BERADAB KEPADA ALLAH ADALAH PUNCAK AKHLAK
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Akhlak memiliki posisi yang paling
penting dalam Islam. Bahkan akhlak merupakan salah satu tujuan di utusnya
Rasulullah yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Rasulullah bersabda : Innamaa bu’istu li utammima shalihal
akhlaq. Sesungguhnya aku hanya di utus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia (H.R Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Imam Ahmad dalam Musnadnya dan al
Hakim dalam Mustadrak).
Akhlak itu bukan sekedar muamalah
dan pergaulan sehari hari tapi terkait
dengan keimanan atau aqidah seorang
hamba. Rasulullah bersabda : “Akmalul
mu’miniinaa ahsanuhum khuluqan wa khiyaarukum, khiyaarukum li nisaa-ihim”.
Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah dia yang memiliki akhlak
terbaik, yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya kepada
istrinya. (H.R Imam Tirmidzi).
Oleh karena pentingnya akhlak maka
seorang hamba haruslah memahami makna akhlak yang benar. Jangan keliru, jangan
salah kaprah. Untuk itu mari kita simak apa yang dikatakan oleh ulama tentang
akhlak.
Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdul
Muhsin al Badr, seorang ulama besar Saudi, dosen pasca sarjana di Universitas
Islam Madinah, pengajar tetap di Masjid Nabawi dan juga pengisi kajian rutin di
Radio Dakwah ar Roja’ memberikan penjelasan : Makna akhlak dalam Islam tidaklah seperti yang dipahami oleh manusia
pada umumnya yaitu sekedar bermuamalah dan berbuat baik terhadap sesama
manusia. Akan tetapi akhlak lebih luas dari pada itu. Akhlak mencakup sesuatu
yang lebih agung dari pada itu yaitu beradab kepada Allah Rabbul ‘alamin.
Bahkan (berakhlak kepada Allah) ini adalah perkara yang paling mendasar dalam
akhlak itu sendiri.
Jika kita mau mendalami sedikit
tentang konsep akhlak dan adab dalam Islam, antara lain sebagaimana dijelaskan
oleh Prof. Abdurrazaq diatas maka pahamlah kita bahwa puncak tertinggi akhlak
adalah ketika seseorang mengutamakan, menomor satukan Kalamullah dan sabda
Rasul-Nya di atas semua perkataan dan teori rumusan manusia.
Kemudian kita menyaksikan sebagian
orang di zaman ini yang berkata : Saya
memang terkadang shalat terkadang tidak.
Begitu juga dengan puasa yang jarang saya lakukan. Amal amalan lainnya banyak yang tidak saya
kerjakan. Tetapi akhlak saya baik, saya tidak mengganggu orang lain, saya tidak
menzhalimi tetangga atau teman.
Ada lagi yang berkata : Saya memang
tidak jilbaban, tidak menutup aurat, tetapi akhlak saya baik, saya tidak
mengganggu orang lain, saya tidak menzhalimi tetangga atau teman bahkan saya
suka membantu orang lain.
Ketahuilah bahwa berakhlak baik
kepada manusia itu adalah suatu yang terpuji. Cuma jika tidak mau melaksanakan perintah Allah dan
tidak mau bersyukur berarti tidak
berakhlak kepada-Nya. Pendalillannya tidaklah terlalu rumit, diantaranya :
Pertama : Allah telah memerintahkan kita untuk mengabdi atau
menyembah kepada-Nya tapi kita lalaikan. Berarti kita tidak berakhlak kepada
Allah karena sebagai hamba Allah kita wajib
patuh kepada perintah-Nya. Allah berfirman : “Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya’buduun”. Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz
Dzaariat 56)
Kedua : Allah telah memberikan berbagai nikmat kepada kita. Kalau
kita mencoba menghitungnya pastilah kita tidak akan mampu karena demikian banyak bentuk dan jenisnya. Allah
Ta’ala berfirman :
“Wain ta’uddu ni’matalahi laa tuhshuhaa” Dan jika kalian menghitung nikmat
Allah maka engkau tidak akan mampu menghitungnya.(Q.S
Ibrahim 34).
Oleh karena itu maka wajiblah bagi seorang hamba untuk
bersyukur (baca : berterima kasih) kepada yang telah memberikan nikmat itu.
Diantara cara bersyukur adalah dengan melakukan ketaatan kepada pemberi nikmat
yaitu Allah Taala. Lalu bagaimana seseorang mengaku bahwa akhlaknya baik tapi
tidak bersyukur kepada Dzat yang telah memberinya berbagai kenikmatan. Tolong
direnungkan ini.
Jadi kesimpulannya tidaklah patut
seseorang itu mengatakan akhlak saya baik dengan sekedar berbuat baik atau
berakhlak kepada sesama manusia karena puncak dari adab dan akhlak seorang
hamba adalah beradab dan berakhlak kepada Allah Ta’ala dengan cara mematuhi
atau taat kepada perintah-Nya.
Jika seorang hamba betul betul taat kepada Allah dan patuh kepada
perintah-Nya maka akan mudah baginya
untuk berakhlak kepada manusia bahkan berakhlak kepada lingkungannya seperti
sungai, laut, hutan, hewan, tumbuhan dan yang lainnya. Insya Allah.
Mudah mudahan bermanfaat bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (422)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar