KEMULIAAN JIWA ADALAH PANGKAL KEBAIKAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Imam Ibnul Qayyim, dalam Kitab
Fawaaidul Fawaaid, berkata : Pangkal segala kebaikan, dengan adanya taufik dan
kehendak Allah, adalah kemuliaan dan kebesaran jiwa. Sebaliknya pangkal segala keburukan
adalah kehinaan, kerendahan dan kekerdilan jiwa.
Allah berfirman : “Qad aflaha man zakkaahaa. Wa qad khaaba man
dassaaha. Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya. Dan sungguh
merugi orang yang mengotorinya. (Q.S asy Syams 9-10)
Maksudnya adalah : (1) Beruntunglah
orang yang membersihkan jiwanya, memperbanyak keberkahan dan membuat jiwa itu
bertumbuh dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala. (2) Disisi lain, merugilah orang
yang mengecilkan dan menistakan jiwanya
dengan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala.
Ketahuilah bahwa jiwa yang mulia
hanya rela menerima sesuatu yang paling tinggi, paling utama dan paling terpuji
kesudahannya. Sedangkan jiwa yang rendah hanya akan mengurusi hal hal yang
nista hingga akhirnya terjerumus kedalam kenistaan, sebagaimana lalat
terperosok ke dalam sesuatu yang jorok.
Pangkal kerendahan jiwa adalah sebagaimana disebutkan oleh Syaikh
Syaqiq al Balkhi bahwa pintu taufik atau
penjagaan Allah Ta’ala tertutup bagi manusia (sehingga jiwanya menjadi rendah
dan kerdil) karena enam perkara.
Pertama : Sibuk dengan (memanfaatkan) nikmat dari pada mensyukurinya.
Kedua : Senang mencari ilmu tetapi tidak mengamalkannya.
Ketiga : Cepat melakukan dosa tapi lambat dalam bertaubat.
Keempat : Teperdaya yaitu bergaul dengan orang orang shalih namun tidak
mau meniru perbuatan (amal) mereka.
Kelima : Terus mengejar dunia ketika sesuatu yang fana ini berlari
membelakanginya.
Keenam : Berpaling dari akhirat justru pada saat sesuatu yang kekal
(akhirat) ini mendatanginya.
Imam Ibnul Qayyim menambahkan : Pangkal
semua sifat (kerendahan jiwa) itu adalah tidak adanya perasaan harap dan cemas
(terhadap Allah Ta’ala). Penyebabnya
adalah keyakinan yang lemah akibat lemahnya penglihatan hati. Lemahnya
penglihatan (hati) itu tidak lain karena
kerendahan dan kekerdilan jiwa serta kebiasaan menukar sesuatu yang baik
dengan yang buruk. Seandainya jiwa seseorang hamba benar benar mulia, niscaya
ia tidak akan rela terhadap segala sesuatu yang bernilai rendah.
Wallahu A’lam. (446)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar