ZUHUD TERHADAP DUNIA SANGATLAH BAIK
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sebagian
orang mungkin membayangkan bahwa zuhud adalah identik dengan wajah yang kusam
bahkan pucat, makan seadanya. Pakaian lusuh dan kumal, berjalan selalu
menunduk, berbicara sangat pelan hampir tidak kedengaran dan yang lainnya. Tapi
ketahuilah saudaraku zuhud bukan ditunjukkan oleh penampilan fisik seperti itu
karena zuhud bukanlah amalan badan tapi zuhud adalah amalan
hati.
Usman
bin Affan dan Abdurrahman bin ‘Auf adalah dua diantara sahabat yang sangat kaya
dan keduanya juga dikenal sebagai orang yang sangat zuhud.
Lalu
kalau begitu apa makna atau pengertian
zuhud.
Imam
Ibnul Qayyim berkata : Zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak ada
manfaatnya untuk akhirat. Beliau juga berkata : Bahwa cinta seseorang kepada
akhirat tidak akan sempurna kecuali dengan bersikap zuhud terhadap dunia.
Ketahuilah bahwa para ulama sepakat bahwa zuhud itu merupakan perjalanan
hati dari kampung dunia dan menempatkannya di akhirat. Oleh sebab itu orang
yang zuhud tidak pernah gembira karena mendapatkan dunia, dan tidak pula mereka
bersedih karena kehilangan dunia.
Dalam Kitab Fawaidul Fawaaid, Imam
Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa zuhud terhadap dunia tidak akan terealisasi (tidak
akan diperoleh) melainkan setelah dia memandang dua hal berikut ini dengan
pandangan yang benar.
Pertama : Memandang
dunia sebagai sesuatu yang mudah hilang, mudah lenyap, mudah musnah. Dunia
adalah sesuatu yang kurang, tidak sempurna, lagi hina. Persaingan dan ambisi dalam
mendapatkan hal hal duniawi sangat menyakitkan. Dunia adalah tempat kesedihan,
kesusahan dan kesengsaraan. Akhir dari hal hal duniawi adalah kefanaan yang
diikuti dengan penyesalan dan kesedihan. Orang yang mengejar kenikmatan dunia tidak
lepas dari (1) kecemasan sebelum mendapatkannya. (2) Keresahan pada saat
(berusaha) meraihnya. (3) Dan kesedihan setelah meraihnya.
Kedua : Memandang
akhirat sebagai sesuatu yang pasti datang, kekal dan abadi. Karunia dan
kebahagiaan yang terdapat di akhirat begitu mulia dan apa yang ada di akhirat sangat
berbeda dengan apa yang ada di dunia.
Akhirat adalah sebagaimana yang
difirmankan Allah Ta’ala : “Wal aakhiratu
khairun wa abqaa” (Padahal) kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih
kekal. (Q.S al A’la 17).
Sungguh kehidupan di akhirat penuh
dengan berbagai kebaikan yang sempurna dan kekal, sedangkan dunia hanya berisi
berbagai khayalan yang tidak sempurna dan pasti punah.
Selanjutnya beliau berkata : Pembagian
ini penting untuk diketahui mengingat bahwa setiap hamba tidak dapat terlepas
dari salah satunya. Dengan kata lain, orang yang mengutamakan dunia daripada
akhiratnya dapat disebabkan oleh dua faktor (1) karena rusaknya iman, sedangkan
yang (2) rusaknya akal. Sungguh banyak orang yang mengalami kedua hal tersebut.
Oleh sebab itu, Rasulullah dan para
sahabat beliau mencampakkan dunia di belakang punggung mereka. Mereka (para
sahabat) memalingkan hati dari dunia.
Mereka mengabaikannya dan tidak merasa
nyaman dengannya. Mereka meninggalkannya dan tidak mengejarnya. Bagi mereka
dunia adalah penjara bukan surga, sehingga mereka selalu bersikap zuhud dalam
arti sebenarnya. Seandainya mereka menginginkan dunia niscaya mereka akan
mendapatkan apa yang diinginkan dan mencapai apa yang mereka hasratkan.
Rasulullah dalam banyak hadits
telah menjelaskan kepada kita betapa tidak berharga dan rendahnya dunia dibanding akhirat. Beliau bersabda : “Maddun-yaa fil akhirati illaa kamaa
yudkhilu ahadukum ushbu’ahu fil yammi, fal yanzhur, bima yarji’. Perbandingan antara dunia dan akhirat itu
seperti seorang yang memasukkan jarinya kedalam samudra. Lihatlah betapa banyak
air yang terbawa jarinya (saat diangkat). H.R Imam Muslim.
Allah juga telah memperingatkan
kita bahwa dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau yang melalaikansebagaimana
disebutkan dalam firman-Nya : “Wa farihuu
bil hayaatid dun-yaa wa mal hayaatud dun-yaa fil aakhirati illa mataa’. Mereka
bergembira dengan kehidupan dunia pada hal kehidupan dunia hanyalah kesenangan
(yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat.
(Q.S ar Ra’d 26).
Sungguh kata Imam Ibnul Qayyim : Semakin besar kecintaan seorang hamba
dan rasa senangnya kepada dunia maka semakin berat pula dirinya dalam melakukan
ketaatan kepada Allah Ta’ala (untuk) meraih akhirat.
Hanya kepada Allah kita memohon
pertolongan dan hanya kepada-Nya pula kita berserah diri. Insya Allah
bermanfaat.
Wallahu A’lam. (443)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar