ilmu. Untuk mendapatkan
akhirat kita butuh ilmu. Untuk mendapatkan keduanya kita butuh ilmu.
Begitupun untuk melaksanakan ibadah haji maka haruslah memiliki
ilmu yang cukup agar bisa melaksanakannya dengan baik sebagaimana yang
diajarkan Rasulullah. Jangan sampai ibadah yang kita lakukan dengan
mengeluarkan harta serta tenaga dan
waktu yang tidak sedikit lalu kurang
nilainya atau tertolak karena tidak dilakukan sesuai petunjuk Rasulullah.
.
Rasulullah
bersabda : “Man ‘amila amalan laisa ‘alaihi amruna fahuwa raddun” Barang
siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka
amalan itu tertolak. (H.R Imam Bukhari
dan Imam Muslim).
Sungguh Rasulullah telah mengingatkan agar kita mengambil cara
cara beribadah sebagaimana yang beliau
ajarkan. Beliau bersabda : “Khuzuu anni
manasikakum” Ambillah dariku cara beribadah kalian. (H.R Imam Muslim)
Keempat : Meningkatkan ketaatan mulai sejak berniat mau melaksanakan ibadah haji.
Keempat : Meningkatkan ketaatan mulai sejak berniat mau melaksanakan ibadah haji.
Seseorang yang telah berencana untuk menunaikan ibadah haji maka
sangat dianjurkan untuk segera meningkat ketaatan kepada Allah Ta’ala. Beramal
lebih banyak dan lebih baik dari yang
biasa dia lakukan. Jangan melalaikan
ibadah sunnah apalagi ibadah wajib. Perbanyak
dzikir, membaca al Qur an, bersedekah dan shalat malam. Ini adalah dalam rangka
taqarrub dan mengharapkan kecintaan Allah Ta’ala.
Rasulullah bersabda : “Allah
Ta’ala berfirman, barangsiapa memerangi wali (kekasih) Ku, maka Aku akan
memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib
yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan
amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. (H.R Imam Bukhari).
Selain itu yang penting juga dilakukan ketika sudah berencana
melaksanakan ibadah haji diantaranya adalah (1) Melakukan taubat dengan sebenar
benar taubat (2) Menyelesaikan hak hak orang lain yang harus diselesaikan. (3)
Menjauhi dosa sekecil apapun. (4) Bergaul dengan orang orang shalih
Ini semua adalah upaya
untuk mencapai takwa. Ketahuilah orang yang akan berhaji diperintahkan untuk
berbekal. Sungguh bekal terbaik adalah takwa. Allah berfirman : “Wa tazawwaduu, fainna kahiraz zaadit taqwa.
Wattaquuni yaa uulil albaab” Berbekallah,
karena sesungguhnya sebaik baik bekal adalah takwa.
Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang orang yang berakal. (Q.S al Baqarah 197)
Kelima : Berserah diri
kepada Allah Ta’ala.
Inilah salah sikap utama seorang beriman. Jika dia telah berusaha
melakukan suatu amal untuk mendapatkan yang terbaik sesuai tuntunan Allah
Rasul-Nya maka dia bertawakal atau berserah diri kepada Allah Ta’ala. Begitu
pula yang harus dilakukan ketika melaksanakan ibadah haji.
Allah Ta’ala berfirman : “Huwa
maulaanaa wa ‘alallahi fal yatawakkalil mu’minuun”. Dialah Pelindung kami,
dan hanya kepada Allah orang orang yang beriman harus bertawakal. (Q.S at
Taubah 51).
Itulah sebagian upaya yang bisa dilakukan seorang hamba untuk
mendapatkan predikat haji Mabrur.
Wallahu A’lam. (815)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar