BANYAK
MANUSIA YANG TAKUT MATI
Oleh : Azwir B. Chaniago
Jika kita bertanya kepada saudara saudara, atau teman teman kita apakah engkau sudah siap
menghadapi mati. Banyak yang akan menjawab bahwa : (1) Saya belum siap
untuk mati. (2) Kalau mati ya jangan dululah. (3) Ya bagaimana ya, kalau bisa
nantilah. (4) Terserah jadwalnya sajalah.
(5) Tidak berani menjawab. Bahkan terkadang ada pula yang mungkin bercanda (?). Kalau
ditanya apakah engkau saat ini sudah
siap mati ? Lalu apa jawabannya : Kamu sajalah yang duluan. Ini namanya lain tanya
lain jawaban.
Tapi kenyataannya
memang demikian, sebagian manusia takut
untuk mati, meskipun mereka tahu persis bahwa mati itu sudah pasti akan
mendatanginya yaitu pada waktu yang
Allah telah tetapkan baginya.
Allah berfirman :
“Qul innal mautal ladzii tafirruuna minhu
fainnahuu mulaaqiikum” Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kamu lari dari
padanya, ia pasti menemui kamu. (Q.S al Jumu’ah 8)
Rasulullah
bersabda : “Aktsiruu dzikra haadzimil
ladzdzaati ya’nil mauta” Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan
kenikmatan kesenangan yaitu kematian. (H.R Imam at Tirmidzi dan Ibn Majah,
dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Dalam batas-batas
tertentu perasaan takut mati adalah wajar. Bahkan bisa dikatakan baik, apabila seseorang
yang takut mati yaitu jika rasa takutnya ini mampu dijadikan sebagai pendorong baginya untuk berbuat
kebajikan dan menjadi semangat untuk menjauhkan diri dari kemaksiatan.
Sungguh
Rasulullah memuji orang yang selalu mengingat mati itu sebagai orang mukmin
yang cerdas. Dari Ibnu Umar, diriwayatkan bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wasallam ditanya : Siapakah dari orang orang mukmin yang cerdas ? Rasulullah
bersabda : “Yang paling banyak mengingat mati dan paling tekun
membuat persiapan untuknya, mereka itulah orang yang cerdas” (H.R Ibnu
Majah dan al Hakim, dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Lalu
kenapa banyak manusia takut dengan kematian. Diantara penyebabnya adalah :
Pertama : Berlebihan dalam mencintai
dunia.
Rasa
takut mati biasanya terpelihara pada diri seseorang yang berlebihan dalam
mencintai dunia. Keinginannya adalah mengumpulkan harta dunia
dengan segala perhiasannya lalu bernikmat nikmat dengannya. Kalau bisa jangan
sampai berakhir dengan kematian meskipun semua itu pasti akan berakhir. Dia
khawatir sekiranya dia mati maka siapa yang akan menjaga keluarga dan harta
yang ditinggalkannya. Dia merasa tidak ada orang yang lebih mampu menjaga
keluarga dan hartanya. Semua itu membuat dia sangat takut mati.
Kedua : Tidak punya ilmu tentang
hubungan dunia dan akhirat.
Seorang
hamba yang tidak memiliki ilmu dunia dan juga ilmu tentang akhirat maka :
(1)
Bisa jadi dia takut mati karena
menduga bahwa apa yang dimilikinya sekarang lebih baik dari apa yang
akan diperolehnya di akhirat kelak. Pada hal jika dia beriman dan melakukan
amal shalih maka akhirat itu akan jauh lebih baik baginya. Allah berfirman : “Wal aakhiratu khairun waabqaa” Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan
lebih kekal. (Q.S al A’laa 17)
(2)
Bisa juga timbul ketakutan karena membayangkan sulitnya proses kematian atau
sakaratul maut. Tentang hal ini sungguh
Allah Ta’ala telah menjelaskan : “Wan
naazi’aati gharqaa, wan naasyithaati nasytha”. Demi (malaikat malaikat)
yang mencabut (nyawa) dengan keras. Dan (malaikat malaikat) yang mencabut
(nyawa) dengan lemah lembut. (Q.S an Naazi’aat 1-2).
Tentang
ayat ini Syaikh Utsaimin menjelaskan bahwa makna mencabut dengan gharqa
atau keras adalah mencabut nyawa orang
kafir. Sedangkan dengan lemah lembut
adalah mencabut nyawa orang beriman.
Malaikat tersebut mencabut nyawa orang yang beriman dengan al ansyuuthah yaitu
(seperti) simpul tali yang mudah lepas yakni jika ujung salah satu simpul itu
ditarik maka ujung yang lain akan mudah terurai.
Ketiga : Merasa banyak dosa.
Orang
yang merasa banyak dosa sedangkan amalnya masih sangat sedikit tentulah dia
merasa takut untuk mati. Ini suatu yang wajar. Seorang yang cerdas, maka dalam
kondisi ini bukanlah rasa takutnya yang harus dikedepankan tapi semangatnya
untuk meninggalkan maksiat dan semangatnya untuk banyak beribadah yang perlu
disegerakan. Jangan ditunda lagi.
Ketahuilah
bahwa jika seseorang masih muda
katakanlah umur 20 tahun maka ada dua kemungkinan saat matinya (1) masih jauh,
atau (2) bisa jadi sudah dekat. Kalau seseorang sudah tua katakanlah umur 60
tahun juga ada dua kemungkinan saat matinya (1) sudah dekat atau (2) sudah
sangat dekat. Jangan lupakan dua kemungkinan ini.
Wallahu
A’lam (433)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar