LAKUKAN MUHASABAH
PADA SETIAP KEADAAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Berbagai
kesulitan atau hambatan akan kita kita temui dalam menjalani hidup ini.
Kesulitan itu bisa ada yang ringan dan bisa pula terasa berat. untuk itu
berbagai cara dan upaya kita lakukan agar kesulitan yang kita hadapi berkurang
atau teratasi dengan baik.
Terkadang
kesulitan yang kita hadapi datang terus menerus seperti tidak ada habisnya.
Lepas dari kesulitan yang satu datang kesulitan yang lain. Itulah hakikat
kehidupan. Kita akan diuji dengan berbagai kesulitan berupa ujian atau musibah
yang bisa jadi tersebab maksiat yang kita lakukan.
Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan
manusia dalam firman-Nya : “Zhaharal
fasaadu fil barri wal bahri bima kasabat aidin naasi liyudziiqahum ba’dal
ladzii ‘amiluu la’allahum yarji’uun”. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar). Q.S. ar Rum 41.
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan :
Bahwa yang
dimaksud kerusakan dalam ayat ini adalah kekurangan, keburukan dan
bencana-bencana yang dimunculkan oleh Allah di muka bumi
akibat perbuatan maksiat para
hamba-Nya.
Allah Ta’ala berfirman : “Wa maa ashabakum min mushiibatin fabima kasabat aidiikum wa
ya’fuu ‘an katsiir”. Dan musibah apa saja yang menimpa kamu adalah
karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan
kesalahanmu). Q.S asy Syuura 30.
Para
ulama menjelaskan bahwa kasabat aidiikum, perbuatan
tanganmu dalam ayat ini maknanya
adalah dosa dosa kalian.
Imam
Ibnul Qayyim mengingatkan : Diantara akibat dari berbuat dosa adalah
menghilangkan nikmat dan juga mendatangkan bencana atau musibah. Oleh karena
itu hilangnya nikmat dari seseorang adalah akibat dosa. Begitu pula datangnya
berbagai musibah adalah juga disebabkan dosa (al Jawabul Kafi).
Ketahuilah bahwa jika kesulitan datang
terus. Jika semua urusan terasa
sulit maka berhentilah sejenak
bertafakurlah, merenunglah dan segera lakukan muhasabah atau introspeksi diri.
Barangkali kita sadar atau tidak banyak melakukan keburukan. Bisa jadi iman kita sedang turun secara
berangsur angsur.
Selain itu, sungguh SATU HAL YANG
LEBIH PENTING LAGI UNTUK DIKETAHUI adalah kewajiban melakukan muhasabah ketika terasa kita banyak melakukan dosa dan maksiat akan tetapi secara
zhahir ketika terlihat semakin baik, rizki berupa harta terus bertambah bahkan semua
urusan terasa mudah. BISA JADI ITU
ISTIDRAJ.
Apa
itu istidraj. Istidraj secara bahasa diambil dari kata da-ra-ja yang artinya
naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Secara istilah istidraj dari
Allah kepada hamba dipahami sebagai hukuman
yang diulur dan tidak diberikan langsung. Untuk sementara waktu Allah membiarkan orang ini dan
tidak disegerakan adzab baginya bahkan diberikan kenikmatan dan kesenangan yang
semu. Pada waktunya Allah akan menimpakan adzab yang sangat berat.
Penjelasan
lain tentang istidraj adalah semua perbuatan maksiat yang Allah balas untuk waktu tertentu
dengan nikmat, dan Allah membuat dia lupa untuk mengingat-Nya serta lupa
bertaubat dan beristighfar. Akibatnya dia semakin dekat dengan adzab sedikit
demi sedikit, selanjutnya Allah berikan
hukuman yang berat, itulah istidraj.
Sungguh Allah
Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : “Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus
asa”. (Q.S al An’am 44)
Ayat di
atas memberikan ancaman kepada orang-orang yang telah diberikan
peringatan sebelumnya, namun mereka melupakan dan mengabaikan peringatan dari
Allah Ta’ala. Allah tidak segera menurunkan siksaa atau adzabnya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala justru membukakan semua pintu-pintu kesenangan (sementara)
untuk mereka. Dan mereka, manusia itu bergembira ria dengan semua kesenangan
yang telah Allah bukakan pintu-pintunya itu. Dan apabila telah sampai pada
waktunya, Allah akan menyiksa mereka, dengan sekonyong-konyong. Maka ketika
itu, mereka terdiam, tidak berdaya serta berputus asa.
Rasulullah bersabda : “Apabila engkau melihat Allah
memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih
bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.” Kemudian
beliau membacakan surat al Qalam ayat
44. Allah berfirman : “Sanastadriju hum min haitsu laa ya’lamun” Nanti Kami akan menghukum mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.
Dalam
sebuah hadits juga disebutkan bahwa Rasulullah bersabda : “Jika ada orang yang berbuat
dosa tetapi mendapat kesenangan dan tidak mendapat adzab dari Allah maka bisa
jadi itu adalah istidraj. Kesenangan tersebut hanyalah kesenangan sesaat di
dunia yang akan dibalas dengan adzab
oleh Allah baik segera di dunia atau di akhirat.” (H.R Imam Ahmad dan ath
Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Ali
bin Abi Thalib berkata : Hai anak Adam
ingat dan waspadalah bila kau lihat Rabbmu terus menerus melimpahkan nikmat
atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya.
Oleh karena itu sangatlah terpuji dan
bermanfaat jika kita terus menerus melakukan muhasabah, mengintrospeksi diri
pada setiap keadaan baik dalam keadaan sulit ataupun lapang.
Rasulullah Salallahu ‘alahi wa Sallam telah
mengingatkan kita semua dalam sabda beliau : “Orang yang pandai adalah orang
yang menghisab (mengevaluasi, mengintrospeksi) dirinya sendiri serta
beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah
yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah
Subhanahu wa Ta’ala”. (H.R Imam at Tirmidzi).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (806)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar