APAKAH MUSIBAH
ITU UJIAN ATAU ADZAB ?
Oleh : Azwir B. Chaniago
Muqaddimah
Setiap
orang pada waktunya Allah berkehendak pasti akan didatangi musibah. Bisa
musibah itu kepada dirinya, keluarganya, hartanya ataupun yang lainnnya.
Sungguh,
musibah yang datang kepada seorang hamba adalah ketetapan Allah. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Maa ashaaba min mushibatin illa
bi-iznillah, waman yu’min billahi yahdi qalbahu, wallahu bi kuli syai-in
‘aliim” Tidak ada sesuatu musibahpun
menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan barang siapa beriman kepada
Allah niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (Q.S at Taghaabun 11).
Lalu apa yang dimaksud dengan musibah.
Musibah
dari bahasa Arab yakni asaba yang bemakna mengenai, menimpa atau membinasakan. Musibah adalah
perkara yang tidak disukai yang menimpa manusia. Al-Imam al-Qurthubi
rahimahullah menjelaskan: “Musibah adalah segala apa yang mengganggu seorang
mukmin dan yang menimpanya.” (Al-Jami’li Ahkamil Qur’an).
Muhammad Husin Tabataba’i seorang
ulama awal abad ke 14 H berkata : Musibah adalah kejadian apa saja yang menimpa
manusia yang tidak dikehendaki. Musibah yang menimpa seseorang atau suatu
kelompok diantaranya adalah sakit, rugi dalam usaha, kehilangan harta,
meninggal, bencana alam, wabah penyakit, kalah perang, paceklik dan kiamat.
Beriman atau bukan akan dapat musibah.
Musibah
akan mengenai siapa saja yang Allah kehendaki. Musibah bisa menimpa orang
beriman yang shalih. Para Nabi pun terkadang mendapat musibah bahkan lebih
berat dari yang lainnya. Semakin tinggi iman seseorang maka semakin banyak dan
semakin berat ujian yang akan ia hadapi. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda : "Orang
yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian yang paling sholeh dan
seterusnya. Seseorang diuji berdasarkan agamanya, jika agamanya kuat maka
semakin keras ujiannya, dan jika agamanya lemah maka ia diuji berdasarkan
agamanya. Dan ujian senantiasa menimpa seorang hamba hingga meninggalkan sang
hamba berjalan di atas bumi tanpa ada sebuah dosapun"
(Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 143).
Ketahuilah
bahwa musibah bagi orang yang beriman
adalah hakikatnya adalah ujian
karena Allah menghendaki kebaikan baginya. Allah berfirman : “Dan Kami pasti akan menguji kamu (orang
orang beriman) dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan sampaikan berita gembira buat
orang orang yang sabar. (Yaitu) orang
orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, Inna lillahi wa inna ilaihi
raajiuun”. (Q.S al Baqarah 155-156).
Diantara
kebaikan yang Allah kehendaki bagi seorang hamba yang beriman dengan adanya
musibah berupa ujian adalah sebagai salah satu jalan meninggikan derajatnya.
Ketahuilah bahwa bisa jadi Allah menghendaki kedudukan yang tinggi bagi seorang
hamba disisi-Nya, akan tetapi dia tidak memiliki amal shalih yang cukup untuk
dapat membuatnya mencapai kedudukan yang tinggi tersebut. Lalu Allah Ta’ala
memberinya ujian dengan sesuatu yang dia benci dan dia bersabar, akhirnya
dengan ujian yang menimpanya maka dia
berhak dan dapat mencapai kedudukan
tinggi tersebut.
Rasulullah
bersabda : “Sesungguhnya seseorang itu
untuk memperoleh kedudukan (tinggi) di sisi Allah, ia tidak akan dapat
mencapainya dengan amal perbuatannya. Allah akan memberikannya ujian berupa
sesuatu yang dibencinya, hingga ia dapat mencapai kedudukan (yang tinggi)
tersebut. (H.R Ibnu Hibban dan Abu Ya’la, dihasankan oleh Syaikh al Albani)
Kemudian,
orang yang lemah imannya, mungkin banyak
bermaksiat juga pasti akan mendapat musibah. Tetapi musibah yang menimpa mereka hakikatnya adalah adzab atas
kesalahan dan dosanya. Ini sebagaimana disebut dalam firman Allah Ta’ala : “Maka apakah mereka tidak pernah mengadakan
perjalanan di bumi sehingga dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang orang
yang sebelum mereka. Allah telah membinasakan (mendatangkan adzab) mereka dan
bagi orang orang kafir akan menerima (adzab) yang serupa itu. ( (Q.S
Muhammad 10).
Selain
itu bisa jadi juga musibah yang menimpa seorang yang banyak melakukan dosa dan
bermaksiat sebagai peringatan baginya sehingga mereka akhirnya tersadar lalu
meminta ampun dan bertaubat dengan sungguh lalu
Allah Ta’ala menurunkan hidayah kepadanya untuk menjadi hamba Allah
yang taat.
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (796).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar