AL ‘ALIM ADALAH SALAH SATU
NAMA ALLAH YANG MAHAINDAH
NAMA ALLAH YANG MAHAINDAH
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Setiap hamba wajib meyakini bahwa
salah satu nama Allah Yang Mahaindah adalah : Al ‘Alim yakni Yang Maha Mengetahui. Al ‘Alim ini disebut dalam
al Qur an pada lebih dari 150 tempat, diantaranya adalah pada :
Pertama : “Innallaha samii’un
‘aliim”. Sungguh Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Q.S al Baqarah
181)
Kedua : “Yakhluqu maa
yasyaa-u wa huwal ‘aliimul qadiir”. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki.
Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa. (Q.S ar Ruum 54)
Ketiga : “Dzalika taqdiirul
‘aziizil ‘aliim”. Demikianlah ketetapan Yang maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui. (Q.S Yaasiin 38).
Syaikh Prof. DR Abdurrazzaq bin
Abdul Muhsin al Badr berkata : Makna (al ‘Alim) adalah bahwa ilmu-Nya meliputi
yang zahir dan yang bathin. Yang Nampak maupun yang tersembunyi, yang diatas
yang dibawah. Yang telah berlalu, yang sekarang dan yang akan datang
Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya sesuatu apapun. Dia mengetahui apa
yang terjadi. Apa yang akan terjadi dan apa yang tidak terjadi. Seandainya terjadi bagaimana terjadinya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan Dia
menghitung segala galanya. (Kitab Fikih Asma’ul Husna).
Nah, kalau kita bertanya kepada orang
orang (kecuali atheis atau yang semisalnya)
apakah engkau paham dan membenarkan bahwa Allah Maha Mengetahui tentang
segala sesuatu ?. Mereka akan menjawab
: Ya kami paham bahwa memang Allah Ta’ala Maha Mengetahui segala sesuatu baik
yang nampak maupun yang tersembunyi.
Namun demikian ternyata bahwa dalam
kehidupan sehari hari kita melihat sebagian orang seperti tidak tahu, tidak paham
atau pura pura tidak paham tentang Ilmu Allah yang Maha Mengetahui. Sekiranya
mereka betul betul paham bahwa Allah Maha Mengetahui tentulah akan menghambat
mereka untuk bermaksiat baik di keramaian maupun di kesendiriannya. Tidak ada
yang berani melakukan perbuatan tercela. Kenyataannya sebagian manusia
melakukan perbuatan tercela berupa maksiat bahkan ada yang terus menerus
bermaksiat.
Padahal mereka juga tahu bahwa Allah
Ta’ala melarang perbuatan tercela dan
mungkar. Maksiat yang mereka lakukan
pasti akan mendatangkan murka Allah.
Selain itu mereka juga mereka juga paham bahwa Allah menyediakan adzab
bagi pelaku maksiat.
Allah berfirman : “Inna ‘adzaaba rabbika kaana mahdzuuraa”. Sungguh adzab Rabb-mu itu sesuatu yang
(harus) ditakuti (Q.S al Isra’ 57)
Allah berfirman : “Inna ‘adzaaba rabbika lawaaqi’. Maa lahuu min
daafi’. (Q.S at Tuur 7-8)
Lalu kenapa bisa terjadi yang
demikian ?. Pada hal mereka sudah tahu Allah Maha Melihat dan Allah akan
mengadzab orang orang yang bermaksiat kepada-Nya.
Ketahuilah bahwa manusia
sering lupa atau melupakan sesuatu yang sudah diketahuinya. Paling tidak ada
tiga hal yang membuat manusia melakukan
kemaksiatan, yakni :
Pertama : Manusia memiliki hawa nafsu, Dan hawa nafsu itu cenderung kepada
keburukan. Allah berfirman : “Wa maa ubarri-u nafsii, innan nafsa la-ammaa
ratun bis suu-i illa maa rahima rabbi”. (Yusuf berkata) Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari
kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb-ku (Q.S Yusuf 53)
Dalam
kitab Tafsir Taisir Kariimir Rahman di sebutkan bahwa : “Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan” maknanya adalah seringkali (nafsu itu) memerintahkan pemiliknya untuk berbuat
keburukan yakni perbuatan keji dan segala dosa.
Kedua : Manusia mempunyai musuh yang nyata yaitu
syaithan yang selalu berusaha menggoda dan mendorongnya untuk melakukan
kemaksiatan dan dosa. Allah berfirman : “Innamaa ya’murukum bis suu-i wal
fahsyaa-i wa an taquuluu ‘alallahi maa laa ta’lamun”. Sesungguhnya (syaithan) itu hanya
menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji dan mengatakan apa yang tidak kamu
ketahui tentang Allah (Q.S al Baqarah 169)
Syaikh
as Sa’di berkata : Yang dimaksud adalah kejahatan yang merusak pelakunya.
Dengan demikian termasuk dalam hal ini adalah seluruh kemaksiatan.
Ketiga : Tertipu dengan kehidupan dunia. Orang orang
yang tertipu dengan kehidupan dunia mempunyai kecendrungan untuk melakukan kemaksiatan. Pada hal Allah
Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : “Inna wa’dallahi haqqun fa laa taghurrannakumul hayaatud dun-ya, wa laa
yaghurannakum billahil gharuur”. Sungguh janji Allah pasti benar maka
janganlah sekali kali kamu terpedaya oleh kehidupan dunia dan jangan sampai
kamu terpedaya oleh penipu dalam (mentaati) Allah. (Q.S Luqmaan 33).
Oleh karena itu sangatlah penting
bagi seorang hamba untuk terus menerus menjaga dirinya agar tidak tertipu oleh hawa
nafsunya, tidak tertipu oleh syaithan dan tidak pula tertipu oleh kehidupan
dunia, sehingga jatuh kepada perbuatan maksiat. Sungguh Allah Maha Mengetahui semua yang kita lakukan.
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (817).