MEMBERI NASEHAT DENGAN LEMAH LEMBUT
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Memberi nasehat adalah perkara yang agung dan sangat
dianjurkan bagi setiap muslim. Rasulullah juga mengabarkan bahwa nasehat adalah
sebagai bagian dari hak seorang muslim atas saudaranya. Jika ada hak seseorang
tentu disitu ada kewajiban bagi yang
lain. Beliau bersabda : “Haqqul muslimi ‘alal muslimi sittun. …..Wa idzas
tanshahaka fanshah lahu…Hak muslim atas muslim lainnya ada enam … jika ia
minta nasehat kepadamu maka nasehatilah dia … (H.R Imam Muslim, dari Abu
Hurairah)
Bahkan Rasulullah menjadikan nasehat sebagai salah satu pokok
ajaran agama. Beliau bersabda : “Addiinun naashihah” Agama itu adalah nasehat. (H.R Imam Muslim)
Semua orang tentu sangatlah memahami bahwa memberi nasehat
adalah perkara yang baik dan sangat bermanfaat. Namun tidaklah sesuatu yang
baik itu betul betul akan bermanfaat jika tidak dilakukan dengan cara dan adab
yang baik pula. Salah satu adab yang penting dalam memberi nasehat adalah
dengan lemah lembut.
Sebesar apapun kesalahan seseorang, tetaplah menasehatinya
dengan lemah lembut. Allah berfirman : “Idzhaba ila fir’auna innahu tagha.
Faqula lahu qaulan laiyinal la’alahu yatadzakkaru au yakhsya”. (Allah
berfirman) Pergilah kalian (Musa dan Harun) kepada Fir’aun. Sesungguhnya dia
telah melampaui batas. Dan berbicaralah kepadanya dengan perkataan yang lemah
lembut. Mudah mudahan dia sadar (atas kesalahannya) atau takut (kepada Allah).
Q.S Thaaha 43-44).
Suatu yang sudah maklum, bahwa manusia yang paling durhaka
kepada Allah adalah Fir’aun. Sedemikian durhakanya, sampai sampai dia berkata :
Ana rabbakumul a’la. Aku tuhanmu yang paling tinggi.
Lalu Allah menyuruh Musa dan Harun untuk mendatangi Fir’aun
dan memberi nasehat agar dia sadar kesalahannya dan takut kepada Allah, yaitu
sebagaimana dijelaskan dalam surat Thaaha 43-44 diatas. Meskipun yang akan
diberi nasehat oleh Musa dan Harun adalah Fir’aun, manusia yang paling durhaka,
namun Allah menyuruh keduanya, agar berkata dengan lemah lembut kepada Fir’aun.
Ini adalah pelajaran yang sangat agung yang Allah ajarkan kepada kita untuk
senantiasa berlemah lembut dalam memberi nasehat.
Ketahuilah bahwa saudara saudara kita yang mungkin perlu
dinasehati karena suatu kesalahan, tentu lebih berhak mendapatkan nasehat yang
lemah lembut dari kita. Biarpun dia memiliki kesalahan yang besar, tentu tidak
ada seorangpun dari saudara saudara kita, teman teman kita yang lebih buruk
dari Fir’aun. Dan juga tidak ada seorangpun dari kita, yang akan memberi nasehat, lebih baik dari pada Musa dan Harun.
Selanjutnya, Rasulullah pernah memberi contoh untuk tidak
berlaku kasar meskipun kepada non Muslim. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim, dijelaskan bahwa pada suatu kali ada beberapa orang Yahudi
lewat didepan Rasulullah dan mengucapkan salam kepada beliau. Ucapan salamnya
diplesetkan yaitu dengan ucapan : Assamu ‘alaikum, bukan Assalamu ‘alaikum.
Assamu ‘alaikum bermakna semoga matilah engkau.
Mendengar ucapan si Yahudi ini, Aisyah yang ada disitu menjadi
tersinggung berat lalu menjawab : Kematian dan laknat Allah bagimu. Lalu
Rasulullah menegur Aisyah untuk tidak berlaku kasar. Bukankah aku telah menjawab ucapan mereka
dengan wa ‘alaikum (maknanya bagi kalian juga kematian). Lalu Rasulullah bersabda
: “Innar rifqa laa yakuunuu fi syai-in
illa zanalu walaa yunza’u min syai’in illah syanah” Sesungguhnya lemah lembut itu tidaklah ada
pada sesuatu kecuali menghiasinya dan tidaklah dia dicabut dari sesuatu itu
kecuali akan memburukkannya. (H.R Imam Muslim)
Rasulullah juga bersabda :
“ Innallaha yuhibbu rifqa fil amri kullih”. Sesungguhnya Allah mencintai lemah lembut
dalam segala perkara. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh seorang ulama besar
Saudi, dalam kitab beliau tentang bagaimana menyikapi fitnah, berkata : Maka
wajib bagi kalian untuk berlemah lembut atau berhati hati. Jangan cepat marah
atau berlaku kasar. Kalian tidak akan menyesal selama lamanya bila berlemah
lembut.
Wallahu A’lam. (437)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar