TIDAK PATUT DILAKUKAN JIKA UMUR SUDAH 60 TAHUN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Dalam surat Fathir ayat 37 Allah
berfirman : “…Awalam nu’ammirkum maa
yatadzakkaru fiihi man tadzakkara wa jaa-akumun nadziir… Dan apakah Kami
tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk
berfikir bagi orang yang mau berfikir dan (apakah tidak) datang kepada kamu
pemberi peringatan …?
Para sahabat dan banyak ulama yang
datang sesudahnya mengatakan bahwa yang
dimaksud memanjangkan umur dalam ayat ini adalah mencapai usia enam puluh tahun. Diantaranya :
Imam Ibnu Katsir berkata : Dari
Ibnu Abbas, umur yang dijadikan Allah sebagai batasan untuk menghilangkan udzur
dari manusia pada firman-Nya dalam surat Fathir 37 adalah enam puluh tahun.
Riwayat ini merupakan riwayat yang paling shahih dari Ibnu Abbas dan juga
merupakan pedapat yang shahih karena dikuatkan oleh hadits (Tafsir Ibnu Katsir)
Dari Ali bin Abi Thalib mengenai
firman-Nya dalam surat Fathir 37, ia berkata : Umur yang dipanjangkan Allah
bagi kalian adalah enam puluh tahun dan ini merupakan pendapat paling kuat
diantara penafsiran dari ayat ini.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wasallam dalam banyak sabda beliau menyebutkan tentang umur 60 tahun.
Diantaranya :
Pertama : A’maaru ummatii maa
bainas sittina ilas sab’iina wa aqalluhum man yajuuzu dzalik. Umur ummatku
antara enam pulu hingga tujuh puluh tahun dan sangat sedikit di antara mereka
yang melebihi itu (H.R Ibnu Hibban)
Kedua : “Man ‘ammara sittiina sanatan au sab’iina sanatan faqad
‘udzira ilaihi fil ‘umur”. Barang siapa
yang diberi umur hingga enam puluh atau tujuh puluh tahun maka berarti Allah
telah memberinya udzur di dalam umurnya. (H.R Ibnu Mardawih, dari Abu
Hurairah).
Ayat dan tafsirnya serta sabda Rasulullah diatas memberikan sinyal betapa
pentingnya posisi seorang hamba jika telah mencapai usia 60 tahun. Bahkan
disebutkan pula bahwa dengan umur sebegitu berarti Allah telah memberikan udzur
di dalam hidup seorang hamba. Dan juga Allah Ta’ala telah memberikan waktu yang
cukup untuk berfikir bagi yang mau memikirkan.
Ketahuilah saudaraku bahwa bagi orang yang berumur 20 tahun misalnya maka
saat wafatnya masih ada dua kemungkinan
bisa sudah dekat dan bisa masih jauh. Tapi bagi seseorang yang sudah mencapai
umur 60 tahun, maka saat wafatnya kapan. Saat wafatnya juga ada dua kemungkinan
yaitu sudah dekat atau sudah sangat dekat.
Nah, kalau saat wafat sudah dekat
atau sudah sangat dekat tentu tiada pilihan lain kecuali berusaha agar lebih
taat dari sebelumnya. Jangan abaikan ini, ini sangat penting tidak ada yang
lebih penting selain menjaga ketaatan kepada Allah bagi setiap hamba apalagi
yang sudah berumur lanjut.
Fudhail bin Iyadh berkata :
Hendaklah engkau berbuat kebaikan di sisa umurmu. Niscaya Allah akan mengampuni
(dosa) apa yang telah lalu atas dirimu. Sesungguhnya jika engkau tetap berbuat
keburukan pada sisa umurmu niscaya engkau akan dihisab atas semua perbuatan
(buruk) mu yang telah lalu dan yang akan datang. (Jami’ul Ulum wal Hikam)
Allah berfirman : “Ayahsabul insaanu an yutraka sudaa” Apakah
manusia mengira dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) ?
Q.S al Qiyaamah 36.
Oleh karena, mari kita bersegera
memanfaatkan sisa umur yang sedikit ini untuk melakukan kebaikan dan
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, karena sungguh kita benar benar akan
mempertanggung jawabkan semua apa yang telah kita lakukan di dunia ini.
Saudaraku, ada satu hal yang sangat perlu diperhatikan pada sisa umur
yang sedikit ini, yaitu tidak atau jangan melakukan hal hal
yang bisa melalaikan dari
ketaatan kepada Allah Ta’ala
terutama pada saat usia telah mencapai 60 tahun. Diantaranya
adalah :
Pertama : Jangan berteman
dengan orang orang yang berakhlak buruk. Diantaranya adalah orang orang yang tidak pandai bersyukur
kepada Allah yang telah memberinya berbagai kenikmatan. Juga jangan berteman
dengan orang orang yang hanya memburu dunia dan segala kenikmatannya. Begitu
juga dengan orang orang yang banyak bermaksiat kepada Allah, orang orang yang
tidak berlaku jujur dan yang lainnya.
Allah berfirman : Yaa aiyuhal ladzina aamanuut taqullaha wa
kuunuu ma’ash shaadiqin”. Wahai orang orang yang beriman bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah kamu bersama orang orang yang benar. (Q.S at Taubah
119)
Sungguh
Rasulullah telah mengingatkan agar
seseorang selalu memperhatikan dengan siapa dia harus berteman dekat.
Beliau bersabda : “Arrajulu ‘alaa
diini khaliilih, falyanzhur ahadukum man yukhaalil” Seseorang itu bergantung kepada agama teman
dekatnya. Oleh karena itu hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan
siapa yang akan dijadikan teman dekatnya.(H.R at Tirmidzi dan Abu Dawud).
Kedua : Jangan
banyak bersenda gurau, banyak tertawa dengan cerita cerita yang dibumbui
kebohongan dan dibuat buat. Juga tidak membicarakan atau menceritakan semua yang dilihat dan didengar pada hal banyak yang
tidak ada manfaat akhiratnya.
Rasulullah bersabda : “Min husni islamil mar’i tarkuhu maa
laa ya’niih” Diantara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan
apa yang tidak bermanfaat baginya. (H.R Imam at Tirmidzi, dari Abu Hurairah).
Sebelum membicarakan sesuatu atau
berbuat sesuatu jangan lupa bertanya kepada diri apakah yang akan saya bicarakan
atau yang akan saya lakukan ini memiliki manfaat untuk akhirat saya atau tidak.
Apakah Allah ridha kalau saya membicarakan ini atau melakukan itu. ? Lalu jawablah
dengan jujur.
Ketiga : Jangan
melakukan perjalanan yang tidak terlalu penting apalagi perjalanan jauh. Rasulullah
bersabda :
“Janganlah engkau melakukan perjalanan jauh (safar) kecuali menuju tiga
masjid : Al-Masjid Haram, Masjid Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan
Masjid al-Aqshaa” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Perjalanan
jauh bisa melelahkan dan butuh banyak waktu serta biaya. Kelelahan,
menghabiskan waktu dan biaya di perjalanan adalah tidak baik bagi seorang yang
telah berumur lanjut. Selain itu orang yang bersafar akan sulit melakukan
ibadah terutama ibadah sunnah dengan sempurna pada hal seseorang yang mencapai
umur 60 tahun haruslah berusaha memperbanyak dan menyempurnakan ibadah yang
tidak wajib sebagai tambahan bagi ibadah wajibnya.
Keempat : Jangan
mengikuti kemauan syahwat. Meskipun sesuatu itu mubah, tetaplah dipelihara agar
tidak berlebihan seperti dalam hal makan, minum, tidur apalagi untuk menikmati
hiburan seperti menonton televisi dengan acara yang buruk semacam ghibahtainment,
sinetron yang terkadang mengumbar aurat dan yang lainnya. Juga harus dihindari
begadang di malam hari kecuali untuk ibadah sebatas kemampuan.
Kelima : Jangan
memulai ataupun menjalankan proyek besar dan rumit. Ini tidak cocok bagi
seorang muslim yang sudah mencapai usia 60 tahun. Mungkin saja anda mampu
melakukannya karena memiliki kesehatan yang prima. Tapi semuanya pasti akan sangat
menyita waktu dan pemikiran sehingga beribadah menjadi lalai bahkan bisa
terbengkalai sementara itu sisa umur sudah tinggal sedikit.
Keenam : Jangan
terlalu khawatir dengan rizki dan
kebutuhan duniawi. Rasulullah bersabda : “Laa
tamuutu nafsun hatta tastakmila rizqahaa” Satu jiwa tidak akan mati hingga
ia memperoleh rezkinya dengan sempurna. (H.R Ibnu Hibban, dishahihkan oleh
Syaikh al Albani).
Allah
yang menjamin rizki yang terkadang datang dari arah yang tidak disangka. Sungguh Allah menjamin rizki makhluknya. Allah berfirman : “Wama
min daabbtin fil ardhi illa ‘alallahi rizquhaa”. Dan tidak satupun makhluk
bergerak (bernyawa) dibumi melainkan semuanya dijamin Allah rezkinya (Q.S Hud
6).
Ketujuh : Jangan
memberikan kesaksian, penjelasan atau jawaban untuk siapa saja yang meminta
tanpa terlebih dahulu mencari dan memastikan kebenarannya. Jangan asal
menjawab. Lebih baik menjawab dengan tidak tahu. Ini lebih selamat. Allah
berfirman : “Wa laa taqfu maa laisa laka
bihii ‘ilmun, innas sam’a wal bashara wal fu-aada kullu ulaa-ika kaana kullu ulaa-ika kaana ‘anhu mas-uulaa” Dan
janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui karena pendengaran,
penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya. (Q.S
al Isra’ 36).
Kedelapan : Jangan
berlebihan dalam berdandan dan menghias diri. Ini bisa membuat seseorang jatuh
kepada dosa. Misalnya mencukur jenggot ataupun menyemir rambut dengan warna
hitam supaya kelihatan lebih muda dan sebagainya.
Selain
itu juga jangan pula memakai pakaian meniru anak remaja, yang model dan
warnanya tidak pas untuk orang tua sehingga menimbulkan sikap ujub dan bisa
mendatangkan ghibah ataupun fitnah.
Demikianlah
beberapa hal yang sangat ditekankan untuk tidak dilakukan oleh seseorang yang
sudah berumur 60 tahun. Dan sebenarnya
hal hal yang disebutkan pada point pertama sampai kedelapan diatas sebagiannya
bukan saja jangan dilakukan oleh yang telah berumur 60 tahun tapi haruslah menjadi perhatian dan pelajaran pula bagi
orang orang yang masih muda.
Mudah
mudahan bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (418)
sepertinya tausyiah diatas cocok utk grup Banas 1930. . .
BalasHapusini semua sudah saya dapatkan, sejak usia 40 tahun
BalasHapuskarena ikut jamah tabligh...