KHAWATIR JIKA
IMAN TERASA MENURUN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Kata iman
berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Menurut istilah, makna iman adalah membenarkan
dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).
Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati
bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta
dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Oleh karena itu maka seseorang dikatakan sebagai mukmin yang sempurna imannya adalah dengan memenuhi
ketiga unsur keimanan diatas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan
amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang
sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak boleh dipisahkan.
Seorang yang hamba akan selalu menjaga imannya agar tetap kokoh. Bahkan dia berusaha meningkatkannya. Dia sangat khawatir bila imannya terasa menurun. Kenapa sangat khawatir, karena :
Seorang yang hamba akan selalu menjaga imannya agar tetap kokoh. Bahkan dia berusaha meningkatkannya. Dia sangat khawatir bila imannya terasa menurun. Kenapa sangat khawatir, karena :
Pertama : Iman itu bisa bertambah bisa pula
berkurang. Sangatlah banyak dalil yang menjelaskan tentang hal itu, diantaranya
:
(1) Firman
Allah Ta’ala ,
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
(Yaitu) orang-orang
(yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang
mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang
kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka perkataan itu menambah keimanan
mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah
adalah Sebaik-baik Pelindung.
(Q.S Ali Imran : 17)
)
(2) Firman Allah Ta’ala,
وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ مَرَدًّا
Dan Allah akan
menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. dan amal-amal
saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik
kesudahannya. (QS Maryam:
76).
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan tafsir ayat
ini dengan menyatakan : Terdapat dalil yang menunjukkan pertambahan iman dan
pengurangannya, sebagaimana pendapat para as-Salaf ash-Shaalih. Hal ini
dikuatkan juga dengan firman Allah Ta’ala,
وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آَمَنُوا إِيمَانًا
“Dan supaya orang yang beriman bertambah
imannya.” (QS al-Mudatstsir: 31
(3) )Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ
Tidaklah seorang
pezina berzina dalam keadaan mukmin dan tidaklah minum minuman keras ketika
minumnya dalam keadaan mukmin serta tidaklah mencuri ketika mencuri dalam
keadaan mukmin.
(H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
(4)Sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
Iman itu lebih dari
tujuh puluh atau lebih dari enampuluh. Yang paling utama adalah perkataan: “Laa
Ilaaha Illa Allah” dan yang terendah adalah membersihkan gangguan dari jalanan
dan rasa malu adalah satu cabang dari iman. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Hadits yang mulia ini menjelaskan bahwa iman
memiliki cabang-cabang, ada yang tertinggi dan ada yang terendah .
Cabang-cabang iman ini bertingkat-tingkat dan tidak berada dalam satu derajat
dalam keutamaannya, bahkan sebagiannya lebih utama dari lainnya. Oleh karena
itu Imam at Tirmidzi memuat bab dalam sunannya: “Bab Kesempurnaan, bertambah
dan berkurangnya iman”.
Syaikh as-Sa’di rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas menyatakan :
Ini jelas sekali menunjukkan iman itu bertambah dan berkurang sesuai
dengan pertambahan aturan syariat dan cabang-cabang iman serta amalan hamba
tersebut atau tidak mengamalkannya. Sudah dimaklumi bersama bahwa manusia
sangat bertingkat-tingkat dalam hal ini. Siapa yang berpendapat bahwa iman itu
tidak bertambah dan berkurang, sungguh ia telah menyelisihi realita yang nyata
di samping menyelisihi nash-nash syariat sebagaimana telah diketahui.
Kedua
: Andaikata seorang hamba diwafatkan Allah pada saat iman sedang turun apalagi
hilang maka ini adalah musibah besar bagi seorang hamba dan akan mendatangkan penyesalan
berkepanjangan. Bukankah manusia dinilai dari keadaan akhir.
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
Sesungguhnya setiap
amalan tergantung pada akhirnya.
(H.R Imam Bukhari)
Yang dimaksud bil khawaatiim adalah amalan
yang dilakukan di akhir umur atau akhir hayat seseorang. Seberapapun baiknya
amalan seseorang selama berpuluh puluh tahun tetapi diakhir hayatnya ditutup
dengan amal yang buruk misalnya melakukan kesyirikan ataupun dosa dosa besar
lainnya maka merupakan malapetaka baginya.
Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha’ menyatakan bahwa amalan
akhir manusia itulah yang jadi penentu dan atas amalan itulah akan dibalas.
Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai
orang yang bertaubat. Jika dia berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia
dianggap murtad.
Setelah kita mengetahui iman itu bertambah dan berkurang, maka mengenal sebab-sebab bertambah dan berkurangnya iman memiliki manfaat dan menjadi sangat penting sekali. Sudah sepantasnya seorang muslim mengenal kemudian menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, agar imannya bertambah sempurna dan semakin kuat. Juga untuk menjauhkan diri dari lawannya yang menjadi sebab berkurangnya iman sehingga dapat menjaga diri dan selamat didunia dan akhirat. Diantara cara yang bisa dilakukan agar iman terus kokoh bahkan meningkatkan iman adalah :
Setelah kita mengetahui iman itu bertambah dan berkurang, maka mengenal sebab-sebab bertambah dan berkurangnya iman memiliki manfaat dan menjadi sangat penting sekali. Sudah sepantasnya seorang muslim mengenal kemudian menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, agar imannya bertambah sempurna dan semakin kuat. Juga untuk menjauhkan diri dari lawannya yang menjadi sebab berkurangnya iman sehingga dapat menjaga diri dan selamat didunia dan akhirat. Diantara cara yang bisa dilakukan agar iman terus kokoh bahkan meningkatkan iman adalah :
Pertama:
Belajar ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari al-Qur`aan dan as Sunnah. Hal
ini menjadi sebab pertambahan iman yang terpenting dan bermanfaat karena ilmu
menjadi sarana beribadah kepada Allah Ta’ala dan mewujudkan tauhid dengan benar sesuai
syariat.
Kedua:
Merenungi ayat-ayat kauniyah. Merenungi dan meneliti keadaan dan keberadaan
makhluk-makhluk Allah Ta’ala
yang beraneka ragam dan menakjubkan merupakan faktor pendorong yang sangat kuat
untuk mengokohkan iman.
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata : Di antara
sebab dan faktor pendorong keimanan (agar tersu bertambah) adalah tafakur kepada alam semesta
berupa penciptaan langit dan bumi serta makhluk-makhuk penghuninya dan meneliti
diri manusia itu sendiri beserta sifat-sifat yang dimiliki. Ini semua adalah
faktor pendorong yang kuat untuk meningkatkan iman.
Ketiga:
Berusaha sungguh-sungguh melaksanakan amalan shalih dengan ikhlas dan ittiba’. Beribadahlah terus menerus. Ketahuilah bahwa semua amalan shalih yang dilaksanakan dengan
ikhlas dan sesuai syariat akan menambah
iman. Sungguh iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah pernah
menuturkan, “Di antara sebab pertambahan iman adalah melakukan ketaatan. Sebab
iman akan bertambah sesuai dengan bagusnya pelaksanaan, jenis dan banyaknya
amalan.
Semakin baik amalan, semakin besar penambahan iman dan bagusnya
pelasanaan ada dengan sebab ikhlas dan mutaba’ah.
Sedangkan
jenis
amalan, maka yang wajib lebih utama dari yang sunnah dan
sebagian amal ketaatan lebih ditekankan dan utama dari yang lainnya. Semakin
utama ketaatan tersebut maka semakin besar juga penambahan imannya. Adapun banyaknya
amalan, maka akan menambah keimanan, sebab amalan termasuk
bagian iman. Sehingga pasti iman bertambah dengan bertambahnya amalan.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (779)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar